MANAJER
SATU MENIT
(Membangun
tim-tim dengan peforma tinggi)
I.
Pendahuluan
Kami
sebagai penyaji disini membahas tentang Cerita Kenneth Blanchard Ph.D. &
Spencer Johnson M.D, yang merupakan
cerita tentang anak muda yang bernama Dan yang ingin menemukan sosok seorang
manejer (pemimpin) efektif, lalu kemudian ia bertemu dengan seorang manajer
yang menamakan dirinya dengan sebutan Manajer Satu Menit. Bertahun-tahun
setelah itu, anak muda itu, yang kini telah berumur, mengikarkan dirinya
sebagai seorang manajer satu menit juga. Ia kini siap membagi rahasia-rahasia
manajer satu menit dalam memimpin tim atau kelompok, dan apa yang harus dilakukan
serta sikap apa yang dilaksanakan dalam sebuah tim atau kelompok, marilah kita
masuki tulisan kelompok di bawah ini.
II.
Isi
Manajemen satu menit dimulai dengan menetapkan
sasaran satu menit yang ditulis di atas selembar kertas dan harus bisa dibaca
dalam satu menit pula. Setiap sasaran akan membawa pada perilaku. Maka, tugas
selanjutnya adalah menjaga agar perilaku karyawan sesuai dengan sasaran
tersebut. Jika sasaran, atau bagian dari sasaran, yang ditetapkan tercapai,
maka anda menang. Anda atau karyawan
anda berhak untuk mendapatkan sebuah pujian satu menit. Karena yang ingin
dicapai adalah perilaku yang sesuai dengan sasaran, maka yang harus dipuji
adalah perilaku dengan perasaan tulus.
Lakukan pujian itu segera dan jelas. Beritahu karyawan apa yang
telah mereka lakukan dengan benar, dan
tunjukkan bagaimana perasaan anda terhadap
pencapaian itu. Jangan ragu untuk menjabat tangan karyawan atas
pencapaian itu. Kemudian, mulailah dengan kesuksesan ini, menetapkan
sasaran-sasaran baru.
Namun, sebaliknya, jika sasaran yang ditetapkan
tidak tercapai, maka anda kalah. Segera tinjau sasaran yang telah ditetapkan
tersebut. Adakah sesuatu yang kurang jelas atau tidak disetujui dari sasaran
tersebut? Kemudian, anda atau karyawan anda berhak mendapatkan teguran satu
menit. Sebagamana pujian, teguran haruslah mengarah pada perilaku, bukan
pribadi. Teguran harus dilakukan segera dan spesifik menjelaskan apa-apa yang
tidak sesuai dengan sasaran. Beritahu karyawan apa yang keliru dan bagaimana
perasaan anda. Namun, jangan lupa untuk membesarkan hati karyawan, untuk tetap
memiliki semangat kembali pada penetapan sasaran. Ini adalah teknik manajemen
manusia yang sangat sederhana, namun bisa berjalan baik pada kelompok. Ini mendorong
budaya organisasi yang bersikap jujur pada orang-orang, dan menciptakan
perasaan nyaman pada setiap karyawan. Kepedulian pada orang selalu membawa
hasil yang menakjubkan. Dan itu akan memberikan keuntungan bagi organisasi. The
One Minute Manager sesungguhnya hanya berusaha mengingatkan kita masing-masing
agar mau menyisihkan satu menit dari hari kita guna mengamati wajah orang-orang
yang kita atur. Dan untuk menyadari bahwa mereka merupakan sumber daya
terpenting kita.
2.2. Karekteristik Tim dengan Performa Tinggi.[2]
v Purpose (Adanya maksud
yang jelas)
a.
Para
anggota dapat menggambarkan serta berkomitmen terhadap maksud bersama
b.
Sasaran-sasarannya
jelas, menantang dan relevan dengan maksudnya
c.
Strategi-strategi
untuk mencapai sasaran-sasaran itu jelas
d.
Peran-peran
induvidualnya jelas
v Empowerment (Adanya
pemberdayaan )
a.
Para
anggotanya merasakan kuasa pribadi maupun kolektif
b.
Para
anggotanya mempunyai akses terhadap keterampilan dan sumber- sumber daya yang
diperlukan
c.
Kebijakan
dan praktek-prakteknya mendukung tujuan-tujuan tim
d.
Adanya
sikap saling menghargai dan kesedian
untuk saling membantu
v Relationships aand Communication (Baiknya hubungan dan komunikasi)
a.
Para
anggotanya mengekspresikan diri secara terbuka dan jujur
b.
Kehangatan,
pengertian dan penerimaan diekspresikan
c.
Para
anggotanya mendengarakan secara aktif terhadap satu sama lain
d.
Perbedaan
–perbadaan opini dan prespektif tetap dihargai.
v Flexibility (Adanya
Fleksibility)
a.
Para
anggotanya memainkan peran seta fungsi yan berbeda-beda sesuai kebutuhan .
b.
Para
anggotanya berbagai tanggung jawab begi kepemimpinan tim dan pengembangan tim.
c.
Para
anggotanya mampu beradaptasi terhadap
tuntutan yang berubah-ubah
d.
Berbagai
ide dan pendekatan itu dijajaki.
v Optimal Productivity
(Adanya Produktiviatas yang optimal)
a.
Keluarannya
tinggi
b.
Kualitasnya
sangat baik
c.
Pengambilan
keputusan efektif
d.
Proses
pemecahan masalahnya jelas
v Recognition and
Appreciation (Adanya pengakuan dan penghargaan)
a.
Konteribusi
individual diakui dan dihargai oleh sang pemimpin maupun sang anggotanya
b.
Prestasi
Tim diakui oleh para anggotanya
c.
Para
anggota kelompok merasa dihargai
d.
Konteribusi
tim dihargai dan diakui oleh organisasi
v Morale (Moral yang
tinggi)
a.
Individual
–individualnya bangga akan keanggotannya dalam tim
b.
Individual
–individualnya percaya diri dan termotivasi
c.
Para
anggotanya bangga dan puas dengan pekerjaan mereka
d.
Ada
keutuhan dan semangat tim yang kuat.
2.2.
Pentingnya Visi[3]
Hal
yang pertama yang dilakukan pemimpin yang efektif adalah menciptakan visi yang
membantu mengarahkan timnya kearah yang benar. Visi mengekspresikan peforma dan
komitmen, mengetahui mengetahui kemana arah tujuannya bersama yang dianggap
penting.
2.3.
Diagnosa[4]
Dalam
mengembangkan tim dengan peforma tinggi melibatkan tiga keterampilan utama
dipihak pemimpin maupun anggota timnya, yaitu:
1.
Diagnosa,
yang artinya memahami dinamika dan pola perilaku yang ada dalam kelompok itu.
2.
Kemampuan
beradaptasi, dimana di dalam kelompok tim mampu mengamati kelompok dan membantu
tim mengetahui apa yang sedang terjadi dalam tim.
3.
Pemberdayaan,
bagaimana di dalam tim itu saling mengamati satu dengan yang lain sehingga
mengetahui apa soal kelompok sehingga saling mendukung apa yang dilakukan di
dalam kelompok.
Kebutuhan
akan pentingnya mengetahui dan memahami tentang dinamika kelompok atau
proses-proses interaksi yang terjadi di dalam kelompok semakin hari semakin
meningkat. Sebagai makhluk sosial, manusia memang tidak mungkin hidup sendiri
tanpa ada orang lain bersamanya, apakah itu dalam keluarga, dalam kehidupan bermasyarakat,
di kantor dan sebagainya. Dari hari pertama dilahirkan, kita sudah merupakan
bagian dari kelompok yang dikenal sebagai keluarga, kita tidak mungkin dapat
bertahan hidup pada menit-menit pertama, minggu-minggu pertama malahan pada
tahun-tahun pertama setelah kelahiran tanpa bantuan dari kelompok (keluarga).
Dan melalui keluarga ini pula kita mulai belajar bagaimana harus
bersosialisasi, yang mana nantinya merupakan dasar dari pola tingkah laku dan
pola berpikir serta mendidik kita agar mempunyai perspektif tertentu terhadap
diri sendiri dan dunia luar/lingkungan. Selanjutnya, hari demi hari kita lalui
bersama kelompok, dari satu kelompok ke kelompok yang lain, baik formal maupun
informal. Dan dalam kelompok-kelompok ini interaksi kita dengan orang lain
dalam kelompok tidak dapat terhindarkan. Dari berbagai studi tentang perilaku
dan kepribadian menunjukkan bahwa bentuk perlakuan yang diterima seseorang
dalam kelompoknya mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam menentukan
identitas kepribadian seseorang.
Dari
keterangan diatas, dapat kita lihat bahwa kehidupan dalam kelompok sangatlah
dinamis. Semakin efektif suatu kelompok, semakin baik pula kualitas kehidupan
anggota-anggotanya. Yang penting diperhatikan agar kelompok tersebut tetap
efektif adalah pengetahuan yang cukup tentang dinamika atau proses-proses yang
terjadi serta kemampuan kita untuk berperilaku secara efektif dalam kelompok.
Kedua hal penting ini dapat kita pelajari melalui pemahaman tentang dinamika
kelompok.
Dinamika
kelompok sebenarnya adalah bagian dari ilmu pengetahuan sosial yang lebih
menekankan perhatiannya pada interaksi manusia dalam kelompok yang kecil. Pada
berbagai referensi, istilah dinamika kelompok ini disebut juga dengan
proses-proses kelompok (group processes). Jelas dari terminologi ini bahwa
pengertian dari dinamika kelompok ataupun proses kelompok ini menggambarkan
semua hal atau proses yang terjadi dalam kelompok akibat adanya interaksi
individu-individu yang ada dalam kelompok itu.
Di dalam sebuah kelompok semua orang haruslah
menetapkan sasaran-sasaran yang lebih jelas, dan menyediakan kerangka kerja
untuk memberikan evaluasi dan pengakuan atas prestasi. Dalam mencapai prestasi
ini dibutuhkan orang-orang yang mampu bekerjasama, terbuka dalam komunikasi,
bertanggungjawab dalam kepemimpinan dan pengambilan keputusan, dan membangun
diri kita sendiri dengan tim peforma tinggi.
Ketidakpuasan ditimbulkan akibat adanya perbedaan
antara harapan dengan realita, merasa tidak puas dengan ketergantungan kepada
yang berwenang, merasa prustasi: amarah diseputar sasaran, tugas, dan rencana
tindakan, merasa tidak kompoten dan bingung, bereaksi negative terhadap
pemimpin serta anggota-anggota lainnya, berebut kekuasaan atau perhatian. Namun
yang perlu di ingat tidak ada tahapan perkembangan yang buruk, tetapi
masing-masing tahapan adalah bagian dari perjalanan menuju produksi.
Dalam
menghasilkan produksi yang baik, sebuah tim harus mampu bersemangat untuk
berpartisipasi dalam kegiatan tim, bekerja secara kolaboratif dan saling
ketergantungan dengan kelompok dan sub kelompok, merasakan kekuatan tim,
menunjukkan keyakinan yang tinggi dalam menyelesaikan tugas-tugas, merasa
positif tentang sukses dari tugas-tugas sehingga mencapai peforma tinggi.
Sebuah tim yang baik haruslah mampu mengurangi rasa
ketidak-puasan, memecahkan perbedaan antara ekspetasi dengan realita,
memecahkan polaritas dan permusuhan, mengembangkan keharmonisan, kepercayaan,
dukungan dan penghargaan, mengembangkan harga diri dan keyakinan, lebih terbuka
dan memberikan umpan balik lebih banyak, berbagi tanggungjawab dan kendalai
serta menggunakan bahasa tim.
Dalam melakukan
perubahan-perubahan Produktifitas dan Moral haruslah melalui tahapan-tahapan,
sebagai berikut:
ü
Orientasi, disebabkan karena
produktifitas rendah sebab para anggota belum jelas soal sasaran dan
tugas-tugasnya serta masih memiliki keterampilan yang minim.
ü
Walaupun demikian jika dalam
sebuah tim memiliki moral yang tinggi, ini dapat mempengaruhi semangat kelompok
dan mempunyai ekspektasi yang tinggi.
ü
Setelah itu tercapailah produksi,
yang mana tim merasakan hasil-hasil dari kerjasama mereka.
Seorang
pemimpin harus mampu beradaptasi yang mampu melihat situasi di dalam tim. Oleh
karenanya seorang pemimpin harus mampu mengolah tim secara otokratis atau
demokratis. Secara otokratis, seorang pemimpin harus mampu memberitahu
anggotanya apa yang harus mereka kerjakan, bagaimana caranya, bagaimana
mengerjakannya dan kapan mengerjakannya. Secara demoratis, pemimpin harus
mampuy mendengar seluruh anggota tim, memuji upanya mereka dan memfasilitasi
interaksi diantara mereka sendiri.
Ø Mengarahkan
Pada kali pertama
seorang guru mengajar murid yang baru, guru tersebut haruslah mengarahkan
mereka, karena para murid baru masih kosong dan belum begitu memiliki
pengalaman. Demikian, mengarahkan adalah hal yang dibutuhkan ketika individual
ataupun sebuah kelompok masih berada
dalam tahapan orientasi dalam perkembangannya.
Ø Membimbing
Membimbing itu
melibatkan, mengarahkan dan mendukung, memberitahu dan mendengarkan. Ketika
membimbing, perilaku yang dilakukan oleh pemimpin adalah banyak mengarahkan dan
sekaligus dukungan.
Ø Mendukung
Dalam
analogi mengajar tadi, digambarkan bahwa para murid datang ke kelas sudah penuh
pengetahuan dan pengalaman namun tidak tertata dengan baik. Karena itu tugas
sang guru adalah mengeluarkan pengetahuan dan pengalaman itu dari para murid
lalu menolong mereka untuk menatanya. Sang pemimpin itu harus mendukung,
mendengarkan dan memfasilitasi interaksi-interaksi kelompoknya.
Ø Mendelegasikan
Pola pendelegasian ialah
proses penyerahan tanggung jawab dan wewenang kepada seseorang. Setelah para
murid sudah penuh dengan pengetahuan dan pengalaman yang tertata dengan baik,
maka sang guru sekarang bertugas untuk mendelegasikan, maksudnya adalah
pemimpin tidak lagi banyak mendukung dan mengarahkan, hanya saja seorang pemimpin
sudah menyadari kemandirian kelompoknya, ia hanya perlu mengawasi dan
mengesahkan keputusan- keputusan yang dibuat oleh kelompok sebagai hasil dari
yang sudah ia pimpin.
Fungsi-fungsi tugas
adalah perilaku-perilaku yang fokus kepada tugas yang akan dilaksanakan,
sehingga berhubungan dengan perilaku mengarahkan fungsi-fungsi pemeliharaan
serta keharmonisan dan keutuhan kelompok.
Jika ingin mengajari
sesama di dalam tim haruslah terlebih dahulu menguji pemahaman sendiri lalu
mengajarkan kepada orang lain.
Jika sebuah tim ingin
berhasil dalam setiap kinerja, haruslah memberikan konsep bahwa bantuan
pemimpin sangatlah diperlukan untuk membimbing kelompok dari masa orientasi ke
tahapan produksi. Oleh karenanya seorang pemimpin harus mampu memikirkan
diagnosa perkembangan dari timnya.
Seorang pemimpin
haruslah mampu membantu timnya untuk maju dalam tahapan perkembangan dengan
menjawab dan menghargai setiap pertanyaan anggota timnya.
Selama perjalanan sebuah tim, seorang pemimpin
harus mampu mengelola perjalanan serta menganggap bahwa dalam sebuah tim adalah
saling ketergantungan satu dengan yang lain (anggota).
Mengubah
gaya kepemimpinan sangatlah penting, kepemimpinan yang dimaksud disini adalah
gaya mengarahkan, dimana seorang pemimpin hendaknya mampu membagikan informasi
yang perlu, menjelaskan sasaran awal dan tugas-tugas, serta membantu kelompok
mengembangkan keterampilan yang diperlukan agar menjadi lebih efektif. Tetapi
jika seorang manajer terlalu lama menggunakan gaya yang mengarahkan, para
anggotanya akan segera tidak senang berulang-ulang diberitahu apa yang harus
dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Anggota-angotanya juga jadi
enggan mengkontribusikan ide-ide dan opini-opini mereka dan produktivitas,
kepuasan dan kreaktivitas bisa menderita akibatnya. Manajer satu menit
mengatakan jika pemimpin pindah ke gaya membimbing dan mulai mendorong
anggotanya untuk membagi ide dan opini mereka sehingga mereka mempunyai
sasaran-sasaran tugas. Menyatakan Sasaran-sasaran merupakan cara yang baik
untuk pindah ke gaya membimbing dan mendorong masukan dari para anggota tim.
Dalam
mengubah kepemimpinan dari mengarahkan kepada membimbing pastilah mempunyai
rasa ketidak-puasan dari salah satu kelompok. Namun yang perlu di ingat
perilaku kepemimipinan yang tepat pada saat yang tepat bisa mengurangi ketidak-puasan
itu, tetapi tidak akan pernah menghilangkannya. Inilah yang dikatakan tahapan
akil balik dalam sebuah kelompok, namun kelompok harus mampu melalui masa kikuk
ini sebelum memasuki kedewasaan dan tahapan produksi, oleh karenanya pemimpin
dan anggota harus mampu memegang komitmen untuk bertekun dan maju terus ke
tahapan berikutnya. Seorang manajer dalam sebuah kelompok juga harus mampu
membantu orang-orang dan tim berkembang sehingga mereka mempunyai kompetensi
dan komitmen serta kemampuan untuk berperan dalam pengambilan keputusan. Tim
dengan peforma tinggi itu lebih kreatif dan lebih baik dalam pemecahan masalah
dari pada individu mana pun yang berfungsi sendirian.
Ketika
berhadapan dengan tim dengan peforma tinggi dan kamu mendelegasikan, kalau
timbul suatu masalah kelompok tidak boleh mundur kebelakang itu akan keluar
jalur dan menyebabkan kemunduran dalam sebuah kelompok, tetapi seorang manajer
harus mendukung dan mencoba mencari tahu apa yang tidak beres, sehingga dapat
menentukan apakah yang harus dilakukan demi mengembalikan kelompok ke fungsinya
yang benar.
2.19.
Pengamatan Terhadap
Proses[20]
Seorang
pemimpin haruslah mampu secara efektif harus terlibat dalam isi dan agenda apa
yang diupayakan kelompok serta mampu mengamati prosesnya atau dinamika yang
terjadi. Strategi yang saya gunakan untuk meminimalkan dampak keterlibatan
seorang pemimpin terhadap observasi adalah menugaskan seorang anggota kelompok
untuk menjadi pengamat prosesnya dan secara periodik melaporkan apa yang telah
diamatinya soal komunikasi, pengambilan keputusan, manajemen konflik atau
bidang-bidang lainnya. Sementara anggota tersebut memainkan peran tersebut, ia
tidak boleh terlibat dalam isi diskusinya. Adapun tujuannya adalah untuk
membantu mengajar keterampilan mangamati proses kepada semua anggota kelompok
dan meningkatkan kesadaran akan kelompok tentang bagaimana kelompok itu
berfungsi. Disini jelaslah bagaimana kelompok itu berkomunikasi, dan jelaslah
terlihat bahwa dalam komunikasi itu ternyata saling memotong perkataan satu
dengan yang lain.
Informasi
ini membantu mengidentifikasikan masalah nyata yang merupakan ciri dari tahap
ketidak-puasan dan mengoreksinya. Semua anggota kelompok memantau interaksi
mereka sendiri dan segera berhasil menuju resolusi. Strategi ini juga membantu
mempromosikan kesadaran sekaligus tanggung-jawab bersama untuk memantau
berfungsinya kelompok.
2.20.
Memahami Dinamika
Kelompok[21]
Mengamati
sebuah proses ini bisa membantu bagaimana kelompok memiliki tanggung-jawab
memantau sendiri, kalau tidak mereka tidak akan pernah menjadi tim dengan
peforma tinggi. Oleh karenanya seorang manajer satu menit harus mampu
memberdayakan kelompok. Karena kelompok jika sudah menjadi satu dan kompleks
maka timbullah suatu penyataan: “tidak mungkin saya terus menerus mengatasi
segalanya yang terjadi sendirian”, lanjut sang manajer.
2.21.
Manajer sebagai Pendidik[22]
Manajer
dan pendidik itu sama artinya. Mengapa? Karena seorang manajer memiliki tugas
mendidik anggotanya, membantu mereka berkembang sedemikian rupa sehingga mereka
bisa bertanggung jawab sendiri atas pekerjaan mereka, dan memberi mereka
peluang untuk mencapai peforma tinggi. Seorang manajer juga membantu semua
anggota tim mengembangkan keterampilan dan pengetahuan agar mereka menjadi
mengarahkan diri sendiri dan memberikan lingkungan dimana mereka mau mengambil
resiko, bertumbuh, mengambil tanggungjawab dan menggunakan kreativitas mereka.
Kalau kamu percaya bahwa kelompok itu bisa menghasilkan peforma tinggi dan kamu
membantu mereka mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang sesuai serta
kebebasan bertindak, tim akan menanggapinya dengan kreatif sekaligus
bertanggung jawab. Seorang pamimpin harus mengingat supaya anggota
berkontrubusi haruslah merasa bebas untuk melakukan sesuatu. Pemberdayaan
sejati itu datang dari hal berbagi.
2.22.
Manajer-manajer Satu
Menit yang Baru[23]
Seorang
pemimpin (manajer) haruslah mampu memberdayakan sesama anggota dengan
menyarankan dengan menggunakan karakteristik tim dengan performa tinggi sebagai
pembanding awal. Langkah kedua adalah menetukan gaya kepemimpinan yang sesuai
berdasarkan perilaku mengarahkan atau mendukung yang dibutuhkan serta
keterlibatan kelompok dalam pengambilan keputusan. Setelah itu seorang manajer
harus menggembangkan rencana tindakan yang spesifik untuk mengelola perjalanan
menuju pemberdayaan kelompok serta menciptakan rencana permainan yang berfungsi
untuk menjadi pemimpin-pemimpin tim yang efektif.
2.23.
Membagikannya kepada
yang lain[24]
Setelah
mengikuti langkah-langkah kepemimpinan yang sesuai, maka seorang pemimpin
haruslah adaya keterlibatan di dalam unit kerja dan kemampuan beradaptasi itu
adalah perasaaan diberdayakan yang dirasakan semua orang. Karena pemberdayaan
adalah soal merelakan agar yang lain bisa maju.
III.
Membentuk sebuah
kelompok dengan peforma tinggi
3.1.
Teknik pembentukan kelompok. [25]
Secara definitif,
kelompok adalah dua orang atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama, saling
berinteraksi, saling adanya ketergantungan dalam mencapai tujuan bersama,
adanya rasa kebersamaan dan memiliki, mempunyai norma-norma dan nilai-nilai
tertentu. Sejak dari awal kehidupannya, manusia telah membentuk kelompok yang
kemudian menjadi dasar bagi kehidupan keluarga, perlindungan, pemerintahan,
kerja dan lain-lain.
Secara umum ada 3 (tiga)
hal yang menunjukkan efektif atau tidaknya suatu kelompok, yaitu kemampuan
kelompok tersebut dalam mencapai tujuannya seoptimal mungkin, kemampuan
kelompok dalam mempertahankan kelompoknya agar tetap serasi, selaras dan
seimbang dan yang ketiga adalah kemampuan kelompok untuk berkembang dan berubah
sehingga dapat terus meningkatkan kinerjanya. Kelompok yang berhasil akan
mempunyai kualitas dan pola interaksi antar anggota yang terintegrasi dengan
ketiga kegiatan ini. Tentu dalam hal ini, diharapkan anggota kelompok
benar-benar memahami apa yang dimaksud dengan kelompok yang efektif dan
kontribusi apa yang perlu diberikan agar kelompoknya dapat menjadi kelompok
yang efektif.
Ada beberapa hal pokok
yang perlu diperhatikan dalam upaya pembentukan kelompok/tim, yaitu:
3.2.
Adanya ketergantungan yang
sifatnya positif (positive interdependency).
Yang dimaksud dengan
ketergantungan positif adalah suatu keadaan dimana setiap orang dalam kelompok
saling membutuhkan dan merasa bahwa berhasil atau tidaknya suatu pekerjaan
merupakan hasil bersama dan tanggung jawab bersama. Ketergantungan positif
dapat dilihat dari persepsi positif terhadap setiap anggota kelompok. Selain
itu semua anggota selalu berusaha agar keuntungan atau keberhasilan yang
diperoleh dapat dinikmati oleh seluruh anggota kelompok. Kelompok yang
mempunyai ketergantungan positif yang tinggi akan mempunyai keterikatan atau
kohesi antar anggota yang tinggi pula.
Beberapa kondisi yang
membantu pewujudan dari ketergantungan positif ini antara lain adalah :
Ø
Adanya
tujuan yang ingin dicapai bersama dan pencapaian tujuan ini benar-benar
membutuhkan kerjasama yang tinggi.
Ø
Adanya
imbalan (reward) yang sama bagi setiap anggota kelompok. Dalam hal ini
semua mendapat perlakuan yang sama tanpa ada pengecualian.
Ø
Adanya
peran dan tanggung jawab yang komplimenter dan saling berhubungan.
Ø
Adanya
ketergantungan tugas, dimana pekerjaan satu kelompok baru dapat dikerjakan bila
kelompok lain telah menyelesaikan bagiannya.
Ø
Adanya
ketergantungan informasi, dimana setiap anggota kelompok hanya mempunyai
sebagian dari informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
Contohnya, tim ahli dalam suatu proyek.
3.3.
Keandalan individu (individual accountability).
Keandalan individu dapat
dilihat dari penampilan/performance seseorang. Dalam upaya pembentukan tim hal
ini sangat penting guna mengetahui:
Ø
Kemampuan
masing-masing anggota, sehingga dapat di identifikasi yang mana perlu
peningkatan.
Ø
Sejauh
mana kontribusi yang telah diberikan oleh seseorang pada kelompok, apakah
kontribusi tersebut sudah sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan padanya.
Pengenalan terhadap
kemampuan dan kontribusi anggota kelompok ini sangat penting karena :
Ø
Memungkinkan
setiap orang dalam kelompok mengetahui kontribusi masing-masing dalam kelompok.
Ø
Memungkinkan
saling tolong menolong dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok.
Ø
Dapat
lebih memperjelas fungsi dan tanggung jawab masing-masing anggota kelompok.
Walaupun kerja
kelompok/tim ini sangat diperlukan dalam rangka pencapaian tujuan atau
keberhasilan, namun bila tidak dikendalikan secara benar akan menimbulkan suatu
kondisi sebaliknya. Keadaan ini disebut dengan "social loafing",
yaitu suatu keadaan dimana kualitas kerja tim lebih rendah bila dibandingkan
dengan kerja individu, sehingga hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Kondisi yang dapat menimbulkan keadaan ini antara lain karena
kurang jelasnya identifikasi kontribusi dari setiap orang, kurangnya
keterikatan/kohesi diantara anggota kelompok, kurangnya tanggung jawab terhadap
hasil akhir dari tugas yang diberikan. Apabila semua faktor-faktor ini cukup
jelas dimana semua orang mengerti akan tugas masing-masing, menyadari akan
tanggung jawab masing-masing terhadap hasil akhir serta adanya keterikatan
kelompok yang cukup erat maka kemungkinan terjadinya keadaan social loafing dapat
dihindari, setidak-tidaknya dikurangi.
3.4.
lnteraksi langsung (face-to-face interaction).
lnteraksi secara
langsung merupakan salah satu faktor yang mempunyai pengaruh besar dalam
mengupayakan pengembangan kelompok/tim yang efektif. Dengan adanya interaksi
langsung atau face-to-face interaction ini maka iklim kerja akan menjadi lebih
baik dan sebagai dampaknya akan meningkatkan produktifitas, moral dan
efektifitas kerja kelompok karena komunikasi antar kelompok lebih terbuka. Agar
interaksi langsung ini dapat terwujud maka dianjurkan jumlah anggota dalam
kelompok tidak terlalu besar.
3.5.
Ketrampilan kerjasama (collaborative skills). [26]
Kelompok tidak akan
mungkin dapat berfungsi secara efektif tanpa mempunyai keterampilan untuk bekerja
sama. Keterampilan kerjasama ini perlu dimiliki oleh anggota kelompok. Mengapa?
Karena banyak orang tidak menyadari bahwa sebenarnya dalam melaksanakan
tugasnya, individu tersebut merupakan bagian dari kelompok/tim. Berbagai studi
mengenai pentingnya kerjasama dalam kelompok menunjukkan bahwa dengan
mengumpulkan orang yang tidak mempunyai ketrampilan untuk bekerja sama walaupun
mereka ini mungkin cukup ahli dalam bidangnya ternyata dalam menyelesaikan
tugas kelompoknya banyak menemui kesulitan.
3.6.
Proses kelompok (group
processing). [27]
Proses kelompok juga
merupakan hal yang penting diketahui dalam usaha pencapaian hasil kerja
kelompok yang optimal. Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dengan
mempelajari proses-proses yang terjadi dalam kelompok, antara lain dapat
diketahui sudah sejauh mana kelompok ini berfungsi, alternatif-alternatif
strategi yang dapat diambil dalam upaya perbaikan kerja kelompok.
Menggerakkan kelompok
pada dasarnya merupakan suatu tugas yang cukup kompleks. Banyak kita lihat
kelompok-kelompok masyarakat yang partisipasinya cukup tinggi pada awalnya,
tetapi lama kelamaan menjadi menurun pada akhirnya hilang sama sekali. Jelas
bahwa dasar dari partisipasi ini adalah adanya motivasi atau dorongan untuk
melakukan tindakan tersebut. Dorongan atau motivasi ini akan timbul bila
kelompok telah menyadari akan perlunya melakukan tindakan tersebut.
Motivasi atau dorongan
kelompok untuk melakukan sesuatu kegiatan melalui pendekatan diatas akan
menjadi lebih besar karena sejak dari awal mereka sudah diikutsertakan.
Keikutsertaan kelompok mulai dari fase perencanaan sampai pada fase pelaksanaan
meningkatkan rasa tanggungjawab dan rasa memiliki dari anggota kelompok. Hal
ini menunjukkan bahwa klarifikasi terhadap sasaran atau tujuan sangat penting
dalam memotivasi kelompok.[28]
Bagi sebuah kelompok,
dorongan itu seperti angin untuk berlayar menggerakkan orang lain untuk maju.
Tentu saja, dorongan dari seorang pemimpin harus diberikan kepada semua anggota
kelompok. Allah yang pertama sekali memberikan harapan dan dorongan kepada kita
dan kemudian kita melanjutkannya dengan mendorong sesama kita manusia untuk
maju, bangkit dari keterpurukan dan berhasil.[29]
3.7.
Pentingnya Visi [30]
Cara
terbaik untuk memprediksi masa depan anda adalah dengan menciptakannya visi.
Dengan adanya visi apa yang akan di capai selanjutnya menjadi jelas.Visi
memungkinkan kita untuk bertindak dari sikap proaktif, bergerak ke arah apa
yang kita inginkan. Visi memberdayakan dan menggairahkan kita untuk mencapai
apa yang kita sungguh-sungguh inginkan.
Pemimpin
yang menunjukkan kepemimpinan visioner yang kuat memiliki tim dengan kinerja
tertinggi.Visi dan kepemimpinan mempunyai dampak yang kuat terhadap kinerja
organisasi. Walaupun pemimpin memiliki keterampilan manajemen yang baik tapi
lemah dalam keterampilan visi maka manajemen tim akan berkinerja buruk.
Sebuah visi yang menarik akan menciptakan budaya besar. Sebuah visi yang kuat
yang menciptakan budaya di mana energi dari setiap orang dalam organisasi
paralel. Hal ini mengakibatkan, tenaga kerja bersemangat dan berkomitmen, dan
profitabilitas dan kepercayaan, kepuasan pelanggan. Sebaliknya ketika sebuah
organisasi tidak hidup sampai pencapaian nilai, nilai-nilai dan kepercayaan
pelanggan akan mengikis komitmen pemerintah, berdampak negatif bagi semua
aspek.
Seorang
yang kuat, terfokus budaya organisasi dimulai dengan visi yang menarik, dan
didukung oleh setiap elemen kunci. Budaya terdiri dari nilai-nilai, sikap,
kepercayaan, sikap, dan praktek-praktek organisasi anggota. Budaya tidak hanya
mendasari semua organisasi tetapi juga menentukan kesiapannya untuk perubahan.
Bila organisasi mencari kebesaran, mereka sering menemukan aspek budaya
organisasi mereka yang perlu berubah
v Visi adalah tempat
memulai
Visi
adalah tempat untuk memulai jika Anda ingin meningkatkan nilai organisasi dan
mencapai target. Karakteristik penting dari pemimpin besar adalah kemampuan
mereka untuk memobilisasi orang-orang di sekitar visi. Jika tidak dalam
pelayanan visi bersama, kepemimpinan bisa egois, dengan kata lain birokrasi.
Visi
menghasilkan energi yang besar, kegembiraan, dan semangat, karena orang merasa
mereka membuat perbedaan. Pemimpin dan tim manajemen sekarang hendaknya
menyediakan waktu untuk berpikir ke depan. Dengan adanya visi perubahan
luar biasa bisa terjadi.
Anggota
organisasi tahu apa yang mereka lakukan, dan mengapa ada rasa kuat kepercayaan
dan hormat terhadap visi. Manajer tidak mencoba untuk kontrol tetapi untuk
membiarkan orang lain mengambil tanggungjawab, karena orang tahu bahwa mereka
adalah bagian dari harmoni keseluruhan. Orang bertanggungjawab atas tindakan
mereka sendiri. Mereka mengambil tanggungjawab untuk masa depan mereka, bukan
pasif menunggu hal itu terjadi. Ada ruang untuk kreativitas dan pengambilan
risiko. Orang bisa memberikan kontribusi mereka dengan cara mereka sendiri, dan
perbedaan dihormati karena orang tahu bahwa mereka berada dalam perahu yang
sama bersama, semua bagian dari keseluruhan yang lebih besar akan "uap
penuh di depan!"
v Visi Bisa Exist dimana
saja di Organisasi
Anda
tidak harus menunggu visi organisasi untuk memulai. Visi adalah tanggung jawab
setiap pemimpin pada setiap tingkat organisasi. Mungkin bagi para pemimpin
bagian atau tim untuk menciptakan visi bersama untuk bagian mereka bahkan
ketika seluruh organisasi tidak memiliki satu.
Di
mulai memahami diri sendiri dan setiap harapan dan impian lainnya dan menemukan
betapa dekatnya mereka, kita menemukan cara untuk bekerja bersama lebih efektif
dan mulai menikmati bekerja lebih. Kekuatan visi akan bekerja untuk anda dan
tim anda, apa pun tingkat dalam organisasi anda.
v Visi Efektif melawan
Visi tidak efektif
Tujuan
dari pernyataan visi adalah untuk menciptakan sebuah organisasi sesuai di mana
semua orang bekerja sama menuju tujuan yang diinginkan. Visi menyediakan
panduan untuk keputusan sehari-hari. Sehingga orang-orang bekerja sesuai jalur
yang ada dalam visi tersebut.
3.8.
Siapa itu Pemimpin
Kepemimpinan berasal dari kata ‘pimpin’
yakni suatu cara atau kemampuan untuk membimbing, menuntun, memandu, melatih
dan memberi pedoman serta mempengaruhi perilaku oranglain, atau seni
mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok untuk mencapai
tujuan[31],
serta seseorang yang mampu mempengaruhi kegiatan-kegitan orang lain di dalam
situasi tertentu. [32] Pemimpin
juga artinya memegang tangan seseorang sambil berjalan, membimbing, mengetuai
dan mengepalai, memandu dan melatih supaya dapat mengerjakannya sendiri.[33] Wiryoputro:[34]
Kepemimpinan adalah cara atau teknik pimpinan atau menejer untuk mengarahkan
dan menyuruh orang lain agar mau mengerjakan apa yang ditugaskan.
Father
Anthony D’Sauza dalam bukunya Developing
The Leader Within You, Strategies for Effective Leadership menyatakan,
“Apakah anda tahu masalah terbesar yang dihadapi oleh semua organisasi atau
kelompok? Jawabnya mudah, yaitu kurangnya keterampilan memimpin dan mengelola
sumber daya manusia. Mungkin sebenarnya hal itu sangat nyata. Namun sayang
sekali kita sering tidak dapat melihatnya”.[35]
Untuk
mendalami kepemimpinan ada beberapa faktor terkait yang perlu diperhatikan
sehubungan dengan kenyataan dan studi kepemimpinan. Faktor-faktor tersebut
adalah:
1.
Kepemimpinan
mencakup interaksi individu (pemimpin dan para mitra kerjanya/anggotanya) dan
variable dalam situasi serta lokus (budaya dan kerja) kepemimpinan dimana
kepemimpinan diterapkan.
2.
Kepemimpinan
sangat berkepentingan dengan pekerja atau pekerjaan dalam segala esensi, sifat
unsur ekonomi dan lingkungan kerjanya.
3.
Kepemimpinan
memiliki orientasi nilai, orientasi ini berhubungan erat dengan orang lain
sebagai faktor dasar kepemimpinan.
Pemimpin yang bagaimana?
Menurut
Radesman Sitanggang, ada 3 macam gaya kepemimpinan yaitu;
a.
Kepemimpinan Otokratis[36]
Kemungkinan latar
belakang gaya kepemimpinan ini berasal dari pandangan pemimpin terhadap orang yang
dipimpinnya itu tidak memiliki cukup kemampuan untuk memberikan masukan-masukan
yang membangun. Otokratis diambil dari bahasa Yunani yang berarti “kekuasaan
sendiri”, disederhanakan menjadi kekuasaan absolut dari pemimpin. Gaya
kepemimpinan seperti ini tidaklah membangun keberhasilan daripada kelompok yang
dipimpinnya, karena memang ia menganggap bahwa hanya ia seorang yang memiliki
kemampuan.
b.
Kepemimpinan
Partisipatif[37]
Ada
yang menyebut bahwa gaya kepemimpinan ini sebagai gaya kepemimpinan Supportive.
Berbeda sekali dengan otokratis,
kepemimpinan gaya ini diduga dilatar belakangi oleh pemikiran dan sikap
pemimpin yang berorientasi kepada pandangan bahwa orang-orang lain yang
dipimpinnya pada dasarnya memiliki kemampuan yang cukup untuk mendukung tujuan-tujuan
yang hendak dicapai oleh kelompok yang dipimpinnya. Oleh sebab itu, semakin
banyak anggota kelompok yang dilibatkan dalam pengambilan keputusan mendukung
tujuan, maka hasilnya akan semakin baik. Demikian seorang pemimpin partisif
pastinya akan bekerjasama dengan semua pihak sejauh mempunyai kaitan dengan
tujuan-tujuan organisasi atau kelompok yang dipimpinnya.
c.
Kepemimpinan Kendali
Bebas[38]
Gaya kepemimpinan yang
satu ini disebut juga gaya kepemimpinan laissez faire. Dalam bahasa
Indonesia, ungkapan perancis ini berarti “biarkan segala sesuatunya terjadi”.
Pemakaian istilah ini berasal dari abad ke-18 yang menekankan kebebasan
individu untuk memelihara dan mengejar kepentingannya tanpa ada campur tangan
dari pihak lain. Ciri kepemimpinan seperti ini adalah bahwa pemimpin tidak
secara langsung melakukan aktivitas memimpin dalam kelompok yang dipimpinnya,
melainkan aktivitas memimpin itu dilakukan oleh anggota- anggota kelompok atau
organisasi yang ingin mencapai tujuan kelompok tersebut. Kemungkinan konflik-konflik
akan banyak terjadi disini karena banyak anggota kelompok yang melakukan tugas
pemimpin sehingga menimbulkan dualisme.
Ø
Pemimpin yang efektif
yang menyesuaikan gaya kepemimpinannya dalam tim
Dalam
hal ini yang dimaksud dengan gaya kepemimpinan adalah pendekatan ataupun sikap
yang ditampilkan oleh pemimpin dalam aktivitas memimpin orang-orang lain yang
dipimpinnya dalam kelompok.
Agar
kelompok berjalan efektif, harus ada seseorang yang memastikan fungsi-fungsi
tugas dan fungsi- fungsi pemeliharaannya terlaksana. Fungsi-fungsi tugas adalah
perilaku yang fokus kepada memastikan tugasnya terlaksana. Fungsi-fungsi tugas
itu jelas berhubungan dengan perilaku mengarahkan. Sementara fungsi-fungsi
pemeliharaan kelompok fokus kepada mengembangkan serta memelihara keharmonisan
dan keutuhan kelompok.
Ø
Pemimpin yang bijaksana
Seorang
pemimpin yang bijaksana akan menyadari kesanggupan orang-orang yang
dipimpinnya. Oleh karena itu ia harus belajar melepaskan tugas-tugas tertentu
untuk dikerjakan orang-orang yang dipimpinnya. Sikap pendelegasian yang positif
bertujuan:[39]
·
Untuk
mendapatkan orang lain yang cakap melakukan tugas-tugas itu baik waktu darurat
atau waktu yang akan datang.
·
Dengan
pendelegasian itu banyak orang dilibatkan dalam tugas kepemimpinan, sehingga
mencegah kegagalan yang mungkin timbul.
·
Dengan
pendelegasian yang tepat, maka pekerjaan itu dapat dilaksanakan lebih banyak
dan lebih baik.
Ø
Pemimpin di dalam Gereja
Kepemimpinan
di dalam Gereja adalah karunia Allah bukan kehendak manusia, oleh sebab itu
pemimpin-pemimpin Kristen hendaknya tetap menyerahkan diri secara tulus kepada
Allah. Sehingga semua tugas pelayanan akan memberikan kebahagiaan terhadap
sesama manusia yang sudah ditebus oleh Yesus Kristus dari maut, serta
memberikan keselamatan bagi orang-orang yang percaya kepadaNya.[40]
Dalam
kepemimpinan gereja seorang pemimpin harus memberikan bimbingan yang efektif
dalam komunitas gereja. Menolong jemaat untuk menjelaskan makna kepemimpinan
dalam hubungan bersama sebagai usaha mewujudkan misi gereja, dapat dilakukan
melalui pengajaran, khotbah, penggembalaan, juga dari sikap pribadi dari
pemimpin itu sendiri.[41]
IV.
Tanggapan
Disini
kelompok hendak menanggapi mengenai bagaimana jika gaya kepemimpinan
situasional jika difungsikan didalam kepemimpinan Gereja.
1.
Mengarahkan
Pemimpin
gereja sangatlah berperan penting didalam proses mengarahkan ini dimana ia
sebagai pemimpin didalam menghadapi jemaat harus dimampukan untuk mengisi apa
yang masih belum diketahui oleh jemaaat gereja. Seorang pemimpin Gereja haruslah
mengetahui bagaimana untuk mengarahkan para jemaat sehingga jemaat tahu harus
kemana dalam rangka mewujudkan tujuan utama bersama dalam Gereja.
2.
Membimbing
Membimbing
itu melibatkan, mengarahkan dan mendukung, memberitahu dan mendengarkan. Ketika
membimbing, perilaku yang dilakukan oleh pemimpin adalah banyak mengarahkan dan
sekaligus dukungan. Demikian pula halnya didalam memimpin Gereja. Seorang
pemimpin hendaknya melibatkan, mengarahkan yang sangat mendukung bagi
pencapaian tujuan bersama.
3.
Mendukung
Sang
pemimpin itu harus mendukung, mendengarkan dan memfasilitasi
interaksi-interaksi kelompoknya. Didalam memimpin Gereja, pemimpin haruslah
memberi dukungan kepada kemajuan kelompok yang dipimpinnya. Fasilitas –
fasilitas yang cukup memadai adalah alat yang sangat mendukung kemajuan
perkembangan kelompok. Misalnya didalam gereja saat ini sangat dibutuhkan
fasilitas berupa pengeras suara, agar jemaat yang mengikuti ibadah di Gereja
dapat mendengarkan kelangsungan ibadah dengan baik. Banyak fasilitas lain saat
ini yang menjadi sarana pendukung bagi perkembangan jemaat Gereja.
4.
Mendelegasikan
Pola
pendelegasian ialah proses penyerahan tanggung jawab dan wewenang kepada
seseorang. Disini kelompok kurang setuju didalam pola pendelegasian untuk
diterapkan didalam Gereja. Maksudnya adalah bahwa sebuah Gereja tentunya
membutuhkan seorang pemimpin yang hanya memiliki kompetensi di didalam bidang
kepempinan, dalam arti khusus sebagai pendeta. Namun pendeta disini tujuannya
untuk memimpin dan tidak berhak untuk mendelegasikan orang lain untuk menjadi
seorang pendeta, karena ada yang lebih berhak untuk bidang pendelegasian, yaitu
bagian pusat yang berhak memberikan tanggung jawab untuk memimpin Gereja.
V.
Kesimpulan dan Saran
5.1.
Kesimpulan
Setelah
kelompok membaca dan mendiskusikan hal-hal yang diatas maka kami menyimpulkan:
Keberhasilan
Manajer satu Menit, dapat diartikan
bahwa manajer itu memiliki prinsip, bahwa kedisplinan adalah kunci
keberhasilan, sehingga satu menit pun dia tidak mau kehilangan waktunya.
Setelah dia sukses menjadi pemimpin dia membagikan pengalamannya kepada para
anggotanya dan menghasilkan Manajer-manejer satu menit yang baru.
Kepemimpinan adalah
kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain (tim) untuk
melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses
mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut
untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok.
Seorang pemimpin boleh
berprestasi tinggi untuk dirinya sendiri, tetapi itu tidak memadai apabila ia
tidak berhasil menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri
para bawahannya. Dari begitu banyak definisi mengenai pemimpin, dapat kelompok
katakan bahwa: Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat,
sikap, dan gaya yang baik untuk mengurus atau mengatur orang lain (tim).
Seorang
pemimpin juga harus mampu mendengarkan saran dan masukan dari orang-orang yang
dipimpinnya demi tercapainya suatu tim atau kelompok dengan peforma tinggi.
Pemimpin
harus mampu memberikan solusi dari setiap permasalahan yang dihadapi dalam tim.
Pemimpin yang bijaksana
harus mampu mendorong orang-orang yang dipimpinnya berani berjalan di depan dan
sanggup bertanggungjawab.
Pemimpin yang baik harus
mampu membangkitkan semangat berkreasi pada orang- orang yang dibimbingnya.
Seorang pemimpin juga harus
mampu beradaptasi kepada para anggotanya, supaya terjalin hubungan yang
harmonis.
Pemimpin tidak akan mampu
melakukan visinya tanpa kelompok, kelompok juga demikian: tidak akan mampu
mencapai tujuan tanpa arahan dan bimbingan dari pemimpin.
Pemimpin harus mampu dengan
sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi
orang-orang yang dipimpinnya.
5.2.
Saran
Buku ini sangat baik dan berkualitas
untuk dibaca dan dihayati lebih mendalam kepada kita yang merupakan calon-calon
pemimpin gereja masa depan, karena sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan
pada setiap pribadi kita. Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan
dikembangkan. Jika seorang Teolog memiliki jiwa kepemimpinan yang sangat
tangguh tentu akan menjadi luar biasa. Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti.
Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut
tidak mau lagi mengikuti pemimpin. Oleh karena itu kualitas tim (jemaat) tergantung
kualitas cara kita memimpin.
[1] Kenneth Blanchard, dkk. Manajer
Satu Menit, Batam: Krisma Publishing Group 2005, hlm. 1-14
[4] Kenneth
Blanchard, dkk, hlm. 30-33
[5] Kenneth
Blanchard, dkk, hlm. 34-39
[6] Kenneth
Blanchard, dkk, hlm.40-48
[7] Kenneth
Blanchard, dkk, hlm. 49-59
[8] Kenneth
Blanchard, dkk, hlm. 60-68
[9] Kenneth
Blanchard, dkk, hlm. 69-77
[10] Kenneth
Blanchard, dkk, hlm. 78-80
[11] Kenneth
Blanchard, dkk, hlm. 81-83
[12] Kenneth
Blanchard, dkk, hlm. 85-89
[13] Kenneth
Blanchard, dkk, hlm. 90-93
[14] Kenneth
Blanchard, dkk, hlm. 94-97
[15] Kenneth
Blanchard, dkk, hlm. 98-101
[16] Kenneth
Blanchard, dkk, hlm. 102-104
[17] Kenneth
Blanchard, dkk, hlm. 105-109
[18] Kenneth
Blanchard, dkk, hlm. 110-117
[19] Kenneth
Blanchard, dkk, hlm. 118-119
[20] Kenneth Blanchard, dkk, hlm.
120-125
[21] Kenneth Blanchard, dkk, hlm.
126-127
[22] Kenneth Blanchard, dkk, hlm.
128-132
[23] Kenneth Blanchard, dkk, hlm.
133-136
[24] Kenneth Blanchard, dkk, hlm.
137
[25] Lih. Luft, J., Group
Processes: An Introduction to Grouup
Dynamics, USA: Third edition, Mayfield Publishing, 1987, hlm. 23-56.
[26] Johnson & Johnson, Group Theory and Group Skills, USA:
Third edition, Prentice Hall, 1987, hlm. 78-90
[27] Davis & Newstrom, Human Behavior at Work: Organizational
Behavior, USA: McGraw-Hill, 1989, hlm 34-68
[28] Lih. Maddux, R.B.,
Pengembangan Tim: Latihan dalam
Kepemimpinan, (alih bahasa: Budi), Jakarta: Binarupa Aksara, 1991. hlm.
44-58
[29]Lih. Kenneth Boa, The Perfect Leader,
USA: Kenneth Boa Cook Communication Ministries, 2006, hlm. 207
[30] Lih. Sugiyanto
Wiryoputro, Dasar-dasar manajemen
Kristiani, Jakarta: BPK- Gunung Mulia, 2001, hlm. 27-33
[31] Jahenos Saragih, Manejemen Kepemimpinan Gereja Jakarta: Suara GKYE Peduli Bangsa,
2008, hlm. 117
[32] Wahjosumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi, Jakarta: Ghalia, 1994, hlm. 25
[33] Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999, hlm.
684
[34] Sugiyanto Wiryoputro, Dasar-dasar Manajemen Kristiani, Jakarta:
BPK-Gunung Mulia, 2002, hlm. 95
[35] Sudomo, Ciri Utama Kepemimpinan Sejati, Yogyakarta: ANDI Offset, 2009, hlm.
2-3.
[36] Lih. Radesman Sitanggang, Memimpin
Sesuai Amanah, Pematangsiantar: L-SAPA, 2006, hlm. 22-23
[37] Lih. Radesman Sitanggang, Memimpin
Sesuai Amanah, hlm. 23-24
[38] Lih. Radesman Sitanggang, Memimpin
Sesuai Amanah, hlm. 24-25
[39] Lih. P.Octavianus, Manajemen dan kepemimpinan menurut wahyu Allah, Malang: Gandum Mas,
2002, hlm. 18
[40] Ronald, W. Leigh, Melayani dengan Efektif, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1985, hlm. 10.
[41] Lih. Sahat M.Lumbantobing, Model
Kepemimpinan Episkopal, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2003, hlm. 168.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar