KIAT MENGENTASKAN PENGANGGURAN
dan
KEMISKINAN MELALUI WIRAUSAHA
I.
PENDAHULUAN
Dalam
mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur baik itu dalam bentuk materil
maupun spiritual pemerintah dan swasta telah melakukan pembangunan di berbagai
bidang secara berkesinambungan dan terus meningkat. Yang ditandai dengan terus
meningkatnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Namun walaupun
demikian peningkatan kesejahteraan hidup tersebut belum dirasakan oleh seluruh
masyarakat Indonesia, yang tercermin bahwa pada tahun 2009 masih terdapat
penduduk miskin sebesar 32 juta orang dan penduduk yang masih menganggur
sebesar 8,96 juta orang. Penduduk yang menganggur pada umumnya tersebar di
pedesaan dan di perkotaan. Pengangguran yang terdapat di pedesaan disebabkan
oleh masyarakat tersebut berpendidikan rendah dan tidak memiliki keterampilan
atau keahlian. Selain itu pengangguran yang terjadi diakibatkatkan oleh
beratnya beban hidup yang dipikul oleh satu keluarga. Selain itu juga para
sarjana yang menganggur disebabkan karena sulitnya untuk mendapat pekerjaan di
kantor-kantor pemerintah atau di perusahaan karena persyaratan yang sulit
dipenuhi dan bidang studi yang dipelajari tidak sesuai dengan
persyaratan-persyaratan pasar tenaga kerja. Bahkan PHK terjadi dimana-mana,
sehingga keadaan seperti ini harus mendapat solusi yang tepat dari kita sebagai
masyarakat yang peduli akan hal tersebut.
II.
ISI
2.1.
Penyebab Pengangguran
dan Kemiskinan
2.1.1
Hanya ingin bekerja
sebagai pegawai
Para
pengangguran pada umumnya ingin menjadi seorang pegawai negeri yang didasari
oleh orangtuanya. Karena orangtua beranggapan bahwa menjadi pegawai negeri
lebih terhormat dibandingkan dengan pekerja swasta. Namun sebenarnya pandangan
tersebut tidaklah benar, sebenarnya kita harus bekerja keras diberbagai bidang
usaha pembangunan dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera, baik materil
maupun spiritual.[1]
2.1.2
Lapangan kerja yang
tersedia memerlukan skill
Para
penganggur sarjana sulit mendapat pekerjaan karena persyaratan yang diminta
oleh perusahaan tidaklah sesuai dengan bidang studi yang ia miliki. Jadi kita
tidak menemukan titik temu antara lulusan perguruan tinggi dengan persyaratan
yang diminta oleh perusahaan. Peryaratan yang sering diminta oleh sebuah
perusahaan adalah Indeks Prestasi tinggi, pandai berbahasa Inggris dan
komputer, akuntansi, kejujuran dan kedisiplinan dalam bekerja.[2]
2.1.3
Tidak ada minat untuk
bekerja
Dalam
masyarakat memang terdapat pengangguran yang tidak memiliki mainat untuk
bekerja, mereka hidup bermalas-malasan tanpa menghasilkan apa-apa, sehingga
mereka hidup bergantung pada orang lain dan hidup dalam keadaan frustasi. Jadi
kita sebagai masyarakat harus peduli dalam memberikan motivasi atau dorongan
sehingga timbul kemauan untuk bekerja.
2.1.4
Pertumbuhan ekonomi
Sejak
orde lama, orde baru hingga reformasi, kondisi perekonomian kita masih juga
belum menggembirakan. Yang disebabkan berbagai kendala diantaranya terbatasnya
sumber dana pembiayaan, rendahnya kualitas sumber daya manusia, dan besarnya
tingkat korupsi diberbagai bidang pemerintahan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi
menggambarkan pembangunan diberbagai bidang cukup berhasil, sehingga dampak
dari keberhasilan pembangunan tersebut antara lain kesejahteraan masyarakat
meningkat dan pengangguran juga jauh berkurang.[3]
2.2
Usaha Menanggulangi
Pengangguran dan Kemiskinan
2.2.1
Menciptakan penghasilan
sendiri
Penghasilan
kita pada umumnya diperoleh kalau kita bekerja sebagai pegawai negeri, karyawan
swasta atau profesi lain. Namun jika perusahaan tempat kita bekerja mengalami
kebangkrutan maka kita sebagai pekerja akan terkena pemutusan hubungan kerja
sehingga gaji kita juga akan terhenti. Sehingga para pengangguran tersebut
harus mencari jalan keluar dengan cari bisa menciptakan penghasilan sendiri.
Caranya adalah sebagai berikut:
Ø Menciptakan penghasilan
melalui utilitas perubahan bentuk (Form Utility)
Ø Menciptakan penghasilan
melalui utilitas tempat (Place Utility)
Ø Menciptakan hasil
melalui utilitas waktu ( Time Utility)
Ø Menciptakan penghasilan
melalui utilitas kepemilikan (Ownership Utility)[4]
2.2.2
Perlu pengembangan
wirausaha
Dalam
menanggulangi pengangguran dan kemiskinan sangat diperlukan tumbuhnya
wirausaha-wirausaha baru yang kreatif dan inovatif, sehingga semakin banyaknya
pelaku-pelaku bisnis baru dan hal ini sangatlah mendorong dalam pertumbuhan
ekonomi nasional. Adapun pengembangan wirausaha tersebut dapat dilakukan
dengan:
Ø Melalui perguruan tinggi
atau universitas
Ø Melalui kementerian
koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM)
Ø Melalui kementerian
tenaga kerja dan transmigrasi[5]
2.2.3
Pemerintah
Pemerintah
sangat berperan dalam menanggulangi kemiskinan dan pengangguran di tanah air,
sehingga pemerintah terus berusaha dalam meningkatkan pembangunan disegala
bidang. Pada tahun 2005 pembiayaan yang diperlukan untuk pembangunan sebesar Rp
400 triliun dan pada tahun 2009 meningkat menjadi Rp 1000,8 triliun dan
perkiraan pada tahun 2010 dan 2011 masing-masing menjadi Rp 1047 dan Rp 1127
triliun. Namun meskipun demikian pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah
belum juga dapat mengentaskan pengangguran dan kemiskinan. Usaha yang dilakukan
oleh pemerintah telah banyak melalui kementerian yang terkait misalnya Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat yang dana pembiayaannya dari pemerintah,
pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR). Jika semua hal itu dilakukan dengan baik
dan benar serta ada pendamping menagemen dan pengawasan untuk setiap usaha atau
proyek pasti pengangguran dan kemiskinan akan terus berkurang dan kesejahteraan
masyarakat akan semakin meningkat.
2.2.4
Kerjasama perusahaan
besar dengan lingkungan dan usaha kecil dan menengah
Yang
dimaksudkan dengan kerja sama perusahaan besar dengan lingkungan adalah bahwa
keberadaan perusahaan di suatu daerah memiliki kewajiban meningkatkan
kesejahteraan di derah tersebut. Misalnya petani di Kalimantan Timur memerlukan
bengkel las untuk memperbaiki alat-alat pertanian yang rusak serta perusahaan
juga akan mendidik pemuda-pemudi setempat untuk menjadi tenaga-tenaga ahli
mengelas. Sehingga kesejahteraan di daerah tersebut semakin meningkat dan
perusahaan itu tentu akan mendapat simpati dari masyarakat.[6]
2.3
Wirausaha
2.3.1
Pengertian wirausaha
Yang
dimaksud dengan wirausaha menurut The
Fortable MBA in entrepreneurship adalah “Entrepreneurship
is the person who perceives an apportunity and creates an organization to
pursue (By gave 1994)”, yang artinya bahwa seorang wirausaha adalah orang
yang melihat adanya peluang kemudian menciptakan organisasi untuk memanfaatkan
peluang tersebut. Selain itu wirausaha adalah orang yang mempunyai kemampuan
melihat dan menilai kesempatan atau peluang-peluang bisnis. Seorang wirausaha
haruslah memiliki kreativitas dan juga inovasi, misalnya dengan melihat
tanaman-tanaman yang melimpah yang kurang bermanfaat dan mampu mengubahnya
menjadi produk-produk yang memiliki nilai tambah yang tinggi.[7]
2.3.2
Perbedaan kewirausahaan
dan wirausaha
Menurut
Reymond W.Y. Kau (1995) yang dimaksud dengan kewirausahaan adalah suatu proses
menciptakan sesuatu yang baru dan membuat sesuatu yang berbeda dari yang sudah
ada (inovasi). Tujuannya adalah tercapainya kesejahteraan individu dan nilai
tambah bagi masyarakat. Sedangkan wirausaha mengacu pada orang yang
melaksanakan penetasan gagasan, memadukan sumber daya dan merealisasikan gagasan
tersebut menjadi kenyataan. Seorang wirausaha adalah orang yang kreatif dan
inovatif serta mampu mewujudkannya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup,
kesejahteraan masyarakat dan lingkungan.[8]
2.3.3
Sifat-sifat yang perlu
dimiliki wirausaha
2.3.3.1
Percaya Diri
Kepercayaan
diri ini merupakan sikap dan keyakinan yang harus dimiliki seorang wirusaha
dalam mnghadapi tugas dan pekerjaan. Dimana didalam sikap percaya diri
terkandung nilai-nilai keyakinan, optimismea, individualisme, dan
ketidaktergantungan serta yakin akan kemampuannya untuk mencapai
keberhasilan.Jadi, seorang wirausaha yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi
relative lebih mampu menghadapi dan menyelesaikan masalah sendiri tanpa
menungggu bantuan orang lain.
2.3.3.2 Beriorientasi pada Tugas dan Hasil
Seorang
wirausaha yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah orang yang selalu
mengedepankan nilai-nilai motif berprestasi, ketekunan, tekad, kerja keras,
nergik, dan mempunyai dorongan kuat dalam meraih tujuan dan sasaran.
2.3.3.3.Berani mengambil Risiko
Keberanian
dan kemampuan mengambil risiko merupakan nilai utama dalam kewirausahaan. Dan
tentunya pengambilan risiko ini dilaksanakan setelah melalui pemikiran,
analisis, perhitungan serta pertimbangan yang matang.
2.3.3.4.Kepemimpinan
Sifat
kepemimpinan bagi seorang wirausaha sangat penting. Seorang pemimpin haruslah
mampu untuk menjadi pelopor dan dapat memberikan contoh yang baik, jujur serta
mampu untuk meningkatkan kesejahteraan karyawannya.[9]
2.3.3.5.Berorientasi ke Masa Depan
Seorang
wirausaha haruslah berwawasan ke masa depan, mempunyai visi ke depan, dan
mengetahui kemana kegiatan bisnisnya tersebut akan dibawa dan apa yang ingin
dicapai (target).
2.3.3.6.Kreatif dan Inovatif
Sifat
kreatif dan inovatif sangat penting dan harus di miliki oleh seorang wirausaha.
Hal ini baik untuk menciptakan gagasan, menemukan cara baru dalam melihat
permasalahan dan peluang yang ada serta mampu untuk mencari solusi yang kreatif
terhadap permasalahan (menemukan gagasan baru).[10]
2.3.3.7.Sifat Kemandirian
Yang
dimaksud dengan sifat kemandirian yang dimiliki oleh seorang wirausaha
menunjukkan bahwa ia selalu mengembalikan perbuatannya sebagai tanggung jawab
pribadi. Dalam hal ini seorang wirausaha lebih senang bekerja, bertindak
sendiri dalam menentukan cara kerja yang sesuai dengan dirinya.
2.3.3.8.Memiliki Tanggung Jawab
Tanggung
jawab yang dimksud adalah perilaku wirausaha yang memiliki disiplin, patuh pada
komitmen, bersungguh-sungguh, jujur, berdedikasi tinggi, konsisten dan tidak
pernah ingkar janji.[11]
2.3.3.9.Selalu Mencari Peluang Usaha
Peluang usaha
yang dimaksud adalah seorang wirausaha harus mampu untuk mencari dan
memanfaatkan usaha di berbagai bidang. Seorang wirausaha harus selalu belajar,
karena dealam kehidupan ini penuh dengan berbagai peluang dan kesempatan untuk
maju, tumbuh, dan berkembang.
2.3.3.10.
Memiliki Kemampuan Personal
Semua
orang yang berkehidupan sebagai wirausaha harus terus mau belajar berbagai
pengetahuan, misalnya melalui membaca buku dan menghadiri seminar, terutama di
bidang bisnis untuk meningkatkan wawasan dan kompetensi wirausaha. Hal ini
dapat membantu kelancaran bisnis dan mempermudah membaca munculnya
peluang-peluang bisnis baru.
Selain
sifat-sifat atau karakteristik yang ada di atas, dalam usah mendorong
keberhasilan usahanya, seorang wirausaha harus dapat:
v Membangun komunikasi
dengan pihak lain untuk bekerja sama. Membangun kepercayaan dalam menjalin
hubungan dengan perbankan dan konsumen.
v Membangun jaringan untuk
menciptakan pasar baru, mencari peluang bisnis baru, dan sebagainya.
v Membangun kemampuan tim
kerja untuk mencapai tujuan tertentu.
v Membangun pikiran
kreatif untuk kegiatan promosi, menciptakan produk-produk dan
pelanggan-pelanggan baru.
v Membangun cara berpikir
yang terstruktur.
v Membangun kemampuan
untuk cepat dan tepat dalam memutuskan suatu keputusan.
v Membangun perilaku atau
moralitas yang baik dalam melaksanakan kegiatan bisnis (bersikap jujur).[12]
2.4.
Membangun Wirausaha
Bersama Keluarga
2.4.1. Kesepakatan Membentuk Usaha
Bagi
mereka yang sudah berkeluarga, hendaknya jika ingin berwirausaha seyogianya
dibicarakan terlebih dahulu dengan seluruh anggota keluarga, agar dalam
pelaksanaannya nanti dapat melibatkan partisipasi dari seluruh anggota
keluarga. Usaha tersebut hendaknya sesuai dengan perencanaan yang telah
ditetapkan sebelumnya serta terkoordinasi dalam organisasi.
2.4.2. Modal
Modal
yang dimaksudkan tidak harus berupa uang dan bukan harta kekayaan, tetapi yang
dimaksudkan adalah modal pribadi yang kuat berupa kemauan dan kepercayaan dalam
diri sendiri. Selain itu modal lain yang diperlukan adalah tenaga kerja.
2.4.3.
Orang Tua sebagai
Manajer
Adapun
yang menjalankan manajemen perusahaan adalah orang tua atau pimpinan rumah
tangga dalam keluarga. Dalam hal ini, orang tua sebagai manajer telah berhasil
menggerkkan orang-orang dalam keluarga tersebut secara efektif dan efisien
untuk meraih keuntungan dalam mewujudkan kesejahteraan keluarga.[13]
2.4.4.
Membangun Hubungan
Jaringan Lingkungan Bisnis
Yang
dimaksud dengan membangun hubungan jaringan lingkunagan bisnis adalah semua
unsur yang berkaitan dengan kegiatan bisnis atau usaha, misalnya pelanggan,
penyalur bahan, instansi pemerintah dan masyarakat. Dimana dengan adanya
jaringan ini lebih mudah untuk mendapatkan informasi-informasi dalam berbisnis.
2.4.5.
Mampu Memotivasi Diri
dan Keluarga
Orang
tua sebagai manajer bisnis keluarga harus dapat memotivasi diri sendiri dan
keluarga untuk maju. Motivasi diri sendiri ini berasal dari diri dan dari luar
diri sendiri (dorongan saudara, sahabat, keluarga), yang berguna untuk
meningkatkan kepercayaan diri dalam penetapan kebijakan dan program-program
bisnis serta pengambilan risiko bisnis.[14]
2.4.6.
Berperilku yang Baik
Yang
perlu diperhtikan oleh para wirausaha dalam melaksanakan kegiatannya adalah
harus berperilaku baik atau memiliki moralitas yang baik. Selain itu, di dalam
memberikan pelayanan terhadap konsumen harus ramah, santun, dan menyejukkan
hati sehingga membuat konsumen betah dan tidak akan pindah ketempat lain.[15]
2.5.
Ide dan Peluang Usaha
dalam Kewirausahaan
2.5.1.
Membuat nilai tambah
suatu Barang atau Jasa
Hal
ini dilakukan dengan menggunakan ide inovatif dan kreatif wirausaha melalui
proses utilitas bentuk, waktu, tempat, dan utilitas harta atau kekayaan.
Melalui ide inovatif dan kreatif yang terkait dengan utilitas-utilitas
tersebut, seorang wirausaha dapat menangkap berbagai peluang bisnis baru.
2.5.2.
Mengamati,Meniru, dan
Memodifikasi Produk lain
Cara
lain yang dapat dilakukan oleh wirausaha dalam rangka mendapatkan peluang
bisnis adalah dengan cara melakukan pengamatan produk-produk apa saja yang
paling diminati oleh masyarakat di suatu lingkungan atau daerah. Dalam hal
meniru bukan berarti dalam hal ini meniru secara bulat-bulat, tetapi mengubah
atau memodifikasi dari bentuk produk tersebut sehingga berbeda dengan produk
aslinya.
2.5.3.
Kunci Sukses Wirausaha
adalah Inovasi Mencari nilai tambah
Inovasi
mencari nilai tambah ini menjelaskan bagaimana seorang wirausaha adalah seorang
perencana dan pelaksana bisnis yang mampu mengorganisasi dan mengelola sebuah bisnis baru. Mengatasi
kendala untuk mendapatkan keuntungan serta mampu membawa usahanya berkembang. [16]
2.6.
Memilih Bentuk Badan
Usaha
2.6.1.
Manfaat Badan Usaha
Langkah
selanjutnya yang harus dilakukan setelah berhasil memulai suatu bidang usaha
yang disenagi adalah menentukan bentuk badan uasaha yang diinginkan. Pemilihan
badan usaha yang tepat dapat memudahkan dalam pembagian keuntungan dan
pembagian resiko ataupun sebaliknya.
2.6.2.
Bentuk-bentuk badan
Usaha
Ø Perusahaan Perseorangan,
adalah perusahaan yang dikelola dan diawasi oleh satu orang. Dalam hal ini,
pemilik atau pengelola perusahaan akan
menikmati seluruh keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut dan
sebaliknya jika perusahaan mengalami perugian.
Ø Firma, adalah bentuk
badan usaha yang didirikan oleh beberapa orang dengan menggunakan nama bersama
atau satu nama digunakan bersama. Dalam firma semua anggota bertanggung jawab
sepenuhnya, baik sendiri maupun bersama terhadap utang-utang perusahaan kepada
pihak lain.
Ø Perseroan Terbatas (PT),
adalah badan usaha yang mempunyi kekayaan hak serta kewajiban para pendiri
maupun pemilik. Perseroan teerbatas mempunyai kelangsungan hidup yang panjang,
karena perseroan ini akan tetap berjalan meeskipun pemilik atau pendirinya
meninggal dunia.
Ø Koperasi, adalah suatu
badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi yang
berdasarkan kegiatannya pada prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi
rakyat yang bedasar atas kekeluargaan. Tujuan koperasi adalah meningkatkan
kesejahteraan anggota pada khususnya dan pada masyarakat umumnya serta ikut
membangun perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju,
adil, dan makmur. Koperasi dikelompokkan menjadi Koperasi Produksi, koperasi
konsumsi, koperasi simpan pinjam, koperasi serba usaha.[17]
2.7.
Petunjuk Memilih Bidang
Usaha
2.7.1.
Hal-hal yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih bidang usaha
Dalam
memilih bidang usaha hendaknya harus dipertimbangkan sebaik-baiknya. Hal ini
penting agar bidang usaha yang telah kita tetapkan tidak mengalami kegagalan
dikemudian hari. Adapun yang harus dipertimbangkan antara lain:[18]
Ø Bidang usaha yang kita
miliki belum tentu dibutuhkan oleh masyarakat disekitar kita
Ø Bidang usaha yang pada
masa lampau mengalami kesuksesan, belum tentu masa sekarang juga sukses
Ø Bidang usaha yang
berhasil dibangun oleh orang lain, belum tentu berhasil apabila kita juga
membangun bidang usaha yang sama
Ø Bidang usaha yang dapat
berkembang disuatu tempat, belum tentu dapat berkembang ditempat yang lain.
2.7.2.
Pertimbangan lain dalam
memilih bidang usaha
Ø Membanjirnya permintaan
masyarakat terhadap jenis usaha tertentu, baik berupa barang dan jasa.
Ø Kurangnya saingan dalam
bidang usaha yang akan kita dirikan. Dalam hal ini misalnya jika anda memiliki
ide atau gagasan tentang bidang usaha yang belum ada di daerah anda.
2.7.3.
Petunjuk memilih bidang
usaha
Agar
anda tidak salah pilih dalam menetapkan bidang usaha, berikut ada beberapa
petunjuk yang sebaiknya diikuti.
Ø Pilih bidang usaha yang
paling disenangi
Ø Memberikan pendapatan
yang menarik
Ø Tidak mengganggu
lingkungan
2.7.4.
Analisis situasi dan
kondisi ekonomi
Dalam
membangun suatu usaha, kita harus belajar menganalisis situasi dan kondisi
ekonomi paling tidak kita harus memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
Keuntungan, permintaan, konsumen, modal usaha, resiko, tenaga kerja, bahan
baku, kemampuan pengetahuan, persaingan, peraturan-peraturan pemerintah.
Yang
perlu kita perhatikan dalam pendirian bidang usaha janganlah bertentangan denga
peraturan pemerintah. Adapun peraturan-peraturan yang berkaitan dengan
pendirian usaha adalah:
Ø Izin pendirian usaha
Ø Masalah pencemaran
lingkungan
Ø Perpajakan
Ø Produk-produk yang
diizinkan,
Ø Lain-lain.
Ø Hematlah waktu dan
segeralah memulai usaha[19]
Janganlah
membuang-buang waktu berpikir kapan sebaiknya memulai usaha. Jika persiapan
dalam membuka sebuah usaha telah matang dirancang segeralah memulai usaha. Anda
gunakan petunjuk dari para profesional sehingga anda dapat berkonsentrasi untuk
menghasilkan uang secepatnya.
2.8.
Panduan Jenis Usaha dan
Strategi Bisnisnya
2.8.1.
Tujuan panduan [20]
Jika
anda merasa sulit dalam menentukan jenis usaha apa yang harus dilakukan,
penulis akan memberikan contoh-contoh jenis usaha lengkap dengan strategi
bisnisnya. Hal ini diharapkan dapat digunakan sebagai panduan untuk memberikan
inspirasi menentukan jenis bidang usaha yang akan dijalankan. Jika anda telah
mendapat jenis bidang usaha yang dipilih, hendaknya anda manambahkan kreasi dan
inovasi dari bidang usaha tersebut, sehingga produk yang anda buat akan tampak
beda dari produk aslinya.
2.8.2.
Tata boga
Usaha
tata boga atau makanan sangat menguntungkan. Hal ini dikarenakan bahwa manusia
baik pagi, siang maupun malam hari memerlukan makanan untuk kelangsungan
hidupnya. Yang perlu diperhatika dalam bisnis makanan adalah lokasi usaha harus
strategis, misalnya dekat dengan pasar, perkantoran, sekolah, kampus, rumah
sakit dan sebagainya.
Strategi bisnis:
Dalam
pemilihan jenis usaha, dapat mengombinasikan beberapa produk yang dianggap
memiliki prospek yang baik, yaitu:
Ø Harus menjaga kualitas
cita rasa makanan agar tetap enak
Ø Agar terus meningkat,
usaha tersebut dapat menciptakan makanan baru
Ø Berikan pelayanan yang
ramah dan suasana yang nyaman
Ø Lakukan promosi melalui
media
Ø Jagalah masalah
kebersiha [21]
2.8.3.
Usaha peternakan
Bidang
usaha ternak ini sangat variatif, boleh dengan usaha mengembangbiakkan bisa
juga dengan membesarkan. Dimungkinkan pula kita bertindak sebagai agen atau
penampung hasil ternak dari petani ternak dan selanjutnya kita yang
memasarkannya. Tentu dalam hal ini kita harus memiliki jaringan pasar yang
luas.
Startegi bisnis:
Ø Dalam beternak hewan
apapun harus diperhatikan adalah masalah kualitas hewan tersebut dan
kesehatannya
Ø Pemeliharaan harus
dilakukan seefektif dan seefesien mungkin sehingga dapat bersaing dengan
penjual yang lain.
Ø Buatlah jaringan pasar
yang luas
Ø Berilah pelayanan yang
baik dan lakukan dengan jujur
Ø Tingkatkan kepercayaan
konsumen terhadap diri anda
2.8.4.
Usaha pembengkelan
Dalam
usaha pembengkelan ataupun reparasi, dalam hal ini jika anda memiliki keahlian
atau keterampilan dalam salah satu bidang saja, misalnya ahli dalam bidang
mobil atau ahli mesin jahit, anda dapat membuka usaha bengkel mobil atau
reparasi mesin jahit.
Strategi bisnis:
Ø Dalam usaha
pembengkelan, kualitas dan kinerja dari para pekerja harus profesional agar
hasil betul- betul memuaskan para pelanggannhya
Ø Mutu pelayanan kepada
para pelanggan harus tetap dijaga, jangan sampai mengecewakan
Ø Memberikan jaminan atau
garansi terhadap hasil perbaikan untuk lebih meningkatkan kepercayaan konsumen
Ø Penetapan biaya
perbaikan hendaknya lebih rendah sedikit dari bengkel yang lain
2.8.5.
Usaha keterampilan
khusus
Banyak
orang pada dasarnya memiliki keterampilan khusus, namun kurang memahami dalam
pemanfaatannya. Keterampilan ini juga dapat diberdayakanmenjadi kegiatan usaha
yang mendatangkan penghasilan. Jenis keterampilan khusus ini sangat banyak
ragamnya, yang terpenting mari kita menjadikan suatu usaha bisnis misalnya
memiliki keahlian melukis atau menggambar.
Strategi bisnis:
Ø
Gunakan
bahan baku yang berkualitas dan kerjakan dengan tekun sehingga produk yang
dihasilkan akan bermutu baik
Ø
Pelayanan
terhadap konsumen lakukan dengan baik dan memuaskan
Ø
Promosi
dapat dilakukan melalui media masa[22]
2.8.6.
Usaha dibidang jasa
Usaha
dibidang jasa ini lebih kepada mengutamakan pelayanan kepada konsumen.
Disamping itu bisnis ini juga memerlukan pemikiran yang cemerlang, fisik dan
kejujuran dari sipenjual jasa. Hal yang lebih penting lagi, sipenjual jasa dapat membangun kepercayaan dengan konsumen.
Dengan modal diatas, usaha jasa tersebut dapat diharapkan dapat tumbuh dan
berkembang.
Ø Sipenjual jasa harus
profesional, jujur dan dapat dipercaya
Ø Diusahakan membangun
jaringan komunikasi yang luas
Ø Jangan sekali-kali
melakukan penipuan terhadap konsumen
Ø Membangun kepercayaan
terhadap konsumen
Ø Promosi perlu dilakukan
melaui media massa atau internet
2.8.7.
Bisnis di bidang
pendidikan
Bisnis
di bidang pendidikan banyak ragamnya, mulai dari sifat pengetahuan sampai pada
sifat keterampilan. Orang-orang yang memiliki kompetensi yang tinggi akan lebih
mudah menjalankan bisnis ini.bisnis ini berkembang pesat terutama di kota-kota
besar. Bisnis ini meliputi berbagai bidang pengetahuan, seni, teknologi, dan
sebagainya.
Ø Pilihlah tempat usaha
yang strategis dan belum banyak pesaingnya
Ø Buatlah papan nama yang
agak basar dan menarik
Ø Lakukan promosi di media
cetak atau elektronik
Ø Sebarkan brosus-brosur
ke sekolah-sekolah, lembaga pendidikan dan rumah-rumah sekitar[23]
2.9.
Pemasaran Hasil Produksi
Pentingnya manfaat
pemasaran
Kesuksesan
perusahaan dalam kegiatan operasional sangat ditentukan oleh pemasaran
produksinya. Pemasukan uang perusahaan adalah bagian dari pemasaran. Pemasukan
uang hasil dari pemasaran tersebut digunakan untuk membayar biaya-biaya
produksi, seperti bahan baku, gaji karyawan, listrik, telepon, dan sebagainya.
Agar pemasaran hasil produksi lancar, harus dilakukan oleh orang yang
betul-betul profesional. Kegagalan dalam pemasaran produksi dapat menghambat
kelangsungan hidup perusahaan.[24]
Bentuk-bentuk pemasaran yang dapat dilakukan juga dengan berbagai cara seperti:
Ø Melalui iklan
Ø Melalui koperasi atau
asosiasi penjualan
Ø Melalui konsinyasi di
toko-toko warung atau supermarket
Ø Melalui internet[25]
III.
TANGGAPAN
Gereja
juga memiliki peran dalam mengentaskan pengangguran dan kemiskinan yang ada
dalam suatu jemaat. Seorang pemimpin suatu gereja harus aktif dalam pengelolaan
sumber daya yang ada dalam gereja tersebut. Sehingga para jemaatnya dapat
terbantu akan kebijakan dari pimpinan mereka. Suatu gereja haruslah bisa
membentuk semacam lembaga pembantu sebagai subordinatnya yaitu Badan
Pengembangan Aset Gereja dan Badan Usaha
Dana. Sebagai pekerjanya maka gereja dapat mempekerjakan para jemaatnya dalam
melaksanakannya. Sehingga para jemaat yang pengangguran dan kemiskinan dapat
berkurang serta aset suatu gerja juga semakin meningkat. Namun gereja haruslah
menanamkan sikap penyerahan diri kepada Tuhan agar semua rencana dapat
terlaksana dengan baik. Seperti yang tertulis dalam Yakobus 4:13-17
mengingatkan kita agar kita tidak melupakan Tuhan dalam perencanaan.[26]
Meskipun
pemerintah telah menyadiakan berbagai program untuk mengatasi masalah
perekonomian Indonesia terutama masalah kemiskinan dan pengangguran, namun pada
kenyataannya kemiskinan dan pengangguran di Indonesia menjadi masalah yang
sangat sulit untuk diatasi karena banyaknya masalah dan hambatan. Misalnya
bantuan BLT diberikan kepada masyarakat miskin pada kenyataannya bantuan tersebut
banyak disalahgunakan oleh oknum atau orang yang telah diberikan kepercayaan
untuk mengelola dana tersebut, banyaknya korupsi dan banyak bantuan yang
diberikan tidak tepat pada sasaran. Bantuan BOS, Koperasi, program
KB,JAMPERSAL, dan lain sebagainya yang diharapkan mampu mengatasi sedikit
masalah mengenai kemiskinan, namun pada penerapannya tidak berjalan sesuai yang
diharapkan. Tanggapan utama terhadap kemiskinan adalah bantuan kemiskinan, atau
membantu secara langsung kepada orang miskin. Ini telah menjadi bagian
pendekatan dari masyarakat Eropa sejak zaman pertengahan. Bantuan terhadap
keadaan individu. Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk mengubah situasi
orang miskin berdasarkan perorangan, termasuk hukuman, pendidikan, kerja
sosial, pencarian kerja, dan lain-lain. Daripada memberikan bantuan secara
langsung kepada orang miskin, banyak negara sejahtera menyediakan bantuan untuk
orang yang dikategorikan sebagai orang yang lebih mungkin miskin, seperti orang
tua atau orang dengan ketidakmampuan, atau keadaan yang membuat orang miskin,
seperti kebutuhan akan perawatan kesehatan.[27]
Pengangguran
di Indonesia banyak terjadi karena faktor internal dari pribadi itu seperti
faktor lingkungan, pengaruh orangtua, faktor ekonomi, pendidikan dan lain sebagainya.
Pemerintah juga memiliki pengaruh yang sangat besar dalam meningkatnya jumlah
pengangguran. Begitu juga dengan lembaga-lembaga lain seperti gereja sebagai
lembaga keagamaan bagi umat Kristen. Masih banyak jemaat Kristen yang
pengangguran namun tidak mendapat perhatian dari pihak gereja, khususnya
gereja-gereja mainstream. Banyak gereja-gereja yang mementingkan pembangunan
gereja secara fisik, namun kurang maksimal dalam memanfaatkan sumber daya
manusia dari jemaat-jemaatnya. Padahal pemberdayaan SDM jemaat itu merupakan
faktor penting dalam upaya pembangunan dan kemandirian gereja. Pertambahan
orang miskin dan pengangguran mempengaruhi kondisi masyarakat dan gereja,
akibat dari pengangguran bisa saja kriminalitaspun akan semakin meningkat,
ketentraman masyarakat terancam, pencurian dan perampokan semakin merajalela,
sementara pemerintah tidak mampu menyediakan lapangan kerja bagi mereka dan
agamapun tidak mampu berbuat banyak terutama dalam bidang materi. Sehingga
gereja memiliki peran yang sangat penting dalam mengentaskan masalah seperti
ini yaitu gereja harus dapat mendorong umatnya agar dapat saling menolong dalam
mengembangkan sektor usaha khususnya usaha kecil, misalnya gereja mengembangkan
CU sehingga para pengusaha kecil dapat meminjam modal. Memberi perhatian pada
sektor ini tidaklah bertentangan dengan hakekat kabar baik datangnya Kerajaan
Allah di dunia ini.[28]
Pengelolaan
SDM itu sangat penting. Banyak orang yang berpendapat, manusia adalah unsur
terpenting di dalam seluruh proses administrasi dan manajemen, terlepas dalam
organisasi apa proses itu berlangsung, yang dalam hal ini ialah gereja. Namun
keberhasilan dari organisasi itu sendiri untuk mencapai tujuan dan berbagai
sasaran serta kemampuannya mengahdapi berbagai tantangan baik tantangan internal
maupun eksternal sangat ditentukan oleh kemampuan organisasi itu dalam
mengelola SDM dengan setepat-tepatnya.[29]
Dengan pemberdayaan manusia yang baik tentu pengangguran juga akan sulit
terjadi terutama bagi jemaat gereja. Sebagaimana kiat mengentaskan pengangguran
yang ditawarkan dalam buku ini yaitu dengan membentuk kewirausahaan, gereja
dapat mengambil peran baik dengan memberikan pembinaan bagi warga jemaat
bagaimana cara membangun kewirausahaan atau dengan pembekalan awal dengan
berbagai ilmu pengetahuan agar jemaat gereja berkompeten untuk menjadi
wirausaha. Selain itu, gereja juga dapat menjadi penyedia dana insentif[30]
bagi warga jemaat yang miskin namun tetap dengan metode pendidikan. Jika ada
warga jemaat yang kurang mampu, majelis gereja atau penatua dapat memberikan
bantuan namun bukan berupa bantuan cuma-cuma. Warga jemaat juga tetap diberikan
pendidikan bagaimana untuk mengelola bantuan dana itu agar tidak habis sekali
pakai tetapi diinvestasikan dalam bentuk usaha kecil sehingga jemaat itu tetap
dapat menjalankan keuangan itu sehingga tetap bisa digunakan bahkan untuk
jangka panjang. Misalnya, ada jemaat yang membutuhkan uang untuk biaya
menyekolahkan anaknya, gereja dapat memberikan dana insentif namun dengan
membekali jemaat itu dengan pendidikan menjadi peternak sapi atau binatang lain
sehingga hasil dari penjualan ternak tetap bisa dinikmati tidak hanya sekali
digunakan.[31]
Kurangnya
kepedulian dari pemerintah ataupun gereja harus diperbaiki. Sebagaimana sasaran
layanan dalam sistem manajemen kepedulian, pelayan Firman merupakan sosok yang
harus aktif di tengah masyarakat luas. Bermula dari kasih terhadap sesama yang
diimplementasikan dengan menolong orang susah, membantu orang miskin, mendoakan
orang bermasalah, memberi tumpangan, mengunjungi orang sakit, memberikan
nasehat dan memberikan solusi alternatif dalam menghadapi berbagai masalah yang
dapat mengakibatkan pengangguran.[32]
Gereja
juga perlu untuk menyeediakan anggaran bagi kegiatan diakonal secara khusus
untuk jemaatnya sendiri. Dengan demikian pemimpin gereja harus bekerja sama
dengan majelis gereja lainnya dalam mengelola biaya dan keuangan di dalam
gereja sehingga tetap mencukupi kebutuhan gereja namun tetap tidak melupakan
tanggungjawab dalam membangun jemaat baik secara ekonomi maupun politik. dan
kesemuanya itu harus dilaksanakan secara transparan hingga dapat
dipertanggungjawabkan di hadapan jemaat. Tanpa anggaran yang baik dan bisa
dipercaya maka organisasi termasuk gereja akan berjalan dalam kegelapan.[33]
Dalam mengelola biaya bagi jemaat, hamba TUHAN bersikap jangan serakah, selalu
gunakan aspek diakonal (melayani), jangan pelit dan gunakan uang demi keperluan
positif, jangan menjadi pelayan yang cinta uang, karena siapa yang mencintai
uang tidak akan puas dengan uang.[34]
Selain itu gereja dapat membantu negara menentukan kebijakan yang menciptakan
tata dan kerangka politik dan ekonomi tentang perkembangan-perkembangan yang
salah arah dalam proses globalisasi, yaitu mengarahkan pasar dengan tata
ekonomi yang menyokong dan merangsang suatu perkembangan demi kesejahteraan
umum. Pada zaman ini diperlukan perjanjian, lembaga dan aturan internasional
untuk memasukkan cita-cita etika ekonomi yang mendahulukan manusia ke dalam
ekonomi global. Segala usaha dalam rangka kebijakan politik global dalam rangka
kebijakan politik global hendaknya dilaksanakan dengan prinsip subsidiaritas
terutama membantu dan mendorong agar yang miskin dan lemah menjadi lebih
sanggup untuk berprakarsa sendiri dan saling membantu secara setia kawan untuk
mengentaskan kemiskinan sebagai akibat dari pengangguran. Sehubungan dengan
budaya konsumerisme dipakai istilah ekonomisme yang dalam jangka panjang bisa
memusnahkan diri sendiri, maka gereja seharusnya lebih sanggup memperjuangkan
ekonomi yang menghemat dan pola hidup yang bersahaja daripada kebanyakan pelaku
lain. Hanya model ekonomi semacam ini yang dapat diglobalisasikan dan semakin
menyempitkan jurang antara kemiskinan dan kekayaan. Gereja dan agama-agama pada
umumnya dapat mengandalkan nilai-nilai dan tradisi yang menunjang pembatasan
diri sendiri.[35]
Dalam
mengentaskan pengangguran dan kemiskinan maka kita harus bersedia mengerjakan
pekerjaan yang dianggap hina oleh manusia, untuk itu kita perlu percaya bahwa
di dalamnya Tuhan menyiapkan kita. Dalam membaca riwayat kepemimpinan rohani
sering kita menemukan mereka yang kemudian menjadi pemimpin yang besar
sebelumnya mengerjakan pekerjaan yang tidak terlalu bernilai, misalnya Pdt.
Harris pengganti pemimpin misi WEC sesudah C.T. Studd meninggal dunia.
Sebelumnya dia adalah seorang yang mengerjakan pekerjaan yang sederhana yaitu
tukang kayu, tukang sepatu, tukang sepeda. Namun selanjutnya ia justru melayani
sesamanya.[36]
Menurut teori Hobbert, Hogg melihat bahwa wirausahawan sosial mencoba
memanfaatkan perilaku entrepreneur yang lebih mengedepankan misi atau kebutuhan
sosial daripada orientasi laba. Berdasarkan definisi tersebut terlihat bahwa
wirausahawan sosial mempunyai orientasi yang berbeda dengan bussiness
entrepreneur. Wirausahawan sosial mencoba membantu masyarakat dengan ide
kreatifnya untuk mengatasi masalah sosial yang ada. Orientasi laba bukanlah
tujuan utama dari wirausahawan sosial. Dalam berwirausaha adalah suatu
kebebasan dimana seseorang tidak dituntut bisa membaca dan menulis, tetapi
menumbuhkan pemikiran yang kreatif dan sosialisasi yang tinggi, serta
menciptakan suatu kreativitas dan inovasi. Dengan hidup terencana secara
praktis dilakukan dengan merumuskan apa yang mau kita raih dalam limit waktu
tertentu. Apa yang mau kita raih dalam satu minggu, dalam satu bulan, dalam
satu tahun atau lebih, bahkan apa yang mau kita raih atau mau kita capai hari
ini terumuskan secara jelas. Rencana yang kita targetkan merupakan langkah
untuk menuju suatu usaha berdasarkan tekad dan kemauan. Wirausaha /entrepreneur
sebagai jalan keluar dari pengangguran dan kemiskinan.[37]
IV.
SARAN
Setelah
kelompok membaca buku dalam kiet mengentaskan pengangguran dan kemiskinan,
ternyata banyak cara yang dapat kita gunakan dalam mengatasi hal yang demikian.
Namun tetap juga banyak masyarakat yang masih mengalami yang demikian. Dalam
sajian kami ini, telah kami cantumkan ada 4 kiet mengentaskan penganguran dan
kemiskinan yaitu Menciptakan penghasilan
sendiri, perlu pengembangan wirausaha, pemerintah, dan kerjasama perusahaan
besar dengan lingkungan dan usaha kecil dan menengah.
Walaupun
telah ada 4 cara yang telah kita ketahui namun kelompok akan menambahkan saran
dalam menangani masalah yang demikian seperti,
Mengatasi Penganguran
Pengangguran
memang sudah banyak, disetiap tempat sudah merata banyak pengangguran termasuk
ditempat kita masing-masing. Selaku kita para calon Pendeta maka kita harus
peduli akan lingkungan kita. Bagaimana jika jemaat kita banyak yang
pengangguran?, apakah kita hanya bisa berdiam diri. Untuk itulah kelompok memberikan
saran dalam mengentaskannya, yaitu:
·
Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan
industri-industri baru, terutama yang bersifat padat karya,
·
Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk
memanfaatkan waktu ketika menunggu musim tertentu,
·
Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang
mengalami pengangguran,
·
Pembukaan
proyek-proyek umum oleh peme-rintah, seperti pembangunan jembatan, jalan raya,
PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bisa menyerap tenaga kerja secara langsung
maupun untuk merangsang investasi baru dari kalangan swasta,
·
Pemberian
informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sector lain, dan,
·
Menggalakkan
program transmigrasi untuk menyerap tenaga kerja di sektor agraris dan sektor
formal lainnya.
Mengatasi kemiskinan
Untuk
menghilangkan atau mengurangi kemiskinan di tanah air diperlukan suatu strategi
dan bentuk intervensi yang tepat, dalam arti cost effectiveness-nya tinggi. Ada
tiga pilar utama strategi pengurangan kemiskinan, yakni:
1.
Pertumuhan
ekonomi yang berkelanjutan dan yang prokemiskinan
2.
Pemerintahan
yang baik (good governance)
3.
Pembangunan
sosial
Namun
dalam dalam mendukung strategi tersebut diperlukan intervensi-intervensi
pemerintah yang sesuai dengan sasaran atau tujuan yang bila di bagi menurut
waktu yaitu: Intervensi jangka pendek, terutama pembangunan sektor pertanian
dan ekonomi pedesaan, dan yang kedua ialah Intervensi jangka menengah dan
panjang. Yaitu: Pembangunan sektor swasta, kerjasama regional, APBN dan
administrasi, desentralisasi, pendidikan dan Kesehatan, dan penyediaan air
bersih dan Pembangunan perkotaan
V.
KESIMPULAN
·
Banyaknya
pengangguran disebabkan oleh berbagai faktor baik itu dari faktor lingkungan,
ekonomi, pemerintah, orangtua maupun dari dalam dirinya sendiri.
·
Pemerintah
dan masyarakat memiliki peranan yang sangat penting dalam mengentaskan
pengangguran dan kemiskinan sehingga terwujud kesejahteraan masyarakat.
·
Seorang
wirausaha adalah orang yang kreatif dan inovatif serta mampu meningkatkan
kesejahteraan hidup.
·
Untuk
dapat menjadi seorang wirausaha yang sukses, seseorang itu harus memiliki
sifat-sifat atau kemampuan dan kemauan tersendiri terutama kepercayaan diri dan
keyakinan dalam menghadapi tugas dan pekerjaannya.
·
Seorang
wirausaha harus memiliki target dimasa depan dan mampu mencari dan memanfaatkan
peluang usaha yang ada.
·
Membangun
wirausaha bersama keluarga merupakan salah satu usaha kecil dan langkah awal
dalam memulai suatu badan usaha yang diinginkan. Dimana didalam berwirausaha
harus dapat memotivasi atau member dorongan bagi diri sendiri untuk maju.
·
Dalam
berwirausaha, seorang wirausaha harus mampu memberikan sesuatu atau
menghasilkan produk yang berbeda dari produk-produk lain guna bersaing untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik.
·
Banyak
program yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah perekonomian yakni
mengenai masalah kemiskinan dan pengangguran namun pada kenyataannya hasil yang
dicapai tidak sesuai yang diharapkan.
·
Banyak
pengangguran yang ada di Indonesia karena kurangnya lapangan pekerjaan yang ada
dan ketidaksesuaian antara tingkat pendidikan yang dibutuhkan dan yang tersedia
yang menyebabkan bertambahnya kemiskinan di Indonesia.
[1]
Sudrajad, Kiat Mengentaskan Pengangguran
& Kemiskinan melalui Wirausaha, Bumi Aksara, Jakarta 2011: hlm. 7-8
[2]
Sudrajad, Ibid., hlm. 9
[3]
Sudrajad, Ibid., hlm. 10
[4]
Sudrajad, Ibid., hlm. 11-17
[5]
Sudrajad, Ibid., hlm. 18-20
[6]
Sudrajad, Ibid., hlm. 21-24
[7]
Sudrajad, Ibid., hlm. 25-27
[8]
Sudrajad, Ibid., hlm. 28-29
[9]Sudrajad,
Ibid., 30-31
[10]Sudrajad,
Ibid., 32-33
[11]Sudrajad,
Ibid., 34-35
[12]Sudrajad,
Ibid., 36-40
[13]Sudrajad,
Ibid., 41-43
[14]Sudrajad,
Ibid., 44-46
[15]Sudrajad,
Ibid., 46-48
[16]Sudrajad,
Ibid., 50-54
[17]
Sudrajad, Ibid., hlm. 55-59
[18]
Sudrajad, Ibid., hlm. 61
[19]
Sudrajad, Ibid., hlm. 62-72
[20]
Sudrajad, Ibid., hlm. 73-74
[21]
Sudrajat, Ibid., hlm.75-77
[22]
Sudrajad, Ibid., hlm. 78-84
[23]
Sudrajad, Ibid., hlm. 85-89
[24]
Sudrajad, Ibid., hlm. 91-92
[25]
Sudrajad, Ibid., hlm. 93-95
[26]
Lih. Suharto Prodjowijono, Manajemen
Gereja Sebuah Alternatif, BPK-Gunung Mulia, Jakarta 2008: hlm. 120-122
[27]
Lih. Mubyanto, Ekonomi Pancasila Aditya
Media, Yogyakarta 1997: hlm. 60-63.
[28]
Jamilin Sirait, “Jadilah Abdi Allah yang Benar dan Setia”, dalam Notulen Rapat Pendeta HKBP Distrik X Medan
Aceh: Laporan Praeses, Ceramah KRP, Pesan Rapat Pendeta, dan Usul-usul, 7
Desember 2006 di HKBP Betesda Resort Medan Sunggal: hlm. 36
[29]
Lih. Jahenos Saragih, Manajemen
Kepemimpinan Gereja, Suara GKYE Peduli Bangsa, Jakarta 2008:hlm. 19-20.
[30]
Sugiyanto Wiryoputro, Dasar-dasar
Manajemen Kristiani, BPK Gunung Mulia, Jakarta 20044:hlm. 77.
[31]
Materi Kuliah dari Pdt. J. Boangmanalu,
[32]
Lih. John B. Pasaribu, Manajemen
Kepedulian, Yayasan JBP, Jakarta 2008: hlm. 99-100.
[33]
Lih. Haryono Soemarsono, Manajemen Plus,
Lembaga Literatur Baptis, Bandung 2004: hlm. 56.
[34]
Sugiyanto Wiryoputro, Dasar-dasar
Manajemen Kristiani, BPK-Gunung Mulia, Jakarta 2008: hlm. 6-7.
[35]
Lih. J. B. Banawiratma, Hidup Menggereja
Kontekstual, Kanisius, Yogyakarta 20044:hlm. 48-49.
[36]
P.Octavianus, Manajemen dan Kepemimpinan
menurut Wahyu Allah, Gandum Mas, Malang 2002: hlm. 72
[37]
Lih. Suyono Haryono, Menyongsong Kiat
Baru Pemberdayaan Keluarga Di Indonesia, Damandiri, Jakarta 2002: hlm.
40-48
Tidak ada komentar:
Posting Komentar