HAMBA YANG TIDAK BERGUNA
I.
Isi ringkasan buku
Berbicara
tentang konflik yang menjadi pertanyaan sangat mendasar adalah apa atau faktor
apa yang menjadi penyebab utama konflik atau masalah itu, dan siapa yang
menyebabkan konflik itu ada. Kedua hal itu sudah menjadi sangat penting untuk
mengulas konflik yang datang di sekitar lingkungan kita. Berbicara tentang
konflik agama belakangan ini menjadi berita yang sangat hangat di kalangan
antar agama, bahkan agama juga dijadikan sebagai sarana untuk menimbulkan
konflik bahkan agama juga dijadikan sarana tempat menjalankan politik.
Sehinggga yang muncul dalam pemikiran kita bahwa agama menjadi sumber utama
penyebab konflik, dan itu lah yang menjadi pertanyaan mendasar oleh Wim Beukune
dan Karl Josef Kuscel. Indonesia memiliki beragam agama, dimana masing-masing
agama tentunya memiliki perbedaan.
Perbedaan
yang ada tidak menjadikan antar agama menjadi saling rebut atau menjadi sangat
fanatik terhadap agamanya sendiri. Di dalam Alkitab ada cerita tentang
kekerasan dan konflik, namun hal itu dituliskan agar kita tidak meniru hal itu,
namun kita harus mengambil makna positifnya dari kisah yang ada di dalam
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Awal konflik atau masalah yang muncul
pertama kali adalah ketika Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa. Tentunya dampak
dari ulah Adam dan Hawa yang jatuh ke dalam dosa, maka timbul masalah yang
datang di dalam hidup mereka, dan hal itu dapat kita rasakan dari nenek moyang
kita. Konflik banyak terjadi antar agama bahkan dalam satu agama itu saja
memiliki masalah yang belum bisa diselesaikan. Apalagi berbicara mengenai
masalah kemajemukan di negara kita, pasti masalahnya menjadi sangat besar.
Seperti yang dipertanyakan oleh Wim Beukune dan Karl Josef Kuscel, itu berarti
kita sebagai orang kristen mengembalikan itu kepada pihak gereja untuk
menangani masalah itu dan meluruskan tentang anggapan bahwa agama menjadi
sumber utama penyebab konflik. Ada empat aspek kerukunan yang harus dinyatakan
yaitu :
a. Hidup rukun internal
umat beragama dalam satu agama (intern agama)
b.
Hidup
rukun antar umat beragama (ekstern agama)
c.
Kerukunan
umat beragama terhadap lingkungan hidup dan seluruh ciptaan Allah
d.
Kerukunan
dalam aspek vertical (hubungan baik manusia dengan Allah sang pencipta
pemelihara serta penyelamat)
Dari
aspek kerukunan dari empat aspek diatas juga terdapat di dalam Mazmur 133:1-3.
Maka dengan adanya pegangan teologi maka seharusnya gereja mampu menangani
segala konflik dan kekerasan yang terjadi di dalam gereja. Adanya konflik pada
umumnya bahwa adanya perbedaan pendapat dan kepentingan, tidak demokratis,
tidak hidup di dalam kasih, dengan demikian terjadi lah kekerasan dan konflik.
Ada dua macam contoh kekerasan yaitu kekerasan pribadi dan tindak kekerasan
stuktural. Analisis dari SWOT bahwa cara untuk menangani masalah yaitu dengan
potensi, kelemahan, peluang dan tantangan.
Namun tidak menutup kemungkinan bahwa ada juga cara lain yang dapat
menangani konflik yang ada yaitu :
Ø Dengan datangnya konflik
bahwa kita harus berpikir bahwa konflik itu merupakan tugas yang harus dilalui
oleh setiap pelayan. Sebagai contohnya pada cerita Abraham dan Lot (Kej 13)
yaitu cerita yang harus dipetik bahwa pelayan harus mau mengalah, karena
mengalah bukan berarti kalah.
Ø Selalu mencintai
perbedaan dan kepentingan yang ada. Kita
harus mengikuti doa Yesus yang terdapat pada Yoh 17:21.
Ø Dengan adanya konflik
tetap harus demokatris-partisipatif. Seharusnya pelayan dan jemaat harusnya
ikut berpartisipasi jika ada masalah dalam gereja sesuai karisma, dan semua
jemaat dan pelayanan harus menjalankan tri tugas gereja. Untuk membangun tubuh
Kristus (Ef 4:12b) diperlukan spiritualitas umat, adanya hubungan yang baik,
demokratrif-partisipatif, memiliki martabat, santun dan tahan uji, ekonomi,
sosial, politik kontemporer.
Ø Menangani konflik dengan
tetap berada dalam kasih Tuhan, yang berarti tidak berpikir negatif dan
menghindari cepat tersinggung.
Banyak
masalah atau konflik yang datang dan banyaknya perbedaan yang ada tidak
menjadikan kita menjadi saling jauh, namun dengan adanya perbedaan maka kita
harus tetap membangun komunitas yang baik dengan menciptakan kedamaian. Di
dalam Perjanjian Lama sering diucapkan kata syalom yang memiliki arti bahwa
selamat atau terhindar dari bahaya, rukun dengan orang lain. Dari kedua arti
“syalom” itu maka kita harus mengaplikasikan itu didalam hidup kita. Di dalam
Perjanjian Baru juga disinggung tentang kedamaian yaitu terdapat pada 1 Kor
14:33, Luk 1:79, Ef 2:14-17, Mat 5:9. Membawa kedamaian tentu saja bukan hanya
seorang hamba Tuhan melainkan semua umat manusia baik itu di dalam gereja,
lingkungan masyarakat, dan bangsa.
Manajemen
HKBP saat ini banyak diperbincangkan, hingga saat ini HKBP sudah berdiri dengan
usianya 150 tahun, dengan memiliki 13 pimpinan (ephorus). Tentunya setiap orang
yang memimpin akan memiliki perbedaan dalam setiap kegiatannya, dan cara
kepemimpinannya. Maka dengan 13 pemimpin yang pernah menjadi pimpinan HKBP
tentunya masing-masing pemimpin memiliki visi dan misi yang berbeda-beda
sehingga memiliki cara yang berbeda pula, dengan demikian banyak perbedaan yang
terjadi sehingga memunculkan banyak perselisihan. Setiap masa jabatan
kepemimpinan maka sistim dan pola kepemimpinan itu selalu tertuju kepada
anggaran dasar dan anggran rumah tangga. Maka, dengan adanya sistem dan pola
yang berbeda dari pemimpin banyak masalah yang timbul karena memiliki perbedaan
yang mengakibatkan perpecahan, pemisahan diri, dan membentuk organisasi yang
baru. Beberapa aspek yang menggangu kestabilan HKBP yang dikarenakan perpecahan
adalah sebagai berikut :
a.
Adanya
keinginan pimpinan gereja untuk memimpin lebih lama di gereja tempat ia
melayani.
b.
Jabatan
yang sudah diberikan disalah gunakan demi kepentingan yang lain yang merugikan
semua pihak. Ada beberapa contoh penyalahgunaan jabatan dalam pengambilan
keputusan yaitu :
Ø Adanya mutasi pendeta,
sebagai sarana kediktatoran seorang penguasa.
Ø Adanya penempatan
pendeta pada jabatan tertentu yang berorientasi pada kepentingan sendiri.
Ø Tata administrasi dan
keuangan menyalahi keputusan dan aturan yang sudah ada.
Ø Pengelolaan organisasi
yang dijalankan sesuai dengan kehendak pribadi.
c.
Lemahnya
pengawasan intern.
Dalam rapat besar HKBP
seperti sinode godang banyak yang memperebutkan jabatan, padahal banyak yang
tidak memiliki jabatan yang tinggi lebih berperan aktif dibandingkan pimpinan
yang tinggi, dan pimpinan pusat yang akan menetapkan siapa saja yang menduduki
jabatan yang lain namun hal itu juga bisa memiliki kepentingan sendiri sebagai
KKN. Dengan demikian HKBP menjadi tidak bersih karena sudah dikotori oleh
kepentingan politik yang lain. Manajemen HKBP akan lebih baik lagi apabila
pemilihan pimpinan gereja HKBP dilakukan oleh semua warga jemaat HKBP. Pada
prinsipnya bahwa adanya organisasi ini dan manjemen yang dilakukan oleh HKBP
adalah untuk mencapai visi dan misi yang sudah dibicarakan tentunya sebelumnya.
Pertengkaran yang terjadi di HKBP itu terjadi antara sesama pendeta. Maka
dengan ditemukannya banyak masalah maka harus ditemukan jalan keluar agar visi
dan misi dapat terlaksana dengan baik dan lancar. Perlu diketahui bahwa visi
dari gereja adalah gereja missioner yang adalah tubuh Kristus. Ada beberapa
solusi yang ditawarkan oleh Drs Ev John B Pasaribu Phd yaitu :
ü
Perpecahan
karena perebutan kekuasaan, solusi yang disarankan adalah bahwa pemilihan
ephorus dan pimpinan pusat oleh seluruh warga HKBP pada gereja masing-masing.
ü
Adanya
perpecahan karena ada sistem perkawanan, kelompok, golongan dan politik uang,
solusinya adalah dengan memilih pimpinan oleh seluruh pendeta, dan memilih
pimpinan secara langsung oleh semua warga HKBP.
ü
Perselisihan
pribadi yang meluas kepada semua pendeta, solusi yang ditawarkan adalah dengan
melakukan permutasian dengan dilakukan oleh Ketua Rapat Pendeta dengan
pengesahan oleh pimpinan pusat dan pendeta tidak harus dimutasi menurut jangka
waktu, pendeta boleh melayani disatu gereja hingga pensiun terkecuali warga dan
ketua rapat pendeta yang memiliki pendapat lain.
ü
Masalah
keuangan, solusinya adalah dengan keuangan ditata dengan sistem administrasi
keuangan yang mengikuti sistim akuntasi yang berlaku umum dengan sumber dan
penggunaan dana yang pasti, selama ini ada pelean kedua maka kedepannya
harus dirubah menjadi sistim target
sehingga penerimaan jelas darimana datangnya, dengan adanya kepastian anggaran
penerimaan memberikan kepastian program kantor pusat, dan kemudian perjalanan
dinas pimpinan pusat dilaksanakan sesuai dengan rencana kerja tahunan dan acara
distrik yang hanya dilaksanakan oleh praeses saja.
ü
Tentang
pelayanan, solusi yang diiberikan adalah pelayan harus focus pada tiga
panggilan gereja (marturia, koinonia, dan diakonia), pelayan harus bermutu dan
fokus (pemeliharaan keimanan HKBP, penjaringan warga baru penyebaran ajaran
Kristus, menjadi motor pelayan local).
ü
Pengawasan,
dengan membentuk unit pengawasan intern dengan badan pusat pengawas pusat HKBP,
Dewan Pengawas Wilayah dan Dewan Pengawasan Ressort, dan membubarkan MPS.
Sebenarnya
masalah yang dihadapi oleh HKBP timbul dari sesama pendeta yang sudah
kehilangan akan kasih. Yang harus diketahui oleh semua warga HKBP bahwa
pimpinan HKBP bukan menjadi di dewakan melainkan ia hanyalah seorang pendeta
yang dikuduskan oleh darah Kristus. Maka pimpinan HKBP secara iman dan penyempurnaan
harus dilakasanakan dengan tegas. HKBP hendaknya memiliki manajemen kasih dan
penuh dengan damai sejahtera dalam pelayanannya dengan manajemen seperti itu
akan membuat HKBP mampu menjalankan visi dan misinya dengan baik.
II.
Tanggapan
2.1.
Tanggapan Konflik dan
Tindak Kekerasan dengan Upaya Damai
Gereja dapat belajar untuk menangani
konflik dan tindakan kekerasan yang terjadi
dalam kehidupan masyarakat dan bangsa yang pluralis pada jaman sekarang
ini. Dan untuk dapat mewujudkan hidup dan persaudaraan yang rukun, tentunya
Gereja atau seluruh umat Kristen harus tetap belajar menangani konflik dan
tindakan kekerasan secara baik dan benar. Dalam praktiknya, tindak kekerasan
dalam suatu konflik ada dua bentuk yang harus dibedakan penangannya, antara
lain:
·
Tindakan kekerasan pribadi,
tindakan kekerasan ini umumnya dilakukan secara pribadi yang ditujukan kepada
pribadi lainatau kelompok komunitas tertentu.
·
Tindakan kekerasan
Struktural, tindakan kekerasan ini bisa terjadi akibat dorongan suatu badan
organisasi tau lembaga tertentu terhadap pribadi, golongan atau komunitas
tertentu.[3]
-
Segi Agama
Agama
memperkuat rasa hormat terhadap norma-norma masyarakat dengan cara
mengaitkannya dengan hal-hal yang suci. Fungsi agama dalam masyarakat adalah
mengenai masyarakat yaitu kompleks perilaku manusia yang tersusun yang
memperlihatkan suatu tingkat keteraturan dalam waktu tertentu. Salah satu dari
implikasi penting dari semua ini adalah masyarakat yang terdiri dari
lapisan-lapisan yang merupakan kelompok, strata dan seterusnya yang
melaksanakan fungsi yang berbeda[4]. Kerumitan antara agama
dan masyarakat mempunyai implikasi penting bagi agama-agama yang lainnya.
Dengan berkembangnya organisasi formal dan pengembangan struktur-struktur
birokrasi.
Umat
setiap agama mempunyai keyakinan bahwa agamanya memiliki ajaran yang paling
benar, oleh karena itu sering terjadi konflik antar umat beragama oleh karena
pemahaman seperti itu. Memandang segalanya yang ada pada golongan agama lain
serba bodoh dan serba salah, baik ajarannya, ibadatnya, maupun tingkah lakunya
didalam masyarakat. Dalam kasus agama Katolik, sering terjadi konflik akibat
sifat defenisi mereka. Seorang fanatikus akan dapat mengubah diri menjadi orang
bijak dan toleran pada saat ia dapat melaukan pendiriannya; kalau ia dapat melepaskan
pendiriannya yang salah, bahwa apa yang benar bagi saya adalah salah bagi orang
lain; apa yang suci bagi saya adalah dosa bagi orang lain dan sebagainya[5]. Agama juga adalah
motor dan promotor penting bagi pembudayaan manusia khususnya dan alam semesta
umumnya, atau meminjam kata-kata dari Peter L. Berger yaitu agama adalah usaha
manusiawi dengan mana suatu jagat raya ditegakkan. Dengan kata lain, agama
adalah upaya menciptakan alam semesta dengan cara yang suci.[6]
Mengenai
konflik tentang masalah mayoritas dan minoritas umumnya bersifat naratif dan
deskriptif. Masalah ini murni karena politik. Dampak hubungan mayoritas dan
minoritas pada tingkat internasional kurang terasa daripada di tingkat nasional. Dalam masyoritas keagamaan yang
mengembangkan suatu ideologi yang bercampur tangan dengan mitos yang penuh
emosi, dimana kepentingan keagamaan dan kepentingan politik luluh dalam satu
kesatuan, disitulah tumbuh suatu keyakinan bahwa kelompok mayoritas inilah yang dipanggil sebagai suatu kekuatan yang
tak terkalahkan dan satu-satunya yang berkuasa untuk menentukan dan menjaga
jalannya masyarakat. Golongan minoritas yang hidup ditengah-tengah mayoritas
dan mengalami tekanan-tekanan dari padanya terakhir ini, justru merasakan dalam
dirinya gangguan dan keresahan dalam arti konkret.[7]
Orang Kristen tidak hanya bertengkar, tetapi
orang Kristen juga saling berbagai masalah mengenai masalah pribadi, dan
aturan-aturan. Yang diterapkan oleh masing-masing agama telah dilanggar.
Konflik-konflik dalam gereja sering kali menghancurkan. Tetapi dalam Kristen
Yesus berkata untuk memanggil orang berdosa (Mrk 2:17b). Akankah orang Kristen
lebih berdosa daripada orang-orang yang bukan Kristen, itu semua akan terlihat
dari kekutan-kekuatan tertentu yang membentuk perasaan dan perilaku pihak-pihak
yang terlibat dalam konflik gereja.[8] Mengelola konflik merupakan suatu pelayanan
perdamaian. Bukan kita yang melakukan pendamaian, melainkan Allah. kita
melakukan pekerjaan persiapan bagi aktivitas pendamaian Allah diantara pihak
yang terlibat dalam konflik-konflik gereja, melalui perantaraan Kristus telah
mendamaikan kitadan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada
kita (2 Korint. 5:14-18).
Pekerjaan persiapan yang kita lakukan bagi
perdamaian oleh Allah dalam konflik terdiri atas upaya melakukan campur tangan
terhadap prosesnya. Tujuan pelayanan kita adalah perdamaian oleh Allah. oleh
karena itu, pelaksanaan pelayanan kita didalam dunia yang sementara ini
mencakup upaya mengendalikan kehancuran manusia maupun mewujudkan keutuhan
manusia. Mengelola konflik berarti bertindak secara sengaja sebagai
pribadi-pribadi yang bertanggung jawab dan bukan sebagai pribadi-pribadi yang
mengendalikan untuk memperngaruhi dinamika konflik.[9] Konflik-konflik gereja tidak berakhir, sebelum
berbagai perbedaan yang dipertikaikan itu diselesaikan. Masalah-masalah ini
dapat dipecahkan dengan cara berunding. Tujuan etika Kristen dalam pengelolaan
konflik adalah mencegah bentuk untuk mencegah perpecahan selain penyelesaian
menang atau benar. Seringkali konflik gereja berlangsung bertahun-tahun tanpa
upaya-upaya yang dilakukan secara sadar atau didasarkan pada pengertian yang
benar untuk menanganinya. Dalam etika Kristen tentang pengelolaan konflik,
proses perundingan menunkukan bagaimana cara para pelaku memadukan
komitmen-komitmen iman mereka yang berbeda hingga menjadi bagian dari keutuhan
komunal yang lebih luas. Strategi merundingkan masalah mengamankan
penyelesaiaan atas perbedaan-perbedaan pendapat dalam keadaan seperti itu,
proses yang konfrontatif(destruktif) dihentikan dan seorang pengelola
(pemimpin) akhirnya menggunakan satu strategi untuk mencegah berbagai interaksi
destruktif. Proses perdamaian dengan cara berunding akan mendapatkan suatu
kesepakatan untuk menghadapi berbagai perbedaan yang tidak terpecahkan secara
konstruktif.[10]
-
Segi Masyarakat Sekitar
Kerukunan
antar umat beragama merupakan sesuatu hal yang cukup sukar untuk
diwujudnyatakan dalam kehidupan konkrit. Walaupun demikian harus ditegaskan
bahwa kerukunan antar umat beragama merupakan satu-satunya pilihan. Kita tidak
punya pilihan lain, kecuali harus terus mengusahakan dan mengembangkan
kerukunan hidup antar umat beragama. Dalam pada itu, agama-agama mempunyai
tempat dan peranan yang vital dalam menentukan kehidupan dalam bermasyarakat
berbangsa dan bernegara. Mempertimbangkan semua itu, kita harus menyatakan
bahwa tidak ada akibat yang sangat merugikan dan mengerikan bagi kehidupan
bangsa kita dari pada bila terjadi ketidakrukunan diantara umat beragama. Oleh
karena kerukunan antar umat beragama adalah satu-satunya pilihan, maka
gereja-gereja beserta dengan seluruh warganya harus terus bertekad untuk
mengusahakan, memelihara dan mengembangkan kerukunan antar umat beragama di
negara kita. Kerukunan kita cita-citakan adalah bukan sekedar rukun, rukun
sesaat dan temporer, melainkan suatu kerukunan yang benar-benar otentik dan
dinamis. Dengan kerukunan yang otentik, dimaksudkan bukanlah kerukunan yang
diusahakan hanya oleh karena alasan-alasan praktis, pragmatis dan situasional,
tetapi semangat kerukunan yang benar-benar keluar dari hati yang tulus dan
murni, yang didorong dan merupakan refleksi dari keyakinan iman yang dalam,
sebagai wujud serta aktualisasi dari ajaran agama yang kita yakini. Oleh sebab
itu, juga ada jugalah masalah teologis, masalah keyakinan iman.[11]
Konflik
bernuansa agama yang telah terjadi amat memperhatikan kita dan merupakan ironi
yang sulit bisa kita pahami. Diberbagai tempat di dunia, sentimen agama pernah
atau masih mendorong perselisihan yang akut. Orang mungkin berdalih untuk
mengingkari adanya hubungan antara agama dan kekerasan, tetapi dalih atau
keterangan semacam itu tidak cukup menghibur ataupun memberi pemecahan yang
kita harapkan.
Agama-agama
primitif beranggapan bahwa kekerasan dan penderitaan berasal dari Tuhan sebagai
hukuman. Dalam pandangan semacam ini mudah ditarik logika bahwa pengikut agama
merasa berhak menimpakan hukuman kepada lawan-lawannya sehingga terjadinya
konflik. Secara
lebih konkret, membangun kerukunan antar umat beragama agar tidak menimbulkan
konflik dapat digambarkan dalam empat macam bentuk kegiatan, diantaranya;
Ø
Dialog
kehidupan antar umat beragama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling
mengenal. Dialog atau dapat disebut oleh perbincangan saling komunikasi terjadi
dalam kehidupan bersama sehari-hari, dimana orang-orang yang imannya berbeda
mengalami situasi yangsama dan di situlah muncul kepedulian.
Ø
Dialog
pengalaman religious, dimana umat beragama yang berbeda-beda berbagi pengalaman
iman secara lebih mendalam.
Ø
Dialog
Teologis, dapat dijalankan dialog dengan macam-macam ungkapan atau fungsi
keagamaan. Bersama-sama dapat dijalankan analisis mengenai situasi yang dialami
bersama, dapat pula diadakan kajian teologis.
Ø
Dialog
kerjasama untuk memperjuangkan masyarakat yang lebih adil.
Upaya
pembangunan tidak perlu menghancurkan apa yang telah dipunyai oleh
masyarakat, seperti agama; adat-istiadat kebudayaan atau sistem politik. Dengan
demikian, pembangunan tidak perlu melahirkan konflik dengan nilai-nilai yang
hidup di dalam suatu masyarakat, sejauh ia masih mampu membela dan berkembang
bersama. Agama mengandung ajaran-ajaran
moral yang sangat berguna bagi pembangunan masyarakat dan agama dapat
menjalankan fungsinya untuk mengawasi berbagai kehidupan sosial. agama dapat
menjalankan fungsinya untuk mengawasi berbagai kehidupan sosial. melalui
potensi moral yang dimiliki, agama dapat berfungdi membangun kehidupan
masyarakat yang lebih baik.[12]
Banyak orang yang berpendapat bahwa konflik
merupakan hal yang berbahaya dan tidak perlu. Namun kenyataanya konflik
merupakan suatu keadaan yang tidak dapat dihindari. Sudah jelas bahwa konflik
bisa menimbulkan hal yang tidak baik bagi organisasi, tetapi beberapa konflik
dapat menciptakan pencarian penyelesaian, menangani konflik merupakan kecakapan
penting dalam semua aspek kehidupan. Dalam menyelesaikan konflik dapat
digunakan dengan cara tidak membiarkan ada yang merasa kalah, mengupayakan
kedua belah pihak menang, serta mengupayakan kedua belah pihak tidak kalah.
Semua itu dapat disimpulkan dengan cara damai. Konflik menurut Alkitab
sebenarnya tidak diperkenankan Tuhan (Kej. 13:8). Dari Alkitab lah kita diminta
Tuhan untuk menyelasaikan setiap konflik yang timbul dalam diri kita.[13]
Keberagamaan bukan hanya ditentukan oleh
kesalehan, tetapi keberagamaan itu ikut diwarnai oleh faktor-faktor
sosial-politis yang cukup kompleks dan sering sangat primordialistis. Dalam
situasi demikian muncul lah berbagai sikap individual, maupun kolektif. Sikap
individual itu pada dasarnya ditentukan oleh paham manusia yang lebih melihat
dirinya sebagai individu sebagai pribadi. Dari hal inilah muncul sikap hidup
yang mau mengembalikan agama kepada peran masa lampau yang berdiri kokoh atas
fundamental agama yang diamalkan secara tradisional. Apa yang diajarkan di masa
lampau sudah tebukti kebenarannya dan itulah yang harus diberlakukan pada
setiap agama. tetapi setiap agama mempunyai misi meskipun memiliki ajaran atau
pendapat yang berbeda-beda. Semua agama yang sadar akan misinya pasti
menghendaki yang baik menurut paham dan keyakinannya masing-masing. Didalam
setiap konflik yang disebabkan oleh perbedaan pendapat, bagi agama kristen misi
itu ialah mengkomunikasikan Injil kesalamatan kepada semua orang, sebab Tuhan
itu baik kepada semua orang (Mzm. 145:9). Misi inilah yang harus dilakukan
dengan berbuat yang baik. Untuk melaksanakan misi itu adalah umat Allah dan
gereja. Gereja harus yakin akan misinya dan harus manjadi pandu bagi masa depan
yang penuh dengan pengharapan. Melalui pengharapan inilah umat kristen mendapatkan
petunjuk agar mereka saling mengasihi dan saling menghargai antar umat
beragama.[14]
Misi gereja ialah menerobos lingkaran
kemanusiaan itu untuk membebaskan manusia menuju kepada masa depan yang
berpengharapan untuk mendapatkan perdamaian. Dengan demikian kehidupan bisa
bermakna, kasih Allah berawal di dalam Yesus Kristus dan bermuara ke dalam
persekutuan dengan Allah di dalam Yesus Kristus adalah awal dan akhir. Tugas
gereja ialah untuk menuangkan ke dalam program pembinaan umat dan pembinaan bangsa
secara nyata di tengah-tengah konflik.[15]
Pendapat kelompok kami
di negara indonesia ini yang banyak aneka ragam budaya dan agama ,kita harus
bisa saling mengerti satu sama lain, memang misalkan kalau di negara indonesia
mungkin ada beberapa langkah konkret yang bisa dijadikan untuk meredam atau
mencegah munculnya konflik antar umat beragama, diantaranya adalah tokoh agama
harus mampu memeberi contoh kepada masyarakat, bisa dengan cara dengan
bermusyawarah yang baik dan saling memahami nya, kemudian masing-masing agama
harus bisa menjalani tugas nya dengan baik semoga konflik di negara kita ini
bisa selesai , dan bangsa kita ini menjadi damai dan rukun untuk selamanya ,
dan jangan ada lagi konflik yang melekat di dalam bangsa indonesia ini, smoga
kedepan nya menjadi negara yang rukun dan damai serta bijak dalam mengambil
kepetusan.
Di Indonesia, yang banyak terjadi adalah konflik
intra agama dibandingkan antar agama. Maka, yang menjadi tantangan yaitu
bagaimana menjadikan perbedaan dan konflik diatasi secara damai. konflik
seringkali dilihat dari sisi akibat, bukan penyebab. Mereka (pihak yang
berkonflik) punya hambatan dari komunikasi. Sehingga, mereka melakukan
kekerasan. Selain itu, setiap manusia punya peranan sosial, jadi jika orang
memerankan perannya, tidak akan terjadi konflik. Menurut kelompok kami cara
meredam konflik adalah dengan berlomba-lomba berbuat kebaikan. Dalam hal ini,
pemerintah sebenarnya memiliki otoritas sebagai pengatur kebaikan. Hanya saja
pemerintah tidak melakukan itu. Sehingga, hal itu harus dibangun dari diri kita
masing-masing.
-
Segi Teologi
Dalam
perspektif inilah kiranya teologi perlu dibicarakan, karena teologi merupakan
refleksi atas kehidupan beriman dan kehidupan agama yang benar. Maka pendidikan
teologi yang berfungsi merefleksikan peran agama dalam masyarakat kiranya harus
menjadi agenda untuk semua agama yang masih ingin bertahan.[16]
Pesan damai sangat terasa bagi
umat kristiani, Yesus sebagai tokoh sentral dalam agama Kristen senantiasa
mengajarkan umatnya untuk cinta damai. Yesus tidak hanya dikenal sebagi juru
selamat tetapi juga diberi gelar sebagai Raja damai karena Dia adalah seorang
yang anti terhadap kekerasan. Banyak cerita yang menggambarkan betapa Yesus
adalah sang juru damai, bahkan di dalam Alkitab dapat dilihat bahwa tidak
satupun ayat yang mengindikasikan bahwa Yesus pernah mengajak orang untuk
berperang. Diantara ajaran Yesus tentang perdamaian adalah Yesus mengajarkan
untuk melawan kekerasan tanpa kekerasan. Ajaran melawan kekerasan tanpa
kekerasan ini bukan berarti mengajarkan kepasrahan atau tanpa perlawanan,
tetapi juga mengajarkan jalan ketiga misalnya dengan menggunakan kekuatan moral
daripada kekuatan fisik, mencari alternatif lain daripada menggunakan
kekerasan, tidak membalas dendam, dan lain sebagainya. Alkitab berbicara
tentang keadilan, pentingnya pemberian maaf serta mengasihi sekalipun terhadap
musuh dan lain sebagainya. Yesus sebagai pembawa pesan damai juga memberikan
teladan kepada umatnya bagaimana konsep tentang perdamaian itu dipraktekkan dalam
kehidupan.
Kebenaran
merupakan tiang pertama, karena temasuk di dalamnya pengakuan bahwa manusia itu
bukan merupakan penentu dirinya sendiri melainkan bahwa dia dipanggil untuk
memenuhi kehendak Tuhan, pencipta segalanya, yang merupakan Sang kebenaran mutlak.
Dalam hubungan manusiawi, kebenaran itu mengandaikan ketulusan, yang merupakan
syarat untuk saling percaya dan dialog menuju perdamaian.
Perdamaian
tidak dapat terjadi tanpa keadilan, hormat kepada martabat dan hak perorangan.
Tanpa keadilan baik dalam hubungan pribadi, sosial maupun internasional akan
menyebabkan kekacauan dan kekacauan akan menyebabkan kekerasan di kehidupan
ini. Keadilan juga harus dilengkapi dengan cinta. Dengan cinta, maka sesama
manusia akan menjadi saudara, sehingga akan terjadi hubungan untuk saling
berbagi baik dalam kesengsaraan maupun kegembiraan. Cinta juga akan membuat
manusia untuk sanggup mengampuni dan memaafkan karena pengampunan adalah salah
satu faktor yang penting dalam memulihkan perdamaian setelah pecah pertikaian.
Pengelolaan
konflik tampaknya berlaku untuk pelayanan-pelayanan pendamaian yang mencakuo
upaya menghalangi berbagai kekuatan dan struktur destruktif di sektor publik.
Kita diingatkan bahwa konflik-konflik destruktif itu adalah
pergumulan-pergumulan kekuasaan, dan bahwa konflik-konflik tersebut mengikuti
suatu siklus yang dapat diramalkan berupa pola laten. Pelayanan-pelayanan yang
menghalangi penggunaan kekuasaan kebijakan publik, tetapi upaya-upaya orang
kristen di masa kini untuk bertarung demi perdamaian di sektor publik tidak
selalu dipahami. Banyak orang kristen berupaya membangun perdamaian melalui
komunikasi antar pribadi. Hampir semua orang kristen setuju bahwa bentuk-bentuk
kekuasaan tanpa kekerasan adalah bentuk-bentuk pilihan etis dan inilah yang
harus pertama-tama digunakan. Dan orang kristen juga setuju bahwa berbagai
bentuk kekuasaan yang penuh kekerasan hanyalah sekedar langkah-langkah penahan
sementara sampai bentuk-bentuk kekuasaan tanpa kekerasan dapat digunakan untuk
memecahkan berbagai konflik sosial.
Orang
kristen percaya bahwa Allah mengasihi dan mengklaim dunia. Gereja Allah
hanyalah pengaturan sementara Allah. Orang kristen mengakui bahwa slidaritas
manusia sudah merupakan sesuatu yang telah ada dalam penciptaan dunia ini oleh
Allah. Dalam kenyataan ini, terdapat pengharapan untuk memecahkan konflik di
sektor publik, bukan semata-mata menghalanginya. Inilah solidaritas yang
diciptakan dan yang tidak dapat dihapuskan sama sekali oleh perbedaan-perbedaan
agama.[17]
2.2.
Manajemen HKBP Masa
Datang
Sebelum
kita berbicara tentang manajemen kita harus mengetahui terlebih dahulu apa
sebenarnya arti dari manajemen itu. Manajemen sering disebut dengan seni dimana
memadukan segala tatanan, sumber daya, dengan memiliki tujuan tertentu serta
menghasilkan para kinerja yang tangguh. Pada dasarnya manusia adalah
seniman-seniman, dimana jiwa seninya berkembang dengan baik. Yang menjadikan
adanya perbedaan adalah terletak pada finalnya atau hasil akhirnya, dimana ada
hasil akhirnya yang dapat membanggakan, menunjukkan sesuatu yang tangguh.
Namun, adakalanya bahwa hasil akhirnya tidak sesuai dengan apa yang kita
harapkan karena usaha yang dilakukan dengan berantakan. Seperti yang tertulis
pada Filipi 2:5-7 dan Kejadian 11:3-4, dalam hal itu sudah disinggung bahwa
dalam melakukan manajemen pasti selalu ada yang kurang. Meskipun ada yang
kurang dalam pelaksanaannya namun manajemen itu sangat lah penting. Manajemen
juga disebut dengan badan kolektif yang artinya bahwa manajemen berkaitan
dengan pengolahan jabatan. Manajemen Plus adalah suatu seni yang memadukan
suatu tatanan segala sumber daya dengan baik untuk mencapai suatu tujuan
tertentu dengan kinerja yang tangguh yang dilengkapi dengan dasar-dasar Firman
Tuhan yang pada akhirnya nanti akan mendatangkan sukacita bagi para pelakunya
sebagai manusia yang seutuhnya yang terdiri dari tubuh, jiwa dan roh.
Sebenarnya siapa yang menjadi pelaku majemen plus sebenarnya. Hal itu
sebenarnya sudah terjawab bahwa manusia yang terdiri dari tubuh, jiwa dan roh.
Selain itu juga dalam program pelaksanaa manajemen itu harus lah berlandaskan
kasih yang terdapat dalam 1 Kor 13:4-8a, maka dari itu pelaksanaan dari
manajemen itu harus menghindari perbuatan daging (Gal 5:19-21a).[18]
Dalam
melaksanakan manajemen yang paling penting adalah bagaimana karakter seorang
pemimpin didalam memimpin suatu organisasinya. Maka, dalam memimpin itu harus
lah dapat mempengaruhi para anggotanya, dimana mempengaruhi dalam arti yang
positif tidak negatif (dengan memiliki tujuan politik untuk kepentingan sendiri
atau kelompok) agar mereka dapat melakukan apa yang diinginkan oleh
pemimpinnya. Ada dua ciri kepemimpinan yang baik yaitu kehendak Allah ada dalam
komunitas kerja dan komunitas yang mendukung kehendak Allah. Dalam konsepsi keyakinan kristen bahwa Allah adalah raja
atas segala ciptaanNya. Terdapat beberapa aspek yang
mendukung kehendak Allah yaitu:
Ø Kasih, seperti yang
tertulis dalam matius 23: 37-40 bahwa hukum kasih mengajarkan untuk mengasihi
sesama. Ketika anggota melakukan kesalahan seharusnya pemimpin tidak memojokkan
atau mempermalukan anggota didepan forumnya. Kasih merupakan penghargaan
terhadap kehidupan setiap orang, dan kasih harus di wujudnyatakan dalam
pernyataan yang konkret
Ø Keadilan, dapat dilihat
ketika orang menerima perlakuan yang adil, yang sesuai dengan hak-haknya selaku
ia menjadi anggota masyarakat.
Ø Damai Sejahtera, dalam
hal ini damai sejahtera tidak bermusuhan dan terlepas dari segala jenis
gangguan dan kesukaran.[19]
Sesuai
dengan tulisan John B Pasaribu, bahwa manajemen yang dilaksanakan oleh HKBP
banyak mengalami perpecahan karena adanya kepentingan politik atau pribadi.
Jahenos Saragih menawarkan beberapa hal dalam proses manajemen kepemimpinan
gereja, kepemimpinan merupakan cara atau kemampuan untuk membimbing, menuntun,
memandu, melatih dan memberikan pedoman untuk pencapaian tujuan sehingga
kepemimpinan kristen dilihat dari segi Alkitab adalah suatu proses yang
terencana dan dinamis dalam konteks pelayanan kristen yang didalamnya ada
campur tangan Allah, dan Ia memanggil seorang pemimpin untuk mecapai tujuan
Allah. Ada beberapa jenis kepemimpinan yaitu :[20]
§
Kepemimpinan
berkharismatik. Kepemimpinan kharismatik adalah kepemimpinan yang dianggap
memiliki kekuatan gaib atau mistis sehingga para pengikutnya percaya kepada
pemimpin. Seorang pemimpin kharismatik menggunakan gaya yang diktatorial tetapi
anggotanya setia bahkan pengikut kharismatik tidak mempersoalkan nilai-nilai
yang dianut, tetapi sikap dan perilakulah yang digunakan.
§
Kepemimpinan
Otokratik yaitu kepemimpinan berdasarkan kepemimpinan mutlak.
§
Kepemimpinan
Paternalistik atau kebapakan. Kepemimpinan ini ditandai dengan bertindak
sebagai bapak yang mendidik mengasuh,
membimbing, dan menasehati serta memperhatikan kesenanngan dan kesejahteraan
yang dipimpinnya.
§
Kepemimpinan
Demokratis, kepemimpinan ini ditandai dengan adanya partisipasi yang baik dalam
penentuan tujuan dan pemanduan pemikiran-pemikiran untuk menentukan dan
memutuskan cara-cara terbaik dalam melaksanakan pekerjaan.
Selain
dari keempat jenis kepemimpinan diatas ada juga kepemimpinan yang lain seperti
: (i) kepemimpinan pribadi, dimana gaya kepemimpinan ini mengadakan kontak
langsung dengan bawahannya dan memberi petunjuk bagaimana menyelesaikan
masalah. Adanya kontak langsung bawahan akan merasa bahwa pemimpin scara tidak
langsung memberikan perhatiannya, memberi petunjuk dan membawa ke arah yang
maju kepada bawahannya. (ii) kepemimpinan non pribadi, yaitu kepimimpinannya
yaitu kebanyakan pemimpin menyuruh bawahannya melalui media non pribadi (surat
keputusan, perintah tertulis, serta pengumuman-pengumuman yang lain), (iii)
kepemimpinan yang alamiah, dengan kepemimpinan seperti ini diangkat secara
spontan bukan karena pengangkatan, sehingga orang lain banyak taat kepada
pemimpinnya.[21]
Dari
kasus atau masalah yang dialami oleh HKBP pada saat ini terletak pada kesalahan
yang terutama ada pada pemimpinnya bukan menejemennya. Menejemen tidak mungkin
salah jika pemimpin melakukan menejemen itu dengan baik. Seperti kasus keuangan
yang ada di HKBP pada saat ini, banyak pemasukan yang datang namun tidak
diketahui bagaiman pengeluaran dan pemasukan uang yang transparan. Kalau memang
transparan agar seluruh warga HKBP tidak mempertanyakan tentang sirkulasi
keuangan maka sebaiknya diadakan laporan setiap bulannya ke berbagai gereja
yang nantinya akan disampaikan secara langsung oleh pimpinan gereja itu, hal
itu pastinya akan dilakukan jika kekuasaan yang dijalankan memang benar-benar
transparan dan jujur. Kalau mendengar siapa sebenarnya yang menjadi Eporus HKBP
hali itu sangat sensitive bagi semua kalangan terutama bagi warga HKBP yang
tidak menyukai pemimpin HKBP, dan bahkan HKBP menjadi hacur atau pecah
dikarenakan adanya benang merah antara blok A dan blok B. Ketika adanya
rekonsiliasi seharusnya bersatu seperti umpasa “sada songon daion aek”, namun
seperti yang kita lihat bahwa banyak sekali para pendeta yang ada di HKBP masih
saling menjatuhkan untuk mencapai suatu kepentingan pribadi, dengan terjadinya
perpecahan maka visi dan misi pun tidak bisa berjalan dengan baik lagi.
Bagaimana para anggota dapat menjalankan anggota dengan baik jikalau seorang
pemimpin HKBP tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Banyak pendeta yang
menjadi mata uang-an, banyak pendeta yang menjalankan tugasnya demi kepentingan
politik, sehingga untuk menjalankan tujuan politiknya itu maka pendeta yang
lainnya akan disingkirkan (mutasi) dengan alasan yang tidak jelas.[22] Contohnya saja seperti
yang terjadi di dalam lembaga HKBP yaitu
STT HKBP banyak sekali terjadi penyimpangan yang terjadi demi kepentingan
politik yang ada, sehingga banyak mahasiswa yang menjadi korban karena
kepentingan pribadi seorang pemimpin. Adapun beberapa penyimpangan yang terjadi
atau yang dilakukan yaitu seperti pemindahan dosen yang berkualitas. Untuk
menangani hal yang seperti itu maka demi membangun HKBP yang lebih baik lagi
dimasa yang datang seharusnya :
Dalam 2 Tim 3:15-16, dimana isinya mengandung
manajemen kepemimpinan kristen. Maka manajemen kristiani adalah seorang pemimpin
yang melakukan manajemen yang beralaskan pada firman Tuhan. Di dalam
menjalankan manajemen pastinya diperlukan sarana dan prasarana yang mendukukung
kegiatan itu, seperti manusia, dan materi-materi yang mendukung. Pemimpin
sebenarnya adalah Tuhan (maz 48:15), maka manusia adalah sebagai alat Tuhan
untuk mengatur, menata dan mengelola, dan manusia diberi tugas untuk
mempelajari manajemen itu dengan baik (Ams 2:6). Berbicara tentang uang, bahwa
manusia diajarkan agar tidak diperbudak atau mencintai uang, karena hal itu
sudah tertulis didalam alkitab Pkh 10:19, 1 Tim 6:10-11 dan Ibr 13:5.
v Perencanaan
Untuk melakukan suatu perencanaan yaitu 5W 1H,
yaitu what, why, where, when, who, how. Hal itu harus benar-benar dalam
perencanaan supaya tidak terjadi keributan dalam menjalankan tugas dengan baik.
v Pengorgansisasiannya
Ini merupakan proses untuk menciptakan hubungan
antara fungsi-fungsi, personalia, dan faktor fisik agar kegiatan yang harus
dilakukan disatukan dan diarahkan pada pencapaian tujuan bersama. Adapun
lanhkah-langkah untuk suatu pengorganisasian adalah :
1.
Memerinci
suatu kegiatan untuk memperoleh tujuan.
2.
Memilih
dan menetapkan SDM (sumber daya manusia) yang diperlukan.
3.
Membagi
setiap kegiatan bagi anggota.
4.
Menetapkan
job descriptions pada setiap anggota.
5.
Mengkombinasikan
kegiatan anggota dengan cara logis yang memungkinkan organisasi efektif dan
efisien.
6.
Menyiapkan
mekanisme untuk mengkoordinasikan kegiatan anggota sehingga menjadi satu kesatuan yang harmonis dan terpadu.
7.
Mengadakan
tindakan penyesuaian untuk mempertahankan dan efektifitas dan efisiensi.
v Pengarahannya,
pengkoordinasiannya, pengendalian, pemasaran
v Kepemimpinan ptakan hubungan
anta
v Pengambilan keputusan
Total kualitas manusia adalah penerapan metode
kuantitatif dan pengetahuan kemanusiaan, untuk memperbaiki material dan jasa
yang menjadi masukan organisasi, memperbaiki semua proses penting dalam
organisasi.
Ada
beberapa cara/metode yang menjadi tujuan HKBP di masa yang akan datang adalah :
-
Pemimpin
harus mendengarkan suara para anggota dan seruan jemaat HKBP
-
Harus
memahami keadaan dan masalah yang ada
-
Seorang
pemimpin harus bisa memberikan kesejukan dan damai sejahtera
-
Pemimpin
harus mendengar lebih banyak lagi dan bersikap bijaksana
-
Seorang
pemimpin harus memiliki kepedulian dan perhatian kepada anggota dan jemaat
-
Membuka
hati dan pikiran dan tanggap terhadap apa yang terjadi di lingkungan sekitar
-
Seorang
pemimpin harus berani mengatakan itu baik jikalau baik dan berani mengatakan
tidak jika itu salah
-
Seorang
pemimpin mampu atau bisa menjadi sahabat siapapun, tidak memilih-milih anggota
siapa saja yang mendukung dirinya demi kepentingan tujuan/politik tertentu.
Menurut
Kelompok bahwa ada baiknya dari yang disarankan oleh John Pasaribu, ketika
dalam suatu instansi atau organisasi seorang pemimpin sudah memiliki
kepentingan politik atau pribadi maka segala aturan yang ada di dalam
organisasi itu akan tidak berjalan dengan tidak baik bahkan menjadi hancur.
Banyak aturan yang merugikan orang yang tidak menyukai/ tidak pro dengan
pimpinan, sehingga untuk menyingkirkan hal itu maka dibuatlah peraturan dengan
kediktatorannya. Begitupula yang terjadi di HKBP sudah banyak penyimpangan yang
bisa kita temui masing-masing. Ada banyak permutasian pendeta yang tidak jelas dipindahkan
karena alasan yang jelas, dan juga masalah keuangan yang tidak jelas, dan masih
banyak lagi. Tempat berpolitik ruang lingkupnya tidak di HKBP. HKBP adalah
suatu gereja yang mana fungsi dari gereja adalah untuk beribadah BUKAN untuk
mencari jabatan dan kekayaan. Kalau untuk mencari jabatan yang tinggi dan juga
kekayaan seharusnya pergi ke dunia politik yang menjamin akan kekayaan dan
dapat melakukan KKN dengan bebas. Untuk mengembalikan HKBP menjadi lebih baik
tidak akan bisa jika seorang pemimpin hanya mementingkan dirinya sendiri demi
tujuan tertentu.
III.
Kesimpulan
·
Perbedaan
yang ada tidak menjadikan antar agama menjadi saling rebut atau menjadi sangat
fanatik terhadap agamanya sendiri.
·
Ada
empat aspek kerukunan yang harus dinyatakan yaitu : Hidup rukun internal umat
beragama dalam satu agama (intern agama)
a.
Hidup
rukun antar umat beragama (ekstern agama)
b.
Kerukunan
umat beragama terhadap lingkungan hidup dan seluruh ciptaan Allah
c.
Kerukunan
dalam aspek vertical (hubungan baik manusia dengan Allah sang pencipta
pemelihara serta penyelamat)
d.
Hidup
rukun internal umat beragama
·
Adanya
sistem dan pola yang berbeda dari pemimpin banyak masalah yang timbul karena
memiliki perbedaan yang mengakibatkan perpecahan, pemisahan diri, dan membentuk
organisasi yang baru.
·
Sebagian gereja telah
dijadikan tempat untuk kepentingan politik atau kepentingan pribadi seseorang,
sehingga banyak manajemen yang dilakukan tidak sesuai dengan tujuannya.
·
Dengan adanya konflik dalam
gereja, dapat membuat gereja tersebut dapat mencinta perbedaan yang ada ketika
masalah itu sudah dapat diatasi.
IV.
Saran
·
HKBP
hendaknya memiliki manajemen kasih dan penuh dengan damai sejahtera dalam
pelayanannya dengan manajemen seperti itu akan membuat HKBP mampu menjalankan
visi dan misinya dengan baik.
·
Dalam sebuah organisasi
harus memiliki suatu kejelasan dan
memiliki manajemen yang harus jelas supaya semua tujuan yang akan dicapai akan
terlaksana dengan baik.
·
Ikut serta dalam setiap
visi atau pembaharuan-pembaharuan yang akan dicapai, dalam arti kita menjadi
pelaku dalam setiap solusi.
·
Setiap konflik yang timbul
dalam gereja, sebaiknya sebagai jemaat gereja harus diperhatikan dan ikut serta
dalam mengatasi permasalahan itu sendiri.
[1] J. Boangmanalu,
“Menangani konflik dan tindakn kekerasan dengan upaya damai” dalam Lambas
Goeltom (penyunting), Hamba Yang Tidak Berguna, Jakarta:Gramedia, 2010, hlm.
322-338.
[2] John B Pasaribu, “Manajemen HKBP Masa Datang” dalam
Lambas Goeltom (penyunting), Hamba Yang Tidak Berguna, Jakarta:Gramedia, 2010,
hlm. 366-371.
[3] J. Boangmanalu,
“Menangani konflik dan tindakn kekerasan dengan upaya damai” dalam Lambas
Goeltom (penyunting), Hamba Yang Tidak Berguna, Jakarta:Gramedia, 2010, hlm.334
[4] Thomas F, O’ Dea, Suatu Pengenalan Awal, Jakarta : Rajawali dan YASOGAMA, 1987,
hlm. 139-143.
[5] D. Hendropuspito, Sosiologi Agama, Jakarta : BPK-GM,
1983, hlm.155-156.
[6] Ibid, hlm. 159
[7] Ibid, hlm, 163-167
[8] H. F. Halverstadt, Mengelola Konflik Gereja, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2004, hlm. 1-2.
[9] Ibid, 133-134 .
[10] hlm.224-247
[11] Weinata Sairin, Fundamentalisme Agama-agama dan Teknologi,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996, hlm. 59-60.
[12] N. Muhammad, Hubungan Antar Agama, Yogyakarta: AK Group, 2006, hlm. 114-126.
[13] S. Wiryoputro, Dasar-Dasar Managemen Kristiani, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008,
hlm. 123-133.
[14] T. Kobong,
“Agama-agama Di Indonesia Memasuki Abad XXI” , dalam Weinata Sairin
(Penyunting), Dialog Antar Umat Beragama,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994, hlm. 146-148.
[15] Ibid,
hlm; 152
[16] A. Sudiarja, Agama di Zaman Yang Berubah,
Yogyakarta: Kanisius, 2006, hlm. 65-67.
[17] H. F. Halverstadt,
Op.
Cit, hlm; 288-290
[18] Hariono
Soemarsono, Manajemen Plus: Melengkapi
Manajemen Modern Dengan Firman Tuhan, Bandung : Lembaga Literatur Baptis,
2004, hlm. 18-25.
[19] R. Sitanggang, Memimpin Sesuai Amanah, Pematang Siantar: L-SAPA, 2006, hlm. 36-105.
[20] Jahennos Saragih, Manajemen Kepemimpinan Gereja, Jakarta: Suar GKYE Peduli Bangsa,
2008, hlm, 117-120.
[21] Ibid, hlm 117-124.
[22] John Pasaribu, Manajemen Kepedulian, Jakarta: Yayasan
JBP, 2008, hlm. 134-136.
[23] Sugiyanto
Wiryoputro, Dasar Manajemen,
Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2008, hlm. 22-104.
[24] Ibid, 136-152.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar