Kamis, 14 Juni 2012

BAGAIMANA ANDA CERDAS DALAM MENGELOLA UANG


BAGAIMANA ANDA CERDAS DALAM MENGELOLA UANG
(How to Manage Your Money)

I.          Isi Ringkasan Buku
1.1.      Apakah Kekayaan itu?[1]
Jika berbicara mengenai kekayaan, mungkin kita menggambarkanbenda-benda mewah, kapal pesiar, rumah mewah, mobil import, emas dan berlian, semua hal yang menyangkut hal materi. Namun, sekarang ini sering sekali kekayaan diekspresikan dalam bentuk tidak berwujud. Misalnya kekayaan seseorang diukur dengan satuan dollar. Hal ini tampaknya tidak mempunyai nilai yang objektif. Kemudian, kekayaan juga berhubungan dengan kemampuan kreatif kita: nilai yang orang berikan kepada performa kita, misalnya atlit professional. Lalu juga kemampuan dalam meminkam, kepercayaan prang terhadap kita. Jadi, kekayaan menjadi faktor dalam identitas kita, nilai Anda yang dipersepsikan orang, dan seberapa jauh kita layak dipercaya.
Dulu, peluang untuk menjadi kaya itu terbatas. Tetapi, di masa kita telah terjadi perbedaan yang luarbiasa dalam cara kekayaan yang bisa diakumulasikan.Namun kita sering bekerja keras dan kita melewatkan banyak hal. Mengapa sulit sekali bagi kita kalau sukses dan tampaknya lebih mudah bagi orang lain? Kalau demikian, bagaimana kita sebagai orang Kristen harus memberikan pandangan terhadap hal ini. Kalau kekayaan semata itu mendatangkan kebahagiaan, seharusnya orang yang paling kaya lah yang paling bahagia. Namun yang sering terjadi adalah hal yang sebaliknya. Allah sebenarnya peduli terhadap sikap kita tentang uang namun bukan uang yang memberikan pengaruh kepada hubungan kita dengan Allah. Hanya jatuh pada sikap kita yang menjadi poin utama. Sebagai umat Kristiani, kita harus belajar percaya kepada Allah dalam segala keadaan dan percaya bahwa Ia mengasihi kita dan bahwa Ia akan memberi kita apa yang sanggup kita tangani tanpa menjadi tergoda melampaui apa yang sanggup kita tanggung.
Kekayaan itu tidaklah moral atau tidak bermoral. Bukanlah rancangan Allah bagi umatNya untuk hidup dalam kemiskinan. Allah menentang penyalah-gunaan atau keterfokusan kepada kekayaan bukan menentang kekayaan itu sendiri. Sesungguhnya, Roma 12 menyebut karunia memberi sebagai karunia rohani. Mampu mengembangkan sumber-sumber daya dan menghasilkan secara keuangan itu terimplikasikan dalam menggunakan karunia ini. “Demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain.Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita … Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas” (Roma 12:5-6,8).

1.2.      Kehendak Allah dalam Keuangan[2]
Dalam kitab Kejadian, Alkitab mengemukakan suatu pandangan tentang dunia materi: Itu semua kepunyaan Allah. Taman Firdaus pun kepunyaan Allah; Adam dan Hawa hanya merawat saja. Jadi sebagai umat Kristen, kita harus sadar banya posisi kita di dunia ini hanya sebagai pengurus dan pengelola sumber-sumber daya Allah menurut petunjuk-Nya. Kalau kita taat maka Ia akan mempercayakan lebih banyak lagi properti-Nya kepada kita. Tetapi apakah kita dipercayakan ketika kita bersikap sebagai pemilik? Kita harus mengakui kepemilikan total Allah, kita bisa mengalami mukjizat Allah dan petunjuk yang bijaksana dalam segala tanggungjawab, termasuk manajemen keuangan. Demikianlah kehendak Allah dalam keuangan yang harus kita laksanakan. Seperti yang tertulis dalam Matius 25:14-30 yang berbicara tentang Talenta, yang intinya bahwa kita diberikan talenta agar kita mempergunakannya dengan baik. Kita hanya sebagai pengurus dan kelak Allah akan meminta kembali apa yang telah diberikannya.
Kalau demikian, bagaimana sebenarnya Allah menggunakan keuangan? Memang kalau kita pahami seringkali Allah menggunakan uang dalam kehidupan kita sebagai sarana petunjuk, sebab itulah suatu bidang dimana kebanyakan orang sensitif dan rentan. Kita sering tergoda oleh kekayaan dan memilih jalan kita sendiri tanpa petunjuk dari Allah. Artinya kita sering memprioritaskan kehendak kita sendiri dari pada kehendak Allah. Apa yang harus kita lakukan? Jawabannya sudah jelas. Kita harus berserah kepadaNya, karena ketika kita tidak berserah itu sama artinya dengan memutuskan bahwa hikmat kita lebih unggul dari pada hikmatNya.
           
1.3.      Bahaya Uang[3]
Allah menggunakan kekayaan untuk mengarahkan kehidupan kita, ternyata Iblis juga menggunakannya untuk membelenggu kita dan membuat kita menyimpang. Bahaya uang yang kita hadapi adalah masalah perbudakan. Hingga pada saat ini, perbudakan keuangan juga berarti perbudakan fisik. Setiap tahun jutaan pernikahan hancur gara-gara kekuatiran keuangan yang diakibatkan oleh tekanan keuangan berupa utang. Di dalam Perjanjian Baru, Allah juga menunjukkan bahwa ekspektasiNya agar kita menolong orang yang miskin. Tetapi biasanya kita kuatir akan kekurangan uang. Sikap kita adalah kuncinya.
Bentuk Perbudakan akan uang yaitu:
1.      Tunggakan
2.      Kekuatiran soal Investasi
3.      Sikap ingin cepat kaya
4.      Kemalasan
5.      Sikap penuh penyesatan
6.      Ketamakan
7.      Sikap mengingini

1.4.      Keterbebasan dari Perbudakan[4]
Tidak ada jaminan bahwa kehidupan Kristiani akan bebas masalah keuanganl toh kita manusia tetap memiliki kesalahan. Tetapi jika Allah yang memegang kendali atas keangan kita, maka kehidupan kita bisa terkendali. Umat Kristiani yang mencari yang terbaik dari Allah dalam kehidupan mereka harus bersedia tunduk kepada kehendak dan petunjukkNya. Ada beberapa langkah dasar untuk meraih rencana Allah:
Langkah 1    :  Alihkanlah Kepemilikan Kepada Allah
Langkah 2    :  Ke Luar lah dari Utang
Langkah 3    :  Terimalah Pemenuhna Kebutuhan dari Allah
Langkah 4    :  Janganlah Cepat-Cepat mengambil Keputusan
Langkah 5    :  Raihlah kesempurnaan dalam Bekerja
Langkah 6    :  Pengakuan-Restitusi
Langkah 7    :  Kecukupan Diri
Langkah 8    :  Seimbangkanlah Komitmen
Langkah 9    : Korbankanlah Hasrat

1.5       Perencanaan Keuangan Menurut Cara Allah I[5]
Apakah kita sebagai umat Kristen seharusnya membuat rencana? Bukankah seharusnya kita bergantung sepenuhnya kepada Allah? Jawabnya memang ya, namun itu tidak berarti kita hanya duduk santai saja dirumah, menantikan berkat Allah datang sendiri. Dalam Alkitab, setiap pemimpin membuat rencana dan menindaklanjutinya demi kemuliaan Allah. Perencanaan itu unsur penting bagi sukses dalam program keuangan. Allah adalah pemenuhan kebutuhan yang teratur. Dalam sebuah perencanaan, ada 3 unsur penting, yaitu hikmat, kepandaian dan pengertian (Amsal 24:3-4). Langkah pertama adalah merencanakan untuk menilai masalahnya dengan benar, jangan bersifat terlalu umum, jangan mencoba mengembangkan rencana-rencana yang tidak fleksibel. Dan ingatlah bahwa kehidupan orang Kristen itu tidak seluruhnya damai dan sukacita. Agar rencana anda berhasil, hikmat Allah harus ditimbang sebelum mengambil keputusan.
Perencanaan dapat dijabarkan menjadi dua bidang dasar, yaitu perencanaan jangka pendek dan perencanaan jangka panjang. Semua orang perlu membuat rencana jangka pendek. Tidak membuatnya tidaklah menghilangkannya; itu hanya menciptakan kecemasan, amarah ,dan frustasi. Rumah tangga Kristiani hendaknya dicirikan oleh keteraturan dan kesempurnaan. Keduanya tidak mungkin tanpa komunukasi yang baik dan perencanaan yang baik.
Enam langkah menuju rencana jangka pendek:
1.      Buatlah rencana dan sasaran tertulis.
Sasaran tertulis itu membantu dengan memberikan standart-standart yang kelihatan, objektif, dan terukur sebagai patokan kerja. Dalam bidang keuangan, rencana ini disebut anggaran.
2.      Berkomitmenlah untuk bagian Allah dulu.
      Walaupun prinsip ini dikembangkan lebih sempurna dalam soal berbagi, ini juga unsur yang sangat penting dalam perencanaan keuangan yang manapun.
3.      Kendalikanlah atau hapuskanlah penggunaan kredit.
      Kredit itu tidak terkendali. Utang itu sama dengan perbudakan dan merupakan penghancur pernikahan dalam keluarga nomor satu sekarang ini.
4.      Belajarlah mencukupkan diri.
      Banyak keluarga yang menyangka bahwa meraih penghasilan ekstra, seperti dengan istri yang juga bekerja adalah cara terbaik dan termudah untuk keluar dari kesulitan keuangan. Kebanyakan masalah itu disebabkan oleh belanja yang berlebihan, bukannya penghasilan yang tidak cukup. Malah penghasilan yang lebih besar justru memperparah situasinya.
Ø      Kurangilah biaya. Tetapi kalau sasaran anda memang damai sejahtera Allah, itu layak diupayakan.
Ø      Berdoalah dulu dan beri peluang bagi Allah. Sebelum membeli, kalau pembelian itu memang kehendak Allah, ia mungkin menyatakan diri-Nya dalam keuangan kita dengan menyediakan sumber-sumber yang sama sekali tidak kita duga.
5.      Tetapkanlah sasaran-sasaran yang disediakan Allah bagi kita.
      Kalau anda biarkan orang lain yang menetapkan prioritas, rencana, dan sasaran anda, anda akan frustasi dan tidak bahagia. Allah mempunyai rencana bagi kehidupan anda. Ikutilah rencanaNya, bukan rencana sesama anda (Yeremia 29:11).


6.      Carilah nasihat Kristiani yang baik.
      Agar mendapatkan bantuan, kita harus bersedia memintanya. Banyak umat Kristiani bersedia menolong sesamanya, tetapi tidak pernah mau meminta tolong. Itu disebut keangkuhan. Kita masing-masing membutuhkan nasihat. Banyak orang yang tidak mau mencari nasihat karena mereka tidak mau mengakui bahwa mereka mempunyai masalah (Amsal 19:20). Seringkali nasihat baik yang tersedia adalah pasangan yang kudus. Dalam suatu pernikahan, masing-masing pasangan membawa separuh aset. Untuk meraih keseimbangan yang baik dalam bidang keuangan, keduanya harus berpartisipasi. Ada perbedaan antara opini dan nasihat. Semua orang mempunyai opini, tetapi tidak semua orang memenuhi syarat untuk memberi nasihat (Titus 1:7-9).

1.6.      Perencanaan keuangan menurut cara Allah II[6]
Sasaran-sasaran jangka panjang adalah gabungan sasaran-sasaran jangka pendek yang saling mendukung. Dikatakan bahwa orang lebih banyak menghabiskan waktu merencanakan liburannya dimusim panas daripada merencanakan pensiun atau pendidikan anak-anaknya. Maksud perencanaan keuangan adalah memenuhi sasaran-sasaran  yang spesifik. Sasaran/rencana ini mencegah kecenderungan ini untuk menimbun, sehingga kalau kita diberkati dengan kelebihan, kita akan menggunakannya demi kemuliaan Allah dan bukan demi jaminan kita sendiri.
Perencanaan keuangan jangka panjang menururt cara Allah, akan memenuhi kebutuhan, tetapi bukan melindungi. Tiga langkah untuk menetapkan sasaran-sasaran jangka panjang:
1.      Rencana yang tertulis itulah yang paling baik.
      Sebelum bertindak, buat dulu anggaran biaya/perencanaan agar hasil yang dituju tercapai dengan baik (Lukas 14:28).
2.      Tetapkanlah sasaran-sasaran keuangan maksimal.
      Seringkali, kita mendapatkan uang mengerjakan apa yang kita senangi. Motifnya berubah menjadi mengakumulasikan uang lebih banyak demi jaminan. Kuncinya adalah menetapkan sasaran-sasaran anda sebelum mendapatkan uang dengan keuangan maksimal yang masuk akal, tidak akan membiarkan pengakumulasian yang berlebihan. Allah memberkati mereka yang tidak beranggapan bahwa apa yang mereka punyai itu adalah punya mereka sendiri (Lukas 8:18).
3.      Tetapkanlah rencana keluarga jangka panjang.
      Sasaran-sasaran keluarga itu sangat mendasar bagi kesuksesan dimasa yang akan datang. Kalau sasaran-sasaran itu dicapai menurut prinsip-prinsip Allah, upayanya akan diteruskan dari orangtua kepada anak-anak. Keseluruhan anggota keluarga dijadikan bagian dari rencana berbagi menurut cara Allah. Suami istri hendaknya membahas berdua lalu dengan anak-anaknya.

1.7.      Motif-motif untuk mengakumulasikan kekayaan[7]
Pengakumulasian mengacu kepada mendapatkan, menggunakan, dan membelanjakan uang. Uang bisa menghasilkan kenyamanan dan keleluasaan dan bisa memberikan sumber-sumber daya untuk menyebarkan injil Kristus. Tetapi uang juga bisa menuntun kepada sikap mengingini dan menyembah berhala. Cinta uang bisa menghancurkan pernikahan, memisahkan keluarga, merusak anak-anak, dan melahirkan ketidakjujuran. Bersama dengan kemampuan mendapatkan uang, datanglah tanggung jawab untuk membagikan dengan oranglain yang kekurangan.

Mengapa orang mau mengakumulasikan uang
1.      Ada yang karena dinasehati demikian
      Hendaknya kita mencari nasehat yang bijaksana, tetapi kita harus belajar memahami perbedaan antara opini dan nasehat. Tidak ada orang yang bisa mengambilkan keputusan-keputusan bagi kita; keputusan-keputusan final itu adalah tanggung jawab kita sendiri.
2.      Ada yang mengakumulasikan karena iri
      Iri diidentifikasikan sebagai sikap mengingini atau ketamakan. Iri juga dikenal sebagai tekanan sosial atau tekanan sesama.
3.      Ada yang menganggap pengakumulasian uang itu permainan
      Uang itu tidaklah baik atau buruk, bermoral atau tidak bermoral. Penggunaan uang itulah yang akan berpengaruh kekal. Dalam “permainan” menurut Allah, kalau anda kompromikan aturan-aturan-Nya, anda kalah.
4.      Ada yang mengakumulasikan demi harga diri
      Motif ini khususnya sangat merusak, sebab masyarakat mempromosikan kelemahan ini. Kita suka menerima penghormatan dan pengakuan atas apa yang kita capai. Pengakumulasian benda-benda materi memuaskan ego. Mereka tidak pernah memberi kecuali itu diakui dan tidak pernah berbagi kecuali untuk mempromosikan diri.
5.      Ada yang mengakumulasikan uang sebab mereka cinta uang
      Mereka yang menimbun dan menyimpan uang karena mencintainya biasanya tidak mau berpisah darinya bahkan demi diakui atau harga diri pun. Kehidupan mereka biasanya dicerminkan dengan kekikiran. Mereka mungkin telah mengakumulasikan ribuan bahkan jutaan dolar, tetapi kehilanga sedikit saja sudah membuat mereka trauma.
6.      Ada yang mengakumulasikan uang demi perlindungan
      Banyak orang mengakumulasikan kekayaan demi perlindungan. Jelas mereka tidak percaya bahwa Allah bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka, maka mereka menimbunnya karena takut.
7.      Ada yang mengakumulasikan untuk memberikan karunia rohani
      Hanya ada satu alasan Allah membiarkan kita mempunyai kelebihan diatas kebutuhan kita sendiri, yaitu untuk memungkinkan kita untuk memberi. Kekayaan sejati datang dari karunia memberi. Dalam banyak hal, tanggung jawab sebagai orang kaya itu lebih besar daripada orang miskin.

1.8.      Berapa banyakkah dianggap cukup?[8]
Masing-masing orang terlibat dalam mendapat, membelanjakan, menabung dan membagi kekayaan yang disediakan Allah. Tetapi berapa banyakkah yang seharusnya masuk akal, diakumulasikan untuk masing-masing kategori itu?

a.   Berapa banyakkah dianggap cukup untuk pemenuhan kebutuhan yang sekarang?
Tidak ada dua keluarga yang mempunyai sasaran-sasaran yang sama dalam kehendak Allah atau standar hidup yang sama. Orang yang tidak memberikan nafkah bagi keluarganya jelas-jelas berada diluar rencana Allah. Mereka yang menimbun dan hidup foya-foya juga berada diluar rencana Allah.

b.   Berapa banyakkah dianggap cukup untuk investasi?
Kalau bagian dari pelayanan anda adalah kemampuan mendapatkan uang dan memberikannya, anda perlu cadangan investasi. Allah mampu menggunakan uang-Nya dalam pelayanan-Nya sekarang ini. Banyak investor akan kecewa ketika menyimpan uang Tuhan selama bertahun-tahun dan tidak pernah memanfaatkan peluang untuk berbagi demi karya-Nya, mereka berdiri dihadapan Tuhan dengan tangan kosong. Ketika kita berinvestasi denga sikap yang keliru, investasi yang sama bisa  menjadi sumber ketamakan, ego, dan kerugian.

c.   Berapa banyakkah dianggap cukup untuk pensiun?
Banyak orang menganggap mereka akan membutuhkan uang lebih banyak setelah pensiun daripada mereka masih berkarir. Itu tidak benar. Begitu kita tetapkan pola hidup yang kudus seumur hidup kita, seharusnya itu tidak berubah setelah kita pensiun, kecuali berkurang dalam beberapa hal. Sesungguhnya pensiun yang kita kenal itu relatif merupakan inovasi baru. Rencana-rencana anda hendaknya sesuai dengan maksud Allah bagi kehidupan anda, terlepas dari usia.

d.   Berapa banyakkah dianggap cukup untuk warisan?
Umat Kristiani yang tidak mempertimbangkan konsekuensi uang dalam jumlah besar ditangan anggota-anggota keluarga yang tidak matang atau tidak bertanggungjawab seringkali meninggalkan aset dan asuransi dalam jumlah besar bagi mereka. Kita adalah pelindung keluarga kita. Kita pupuk dan kita beri mereka nafkah, tetapi kalau kita berupaya melindungi mereka dari pengujian serta pembangunan karakter yang akan menjaddikan mereka matang didalam Kristus, kita justru menghambat mereka.

1.9.      Berbagi menurut rencana Allah[9]
Rencana Allah untuk berbagi mencakup persepuluhan, ketaatan, kelimpahan dan pengorbanan. Persepuluhan sedari dulu meupakan kesaksian lahiriah dari sikap hati. Namun, persepuluhan tersebut sering kali salah dimengerti.  Persepuluhan sering kali dianggap sebagai aturan yang hanya berlaku bagi Yahudi Perjanjian Lama. Persepuluhan tersebut merupakan kesaksian tentang kepemilikan Allah. Persepuluhan tersebut merupakan  ungkapan rasa syukur yang diberikan oleh Allah kepada manusia sebagaimana dalam Perjanjian Lama ditunjukkan oleh Abraham yang memberikan sepersepuluh dari yang dia punya karna dia telah diberkati (Kejadian 14 : 18-20). Perjanjian baru juga mengatakan bahwa perlunya memberikan persepuluhan tetapi Yesus juga menegaskan bahwa tidak perlu memberikan persepuluh dengan cara legalistik. Ini terlihat dalam 2 Kor 9: 6 (Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.). Perjanjian baru menegaskan bahwa prinsip dalam memberikan persepuluhan tersebut terlihat dalam Roma 11:35 (Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya?). Persepuluhan ini juga pada ujungnya diberikan karena takut (takjub, hormat) akan Tuhan sebab Allah memberi kita hikmat-Nya.
Di dalam memberi persembahan melampaui persepuluhan ini menunjukkan tiga hal yang sering dilakukan yaitu berbagi dalam ketaatan, berbagi dalam kelimpahan, berkorban demi berbagi. Berbagi dalam ketaatan membuka kerelaan yang lebih tinggi. Sebab kebutuhan dengan tanggung jawab kita untuk memenuhinya kalau boleh seimbang. Memberi ini merupakan bukti ketaatan diperjelas dalam Matius 25 :34-36 dan memberi adalah bukti dari kasih diperjelas dalam 1 Yoh 3 : 18-19. Berbagi dalam kelimpahan mempunyai arti bahwa kita mempunyai banyak dan memilih berbagi daripada menyimpan. Hal ini juga diperjelas dalam 2 Kor 8:12-14 yang menjelaskan bahwa perlunya keseimbangan antara kita dengan orang lain. Berkorban demi berbagi ini menuntut kita untuk memberi demi menyebarkan Injil dan kita tidak melewatkan berkat terbesar dalam kehidupan ini yang diperlihatkan dalam Ibrani 13:16.

1.10.    Memutuskan siapa yang layak dibantu[10]
Ketika hendak membantu sebaiknya kita juga harus memikirkan siapa saja yang perlu kita bantu. Kita harus memberi demi saudara-saudara yang memberikan pelayanan dengan cara yang berkenan bagi Allah. Sebab ada juga orang yang tidak layak untuk tidak dibantu karna Allah mungkin juga menggunakan kesulitan materi untuk mengarahkan seseorang  yang mungkin sesuatau yang bisa mendekatkannya kepada Dia atau menguatkan kehidupan rohaninya dan ada orang yang terkadang hanya untuk memuaskan keinginannya sendiri. Allah juga mengingatkan semua umatNya untuk bekerja (2 Tesalonika 3 :10-11). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kesaksian terburuk yang mungkin kita berikan kepada dunia adalah mengabaikan kebutuhan mereka yang anggota tubuh Kristus. Allah juga akan menuntut kita untuk berbago (1 Yoh 3:17-18). Kita juga harus juga memberi demi kebutuhan sesama orang percaya. Dengan itu kita diajak untuk memikirkan kembali sebelum mengusir “orang-orang jalanan” sebagimana yang tertulis dalam Matius 25:44-45 (Lalu mereka pun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku). Kitajuga harus memberi demi kebutuhan  orang miskin bak yang sudah maupun belum diselamatkan. Allah juga memberikan dua janji ketika kita sudah mulai berbagi dengan orang laian yang terdapat dalam Amsal 28:27 yaitu orang yang memberi kepada orang miskin tidak akan berkekurangan dan orang yang mengabaikan kebutuhan sesamanya akan dikutuk.

1.11.    Mengambil keputusan-keputusan keuangan menurut cara Allah[11]
Di dalam menerapkan rencana keuangan menurut Allah, kita harus melakukan beberapa hal yaitu ;
1.                                                      Akuilah kepemilikan-Nya setiap hari
Kita harus memastikan agar keputusan-keputuan kita setiap harinya diserahkan kepada Allah sebagimana yang tertulis dalam Amsal 3:4-6 (maka engkau akan mendapat kasih dan penghargaan dalam pandangan Allah serta manusia.Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri).
2.                              Terimalah petunjuk Allah
Kita sebaiknya menerima petunjuk Allah karena Allah berjanji akan memenuhi segala kebutuhan kita bahkan lebih baik daripada kita memenuhi kebutuhan keluarga kita sebagaiman yang tertulis dalam Matius 7:11.
3.                              Berikanlah kesaksian secara lahiriah tentang kepemilikan allah yang kita imani
Kita harus mempunyai komitmen rohani untuk memberi agar kita dapat bernafas lega secara keuangan sebagaimana yang tertulis dalam Lukas 6:38.
Untuk menerapkan hikamat Allah dalam mengelola uang kita perlu menerapkan sepuluh prinsip berikut yaitu :
1.      Hindarilah spekulasi yang gegabah
2.      Pastikanlah keuangan anda lancar
3.      Janganlah berutang untuk melaksanakan karya Allah
4.      Kalau ragu, daripada meminjam, berikanlah demi kebutuhan sesama
5.      Janganlah turut menandatangani perjanjian utang
6.      Evaluasikanlah pembelian berdasarkan kebutuhan, keinginan, hasrat
7.      Jangan pernah gegabah mengambil keputusan keuangan
8.      Kalau anda tidak merasa damai sejahtera, jangan beli
9.      Suami istri seharusnya sependapat

1.12.    Tantangannya akhir pembayaran[12]
Di dalam menangani keuangan menurut cara Allah kita dituntut untuk bertanggung jawab. Ada beberapa hala yang dituntut dilakukan agar kita dapat bertanggung jawab terhadap keuangan kita baik yang sudah menikah maupun menikah yaitu :
1.      Jadilah seoarng pengurus (Luk 6:10)
2.      Berilah setidaaknya persepuluhan (Ams 3:9)
3.      Susunlah anggaran (Ams 27:23-24)
4.      Lunasilah utang konsumen (Ams 22:7)
5.      Jadilah bebas dari utang (Ams 10:22)
6.      Latihlah anak-anak anda (Ams 1:8)
7.      Ajarilah sesama (2 Tim 2:2)
Di dalam mengelola keuangan sebaiknya lebih dulu mendoakan unag tersebut sebelum digunakan.

II.        Tanggapan
            Pada bagian ini kami akan memberikan tanggapan mengenai subjudul yang begitu menarik antara kekayaan dan juga bahaya uang. Kami melihat hal ini yang sangat penting dan paling berpengaruh dalam kehidupan. Namun, kami tidak akan banyak membahas mengenai studi Alkitabiah  seperti yang sudah dipaparkan oleh Larry Burkett tetapi akan melihat dari segi studi sosial, bagaimana sebenarnya realitas pengelolaan yang terjadi dalam kalangan Kristen terutama gereja yang banyak sekali disoroti sekarang.

2.1.      Apakah Kekayaan itu?
Kekayaan adalah sebuah terminologi yang memiliki banyak pengertian. Menurut kamus Oxford Advanced Learner’s dictionary, Kekayaan (wealth) adalah sebuah jumlah yang besar dari uang, properti dan lainnya; keadaan menjadi kaya.[13] Sedangkan dalam bahasa Yunani diterjemahkanplou/toj yang juga diartikan sebagai berkelimpahan, atau berkat kekayaan. Demikianlah makna kekayaan jika dikaji secara lexical. Setelah membaca buku Larry Buckett, kami melihat kebenaran bahwa dewasa ini begitu banyak manusia yang ingin mencari kekayaan dunia. Mereka tidak lagi mementingkan kehidupan rohaninya. Demi kekayaan yang mereka capai, mereka menggunakan segala cara untuk mendapatkan. Hal ini yang terjadi dalam kehidupan orang termasuk juga kita orang-orang Kristen yang sering melupakan maksud Allah. Mengenai jiwa kehidupan orang Kristen juga dilontarkan dalam khotbah Ephorus HKBP Pdt. Dr. P.W.T Simanjuntak sebagai berikut:
            Semakin bergejolak tampaknya hasrat materialisme untuk mempengaruhi hati manusia yaitu keinginan yang ingin mencintai dan memuja uang dan harta. Banyak dibentuk pemikiran-pemikiran dan usaha bagaimana agar semanya itu menjadi harta dan uang, bagaimana mencari jalan yang cepat untuk mencarinya yang sampai merajai hati dan pikiran manusia. Belakangan ini banyaknya yang mencari kesenangan yang kemudian menguasai hati dan pikiran manusia. Terlebih memperbaiki kehidupan manusia sehingga lupa memperhatikan apa yang penting untuk kehidupan spiritualnya. Jika tidak seimbang pembangunan fisik dan pembangunan spiritual mudahnya orang tergoda dan terjatuh dalam hal materialisme. Tetapi seharusnya setiap orang, keluarga dan bangsa bersungguh-sungguh meningkatkan pembangunan mental spiritual.”[14]

Dari sini kita melihat bahwa sebenarnya kekayaan sangat mempengaruhi pembangunan iman dan pembangunan spiritual dari pada setiap orang di dunia. Demikian juga kita sebagai orang Kristen tidak juga terlepas dari masalah kekayaan atau perebutan uang dalam kehidupannya.
Dalam konteks masalah manajemen keuangan, kami melihat bagaimana pentingnya orang Kristen bisa mengelola uang. Karena persekutuan orang Kristen adalah gereja, maka akan ada kesinambungan bagaimana orang-orang Kristen mengelola keuangan dalam gereja. Sebab pada umumnya, permasalahan yang timbul dari pada suatu “organisasi” berawal dari masalah kekayaan atau pengejaran akan keuntungan. Jika menurut Larry Burkett bahwa pengelolaan uang orang Kristen harus berlandaskan pada alkitabiah, maka apa sebenarnya yang menjadi rahasia kegagalan kebanyakan orang Kristen gagal dalam pengelolaan uang? Apakah kita puas hanya dengan jawaban “sikap kita saja yang mempengaruhinya.”? Jika ya, maka semua masalah keuangan di dunia terselesaikan.
Buku ini hanya menjawab masalah dari sudut pandang orang pertama yang menekankan proses pengendalian diri dan manajemen diri sendiri, tetapi jika kita melihat secara luas, bahwa pada dasarnya pribadi adalah bagian dari pada masyarakat yang majemuk, tentu keberhasilan kita juga dipengaruhi masyarakat. Kalau kita hanya memandang dari segi alkitabiah memang semuanya kelihatan begitu indah, tetapi tidak semudah untuk melakukannya. Inilah yang menjadi tantangan bagi orang Kristen dalam gereja sekarang ini.
Gereja harus mampu mengatur keuangannya sendiri agar jemaat dapat bertumbuh. Kegagalan gereja sendiri sering terjadi dari masalah internalnya. John B. Pasaribu dalam bukunya juga melihat bahwa pada kesempatan lain gereja juga yang sudah memasuki manajemen kepedulian dan sesudah didalamnya mulai melihat dan tergiur bahwa kegiatan duniawi sangat menarik dan menggiurkan, lalu mencari segala upaya untuk meraih dan menikmatinya. Dua hal yang menyebabkan pelayan Tuhan baik pendeta maupun lainnya terperosok dalam dosa, walaupun yang bersangkutan tidak pernah mengakui dosa itu. Seperti uang atau kekayaan dan moral/dunia maksiat. Ada yang terobsesi mencari uang dan kekayaan dan ada juga yang memanfaatkan keadaannya sebagai hamba Tuhan untuk melakukan tindakan amoral dan memasuki maksiat dunia sekalian. Pelayan firman harus memiliki kekudusan sendiri, yang menjadi ciri khasnya. Keberadaan mereka ditengah masyarakat luas perlu memiliki identitas dan mempertahankan kekudusan itu.[15]
Lalu bagaimana gereja menjawab masalah internal ini, jika para pelayan Tuhan yang dianggap kudus melakukan demikian, bagaimana dengan jemaatnya? Berarti dalam Gereja butuh kepemimpinan yang sejati dalam pengelolaan jemaatnya baik dari segi keimanan dan juga segi pembangunan jemaat. Jadi intinya, gereja memang butuh pemimpin yang sejati dalam pengolalaan gereja. Pemimpin yang teliti dan ulet dalam pelayanannya. Radesman memberikan gambaran terhadap Kepemimpinan Kristiani bahwa motivasi dan sasaran kepemimpinannya harus dilandaskan oleh aspek-aspek iman Kristen yang bisa membantu memberikan dukungan kepada tugas kepemimpinnya.[16] Setidaknya sasarannya adalah Kehendak Allah dalam komunitas kerja, dan Ciri komunitas yang mendukung kehendak Allah.
Haryono Somarso melihat bahwa kelemahan atau titik lemah yang ada pada setiap organisasi ada dalam Anggaran Keuangan. Anggaran Keuangan dibutuhkan antara lain untuk pengetahuan tentang: Penyediaan dana baik untuk investasi maupun operasional yang diharapkan tersedia dari penyandang dana; masuk keluarnya dana dari hasil operasional yang ada kaitannya dengan modal usaha; kekayaan usaha, apakah cukup dianggarkan dengan “kekuatan sendiri”, atau harus ada bantuan dari perbankan atau lembaga keuangan lainnya.
Tanpa suatu anggaran keuangan yang jelas dan transparan, maka usaha itu akan berjalan dalam kegelapan. Kadang-kadang orang tidak bisa membedakan antara uang kas ditangan dan uang yang masih berupa tagihan. Bisakah tagihan itu berpindah menjadi uang kas di tangan? Tanpa anggaran keuangan yang baik dan bisa dipercaya, maka akan benar-benar beroperasi dalam kegelapan.[17]Utang yang terlalu besar juga dapat melumpuhkan pelayanan sebuah gereja. Memang peminjaman uang secara bijaksana itu dapat menentang para anggota gereja untuk beriman serta berkorban. Tetapi utang yang sulit dilunasi itu dapat membayang-bayangi perjalanan jemaat bertahun-tahun lamanya. [18]Bukan hanya keuangan gereja yang dibukukan, tetapi keuangan dalam rumah tangga juga, artinya keuangan pribadi. Karena betapa sering pelayan berhutang karena uang habis sebelum pertengahan bulan atau sebelum minggu terakhir. Memang sebagai pelayan uang kita tidak banyak tetapi sistem manajemen keuangan pribadi itu tetap harus dikerjakan dengan baik. Akhirnya, Jahenos menyimpulkan bahwa gereja itu adalah persekutuan orang-orang yang diutus Tuhan, sebab itu perlu diadakan pengorganisasian yang baik agar memberikan pengaruh kepada masyarakat.[19]
Masalah-masalah inilah yang menjadi kelemahan dalam pengelolaan uang yang terdapat pada kehidupan sosial kita. Makanya harus dipahami bahwa dalam pengelolaan uang yang baik tidak hanya butuh pribadi yang spiritual tetapi juga komunitas yang mendukung dalam proses pengelolaan yang benar.

2.3.      Bahaya Uang
Masalah keuangan merupakan masalah yang pelik dan halus. Perkara ini sering dan dibicarakan dalam kehidupan kepemimpinan. Tetapi justru kegagalam hamba Tuhan terletak pada ketidakmampuannya mengurus keuangan karena itu perlu mengurus keuangan hamba Tuhan. Oleh karena iitu, perlu membuat pembukuan untuk mencatat pemasukan dan pengeluaran. Ini penting untuk melatih diri untuk bertanggung jawab terhadap keuangan. Dan setiap uang yang diterima gereja dari Tuhan harus dipertanggung jawabkan kembali kepada-Nya. Dari belajar mempertanggung jawabkan keuangan itu bermaksud untuk menjadi pemimpin di dalam gereja yang dapat mempertanggung jawabkan keuangan yang dipercayakan oleh gereja kepada para hamba Tuhan.
Dalam pelayanan hamba Tuhan di dalam gereja sering ditemukan campur tangan dari istri pelayan terhadap manajemen keuangan gereja. Hal ini tidak boleh terjadi karena akan dapat menimbulkan kecurigaan dari jemaat. Karena belum tentu kita berbuat salah atau kecurangan tetapi menimbulkan kecurigaan. Karena bila pelayan mempunyai kekuasaan, istrinya ikut ambil bagian, mungkin saja orang berpikir bahwa kekuasaan itu jadi wadah penyelewengan.
Mengapa hal itu perlu kita bicarakan?Sebab pelayan kehilangan kepercayaan dalam keuangan, itu berarti pelayan itu sudah gagal. Bahkan kegagalan total. Karena itu mulailah membuat pembukuan pribadi dengan teratur sehingga pemasukan dan pengeluaran dapat dilihat dan dipertanggung jawabkan dengan jelas. Karena pembukaan keuangan gereja yang bertanggung jawab atau professional sering kali kurang diperhatikan. Oleh karena itu, pelayan harus menjadi contoh dalam urusan keuangan dalam rumah tangganya (bnd. Lukas 3:14 “Cukuplah dirimu dengan gajimu” ; Filipi 4:11 “Belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan” ; Ibrani 13:5 “Cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu.”[20]
Tuhan menyatakan bahwa uang memang merupakan alat penukar atau alat pembayaran atau alat mendapatkan sesuatu. Namun diingatkan pula bahwa manusia jangan cinta atau loba atau memburu uang atau menjadi hamba uang sebagaimana terlihat dalam bagian Alkitab berikut ini
a.       Untuk tertawa orang menghidangkan makanan, anggur meriangkan hidup dan uang memungkin semuanya itu (Pengkotbah 10:19)
b.      Karena akar segala kejahatan adalah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka. Tetapi engkau manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan (1 Timotius 6:10-11)
c.       Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman : “aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan aku sekali-kali tidak akan meninggkan engkau (Ibrani 13:5).
d.      Siapa yang mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Ini pun sia-sia. Dengan bertambahnya harta, bertambah pula orang-orang yang menghabiskannya. Dan apakah keuntungan pemiliknya selain daripada melihatnya? (Pengkotbah 5:9-10)[21]

2.3.      Pengelolaan Uang
Bagaimana orang miskin dapat mengelola uang sedangkan ia tidak memiliki uang? Pada dasarnya orang miskin  menjadi semakin miskin karena tidak bisa mengelola dengan baik. Pengelolaan uang seharusnya mengikuti filsafat ekonomi yaitu: pemasukan harus lebih besar dari pada pengeluaran. Dengan demikian maka tidak akan terjadi kemiskinan. Namun memang penyebab kemiskinan itu sendiri bukan terletak pada masalah pengelolaan uang, tetapi justru pada pribadi yang “MALAS”.
Kesuksesan orang dalam mengelola uang tidak terlihat dari hartanya saja tetapi bagaimana seseorang itu memiliki jiwa diakonal. Aspek diakonal yang dimaksud adalah bagaimana kita mengelola/menggunakan uang untuk tujuan pelayanan atau untuk menolong. Jadi dengan aspek ini, kita disarankan untuk tidak mencari dan menimbun harta untuk kepentingan kita pribadi, tetapi bagaimana harta kita juga bisa menolong orang lain yang membutuhkan namun bukan dalam rangka pemberian secara cuma-cuma. Jadi kita juga memotivasi orang miskin tersebut untuk tidak hanya mengharapkan belas kasihan saja, tetapi ia juga berusaha untuk bekerja dalam memperbaiki kehidupannya. Usaha diakonal ini bisa kita lihat dengan adanya bentuk peminjaman uang tanpa bunga baik pribadi maupun organisasi.
Dasar teologi terhadap manajemen pengelolaan uang dapat kita ambil dari Mat. 7:12 yaitu Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Nats ini dimaksudkan bahwa pengelolaan uang yang seyogianya kita peroleh dari Allah sendiri harus kita gunakan secara positif setidaknya lebih mendekatkan kita kepada Tuhan Allah  yang memberikan berkat itu sendiri. Semakin banyak harta yang kita miliki hendaknya tidak membuat kita semakin sombong, pelit, dan kikir dan bahkan melupakan Tuhan sebagai sumber dari segalanya itu.
Pengelolaan uang harus juga dilakukan secara missioner, artinya dengan menggunakan uang sebagai media kita untuk membuat orang lain lebih percaya kepada Tuhan. Dengan uang kita menjadikan uang itu sebagai sebuah cerminan kepada orang lain bahwa sebenarnya uang itu berasal dari Tuhan. Dengan demikian, percaya kepada Tuhan bukanlah membuat kita semakin miskin tetapi justru semakin kaya baik jasmani dan rohani. Jadi dengan penggunaan uang kita juga mampu menyebarkan injil kepada orang melalui kesuksesan dan kesaksian Tuhan yang telah bekerja membangun keuangan kita.
Di dalam pengelolaan uang bagi jemaat yang miskin, gereja juga perlu mengadakan beberapa metode pendekatan agar mereka dapat mengetahui bahwa gereja turut memperhatikan rakyat yang miskin. Metode pendekatan yang dilakukan yaitu dengan metode persuasif, edukatif dan akomodatif.
·         Metode persuasif yaitu melakukan pendekatan melalui penyuluhan-penyuluhan baik melalui ceramah maupun berkomunikasi langsung dengan mereka karena ini akan membuat jemaat yang miskin lebih tertarik di dalam mengelola uang yang lebih baik.
·         Metode edukatif yaitu melakukan pendekatan dengan bersikap dan bertingkah laku seperti pendidik, dengan sabar memberikan arahan dan membimbing mereka untuk menggunakan uang dengan lebih baik.
·         Metode akomodatif yaitu melakukan pendekatan dengan memberikan jalan untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh jemaat dalam penggunaan uang.[22]

III.       Kesimpulan dan Saran
3.1.      Kesimpulan
·         Bukan kelimpahan ataupun kekurangan kita akan uang itu yang mempengaruhi hubungan kita dengan Dia, sikap kitalah yang mempengaruhinya.
·         Ketika kita tidak berserah, itu sama artinya dengan memutuskan bahwa hikmat kita lebih unggul daripada hikmat-Nya.
·         Uang bukanlah menjadi suatu hal yang menentukan kehidupan kita, meskipun uang membantu dalam meningkatkan kehidupan kita.
·         Dalam memegang uang bukanlah kita yang mengendalikan, tetapi Allah menginginkan kita untuk menggunakan uang sesuai dengan rencana-Nya.
·         Didalam berbagi menurut rencana Allah mencakup kepada: persepuluhan, ketaatan, kelimpahan, dan pengorbanan.
·         Kita harus memberi demi saudara-saudara yang memberikan pelayanan dan demi kebutuhan sesama orang percaya.
·         Dengan menimbang setiap keputusan, menurut prinsip-prinsip Allah, keuangan bisa diatur dengan baik.

3.2.      Saran
            Dari hasil bacaan dan diskusi kami, kami menyarankan bahwa pada intinya dalam proses pengelolaan uang hendaknyalah kita menyerahkan segala rencana kita kepada Allah yang mengetahui dan memberikan setiap kebutuhan yang kita inginkan dan bahkan yang tidak kita ingini. Kita sebagai seorang pelayan sebaiknya membuat pembukuan yang benar tentang keuangan, sehingga tidak ada rasa curiga dari jemaat dan tidak mengikutcampurkan urusan pribadi terhadap gereja. Sebaiknya di dalam mengelola uang mengikuti rencana-Nya karena Allah mempunyai rencana baik bagi kehidupan kita. Semuanya memang bertolak pada diri sendiri bagaimana kita berpaling kepada Alkitab. Tetapi kita tidak boleh lepas dari pandangan sosial dan pengaruh globalisasi, seperti menurut Darwin Lumbantobing, bahwa kita sebagai orang Kristen harus mampu beradaptasi dan menyatakan kesaksian ditengah dunia melalui kehidupan kita di tengah arus globalisasi, dan juga terutama bukan hanya dalam pengelolaan uang tetapi juga pengelolaan hidup kita sebagai saksi Kristus.[23]
           



[1]Larry Burkett, Bagaimana Anda Cerdas dalam Mengelola Uang: Sebuah Studi Alkitab Mendalam Tentang Pengaturan Keuangan Pribadi, Interaksara, Batam : 2005, hlm. 9-13.
[2]Larry Burkett, Op.Cit., hlm. 21-25.
[3]Larry Burkett, Op.Cit., hlm. 33-44.
[4]Larry Burkett, Op.Cit., hlm. 53-60.
[5]Larry Burkett, Op.Cit., hlm. 67-75.
[6]Larry Burkett, Op.Cit., hlm. 79-89.
[7]Larry Burkett, Op.Cit., hlm. 95-102.
[8]Larry Burkett, Op.Cit., hlm. 107-116.
[9]Larry Burkett, Op.Cit., hlm. 123-132.
[10]Larry Burkett, Op.Cit., hlm. 139-148.
[11]Larry Burkett, Op.Cit., hlm. 153-165.
[12]Larry Burkett, Op.Cit., hlm. 179-196.
[13]Hornby AS, Oxford : Advanced Learner’s Dictionary, Oxford University Press : 1995, hlm. 1348.
[14] Lih.P.W.T Simanjuntak, “Jamita Tu Partangianan Bona Taon” dalam Lambas Gultom, Hamba yang Tidak Berguna, Gramedia, Jakarta : 2010, hlm. 412.
[15] Bnd.John B. Pasaribu, Manajemen Kepedulian, Yayasan JBP, Jakarta: 2008, hlm. 35.
[16]Lih.Radesman Sitanggang, Memimpin Sesuai Amanah: Apakah Kepemimpinan Kristiani itu?, L-SAPA, Pematang Siantar: 2006, hlm. 96.
[17]Lih.Haryono Soemarsono, Manajemen Plus, Lembaga Literatur Baptis, Bandung: 2004, hlm. 56.
[18]Bnd.Warren.W. Wiersbe dan Howard F. Sugden, Memimpin Gereja secara Mantap, Lembaga Literatur Baptis, Bandung: 2003, hlm. 122.
[19]Lih. Jahenos Saragih, Manajemen Kepemimpinan gereja, Suara GKYE Peduli Bangsa, Jakarta:2008, hlm. 14.
[20]Bnd. P. Octavianus, Manajemen dan Kepemimpinan menurut Wahyu Allah, Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia, Malang: 2007, hlm. 156-158.
[21]Bnd. Sugiyanto Wiryoputro, Dasar-dasar Manajemen Kristiani, BPK Gunung Mulia, Jakarta: 2008, hlm.6-7.
[22] Bnd. S. Edwin Simajuntak, SH, “Hukum sebagai Sarana Pengatur Tata Tertib” dalam Lambas Gultom, Hamba yang Tidak Berguna, Gramedia, Jakarta : 2010, hlm. 184.
[23]Lih.Darwin Lumbantobing, “Marturia Era Globalisasi” dalam Jurnal Teologi Vocatio Dei, L-SAPA, Pematangsiantar: 2010, hlm. 35.

2 komentar:

  1. terima kasih, ini sangat memberkati...............

    BalasHapus
  2. Anda berada di kesulitan keuangan? Apakah Anda ingin memulai bisnis Anda sendiri? Perusahaan pinjaman didirikan organisasi hak asasi manusia di seluruh dunia dengan tujuan tunggal membantu orang miskin dan orang-orang dengan kesulitan keuangan yang hidup. Jika Anda ingin mengajukan pinjaman, kembali ke kami dengan rincian di bawah email: julietowenloancompany@gmail.com


    Nama lengkap:
    jumlah pinjaman :
    Pinjaman Durasi:
    Pendapatan bulanan :
    negara:
    Seks:
    Nomor telepon:
    Tanggal lahir :

    Terima kasih dan Tuhan memberkati

    JULIETOWENLOANCOMPANY
    (Julietowenloancompany@gmail.com)
    Ibu Juliet

    BalasHapus