Kamis, 14 Juni 2012

MANAJER SATU MENIT (MEMBANGUN TIM-TIM DENGAN PEFORMA TINGGI)


MANAJER SATU MENIT
(Membangun tim-tim dengan peforma tinggi)

I.                   Pendahuluan
Kami sebagai penyaji disini membahas tentang Cerita Kenneth Blanchard Ph.D. & Spencer Johnson M.D, yang  merupakan cerita tentang anak muda yang bernama Dan yang ingin menemukan sosok seorang manejer (pemimpin) efektif, lalu kemudian ia bertemu dengan seorang manajer yang menamakan dirinya dengan sebutan Manajer Satu Menit. Bertahun-tahun setelah itu, anak muda itu, yang kini telah berumur, mengikarkan dirinya sebagai seorang manajer satu menit juga. Ia kini siap membagi rahasia-rahasia manajer satu menit dalam memimpin tim atau kelompok, dan apa yang harus dilakukan serta sikap apa yang dilaksanakan dalam sebuah tim atau kelompok, marilah kita masuki tulisan kelompok di bawah ini.

II.                Isi
2.1.            Latar Belakang dan Pentingnya Kelompok[1]
Manajemen satu menit dimulai dengan menetapkan sasaran satu menit yang ditulis di atas selembar kertas dan harus bisa dibaca dalam satu menit pula. Setiap sasaran akan membawa pada perilaku. Maka, tugas selanjutnya adalah menjaga agar perilaku karyawan sesuai dengan sasaran tersebut. Jika sasaran, atau bagian dari sasaran, yang ditetapkan tercapai, maka anda menang.  Anda atau karyawan anda berhak untuk mendapatkan sebuah pujian satu menit. Karena yang ingin dicapai adalah perilaku yang sesuai dengan sasaran, maka yang harus dipuji adalah perilaku dengan perasaan tulus.  Lakukan pujian itu segera dan jelas. Beritahu karyawan apa yang telah  mereka lakukan dengan benar, dan tunjukkan bagaimana perasaan anda terhadap  pencapaian itu. Jangan ragu untuk menjabat tangan karyawan atas pencapaian itu. Kemudian, mulailah dengan kesuksesan ini, menetapkan sasaran-sasaran baru.
Namun, sebaliknya, jika sasaran yang ditetapkan tidak tercapai, maka anda kalah. Segera tinjau sasaran yang telah ditetapkan tersebut. Adakah sesuatu yang kurang jelas atau tidak disetujui dari sasaran tersebut? Kemudian, anda atau karyawan anda berhak mendapatkan teguran satu menit. Sebagamana pujian, teguran haruslah mengarah pada perilaku, bukan pribadi. Teguran harus dilakukan segera dan spesifik menjelaskan apa-apa yang tidak sesuai dengan sasaran. Beritahu karyawan apa yang keliru dan bagaimana perasaan anda. Namun, jangan lupa untuk membesarkan hati karyawan, untuk tetap memiliki semangat kembali pada penetapan sasaran. Ini adalah teknik manajemen manusia yang sangat sederhana, namun bisa berjalan baik pada kelompok. Ini mendorong budaya organisasi yang bersikap jujur pada orang-orang, dan menciptakan perasaan nyaman pada setiap karyawan. Kepedulian pada orang selalu membawa hasil yang menakjubkan. Dan itu akan memberikan keuntungan bagi organisasi. The One Minute Manager sesungguhnya hanya berusaha mengingatkan kita masing-masing agar mau menyisihkan satu menit dari hari kita guna mengamati wajah orang-orang yang kita atur. Dan untuk menyadari bahwa mereka merupakan sumber daya terpenting kita.

2.2.      Karekteristik Tim dengan Performa Tinggi.[2]
v     Purpose (Adanya maksud yang jelas)
a.       Para anggota dapat menggambarkan serta berkomitmen terhadap maksud bersama
b.      Sasaran-sasarannya jelas, menantang dan relevan dengan maksudnya
c.       Strategi-strategi untuk mencapai sasaran-sasaran itu jelas
d.      Peran-peran induvidualnya jelas
v     Empowerment (Adanya pemberdayaan )
a.       Para anggotanya merasakan kuasa pribadi maupun kolektif
b.      Para anggotanya mempunyai akses terhadap keterampilan dan sumber- sumber daya yang diperlukan
c.       Kebijakan dan praktek-prakteknya mendukung tujuan-tujuan tim
d.      Adanya sikap saling menghargai  dan kesedian untuk saling membantu
v     Relationships  aand Communication  (Baiknya hubungan dan komunikasi)
a.       Para anggotanya mengekspresikan diri secara terbuka dan jujur
b.      Kehangatan, pengertian dan penerimaan diekspresikan
c.       Para anggotanya mendengarakan secara aktif terhadap satu sama lain
d.      Perbedaan –perbadaan opini dan prespektif tetap dihargai.
v     Flexibility (Adanya Fleksibility)
a.       Para anggotanya memainkan peran seta fungsi yan berbeda-beda sesuai kebutuhan .
b.      Para anggotanya berbagai tanggung jawab begi kepemimpinan tim dan pengembangan tim.
c.       Para anggotanya mampu beradaptasi  terhadap tuntutan yang berubah-ubah
d.      Berbagai ide dan pendekatan itu dijajaki.
v     Optimal Productivity (Adanya Produktiviatas yang optimal)
a.       Keluarannya tinggi
b.      Kualitasnya sangat baik
c.       Pengambilan keputusan efektif
d.      Proses pemecahan masalahnya jelas
v     Recognition and Appreciation (Adanya pengakuan dan penghargaan)
a.       Konteribusi individual diakui dan dihargai oleh sang pemimpin  maupun sang anggotanya
b.      Prestasi Tim  diakui oleh para anggotanya
c.       Para anggota kelompok merasa dihargai
d.      Konteribusi tim dihargai dan diakui oleh organisasi
v     Morale (Moral yang tinggi)
a.       Individual –individualnya bangga akan keanggotannya dalam tim
b.      Individual –individualnya percaya diri dan termotivasi
c.       Para anggotanya bangga dan puas dengan pekerjaan mereka
d.      Ada keutuhan dan semangat tim yang kuat.

2.2.            Pentingnya Visi[3]
Hal yang pertama yang dilakukan pemimpin yang efektif adalah menciptakan visi yang membantu mengarahkan timnya kearah yang benar. Visi mengekspresikan peforma dan komitmen, mengetahui mengetahui kemana arah tujuannya bersama yang dianggap penting.

2.3.            Diagnosa[4]
Dalam mengembangkan tim dengan peforma tinggi melibatkan tiga keterampilan utama dipihak pemimpin maupun anggota timnya, yaitu:
1.      Diagnosa, yang artinya memahami dinamika dan pola perilaku yang ada dalam kelompok itu.
2.      Kemampuan beradaptasi, dimana di dalam kelompok tim mampu mengamati kelompok dan membantu tim mengetahui apa yang sedang terjadi dalam tim.
3.      Pemberdayaan, bagaimana di dalam tim itu saling mengamati satu dengan yang lain sehingga mengetahui apa soal kelompok sehingga saling mendukung apa yang dilakukan di dalam kelompok.

2.4.            Memahami Dinamika Kelompok[5]
Kebutuhan akan pentingnya mengetahui dan memahami tentang dinamika kelompok atau proses-proses interaksi yang terjadi di dalam kelompok semakin hari semakin meningkat. Sebagai makhluk sosial, manusia memang tidak mungkin hidup sendiri tanpa ada orang lain bersamanya, apakah itu dalam keluarga, dalam kehidupan bermasyarakat, di kantor dan sebagainya. Dari hari pertama dilahirkan, kita sudah merupakan bagian dari kelompok yang dikenal sebagai keluarga, kita tidak mungkin dapat bertahan hidup pada menit-menit pertama, minggu-minggu pertama malahan pada tahun-tahun pertama setelah kelahiran tanpa bantuan dari kelompok (keluarga). Dan melalui keluarga ini pula kita mulai belajar bagaimana harus bersosialisasi, yang mana nantinya merupakan dasar dari pola tingkah laku dan pola berpikir serta mendidik kita agar mempunyai perspektif tertentu terhadap diri sendiri dan dunia luar/lingkungan. Selanjutnya, hari demi hari kita lalui bersama kelompok, dari satu kelompok ke kelompok yang lain, baik formal maupun informal. Dan dalam kelompok-kelompok ini interaksi kita dengan orang lain dalam kelompok tidak dapat terhindarkan. Dari berbagai studi tentang perilaku dan kepribadian menunjukkan bahwa bentuk perlakuan yang diterima seseorang dalam kelompoknya mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam menentukan identitas kepribadian seseorang.
Dari keterangan diatas, dapat kita lihat bahwa kehidupan dalam kelompok sangatlah dinamis. Semakin efektif suatu kelompok, semakin baik pula kualitas kehidupan anggota-anggotanya. Yang penting diperhatikan agar kelompok tersebut tetap efektif adalah pengetahuan yang cukup tentang dinamika atau proses-proses yang terjadi serta kemampuan kita untuk berperilaku secara efektif dalam kelompok. Kedua hal penting ini dapat kita pelajari melalui pemahaman tentang dinamika kelompok.
Dinamika kelompok sebenarnya adalah bagian dari ilmu pengetahuan sosial yang lebih menekankan perhatiannya pada interaksi manusia dalam kelompok yang kecil. Pada berbagai referensi, istilah dinamika kelompok ini disebut juga dengan proses-proses kelompok (group processes). Jelas dari terminologi ini bahwa pengertian dari dinamika kelompok ataupun proses kelompok ini menggambarkan semua hal atau proses yang terjadi dalam kelompok akibat adanya interaksi individu-individu yang ada dalam kelompok itu.

2.5.            Orientasi[6]
Di dalam sebuah kelompok semua orang haruslah menetapkan sasaran-sasaran yang lebih jelas, dan menyediakan kerangka kerja untuk memberikan evaluasi dan pengakuan atas prestasi. Dalam mencapai prestasi ini dibutuhkan orang-orang yang mampu bekerjasama, terbuka dalam komunikasi, bertanggungjawab dalam kepemimpinan dan pengambilan keputusan, dan membangun diri kita sendiri dengan tim peforma tinggi.

2.6.            Ketidakpuasan[7]
Ketidakpuasan ditimbulkan akibat adanya perbedaan antara harapan dengan realita, merasa tidak puas dengan ketergantungan kepada yang berwenang, merasa prustasi: amarah diseputar sasaran, tugas, dan rencana tindakan, merasa tidak kompoten dan bingung, bereaksi negative terhadap pemimpin serta anggota-anggota lainnya, berebut kekuasaan atau perhatian. Namun yang perlu di ingat tidak ada tahapan perkembangan yang buruk, tetapi masing-masing tahapan adalah bagian dari perjalanan menuju produksi.

2.7.            Produksi[8]
Dalam menghasilkan produksi yang baik, sebuah tim harus mampu bersemangat untuk berpartisipasi dalam kegiatan tim, bekerja secara kolaboratif dan saling ketergantungan dengan kelompok dan sub kelompok, merasakan kekuatan tim, menunjukkan keyakinan yang tinggi dalam menyelesaikan tugas-tugas, merasa positif tentang sukses dari tugas-tugas sehingga mencapai peforma tinggi.


2.8.            Resolusi[9]
Sebuah tim yang baik haruslah mampu mengurangi rasa ketidak-puasan, memecahkan perbedaan antara ekspetasi dengan realita, memecahkan polaritas dan permusuhan, mengembangkan keharmonisan, kepercayaan, dukungan dan penghargaan, mengembangkan harga diri dan keyakinan, lebih terbuka dan memberikan umpan balik lebih banyak, berbagi tanggungjawab dan kendalai serta menggunakan bahasa tim.

2.9.            Perubahan-perubahan dalam Produktifitas dan Moral[10]
            Dalam melakukan perubahan-perubahan Produktifitas dan Moral haruslah melalui tahapan-tahapan, sebagai berikut:
ü     Orientasi, disebabkan karena produktifitas rendah sebab para anggota belum jelas soal sasaran dan tugas-tugasnya serta masih memiliki keterampilan yang minim.
ü     Walaupun demikian jika dalam sebuah tim memiliki moral yang tinggi, ini dapat mempengaruhi semangat kelompok dan mempunyai ekspektasi yang tinggi.
ü     Setelah itu tercapailah produksi, yang mana tim merasakan hasil-hasil dari kerjasama mereka.

2.10.        Kemampuan Beradaptasi[11]
Seorang pemimpin harus mampu beradaptasi yang mampu melihat situasi di dalam tim. Oleh karenanya seorang pemimpin harus mampu mengolah tim secara otokratis atau demokratis. Secara otokratis, seorang pemimpin harus mampu memberitahu anggotanya apa yang harus mereka kerjakan, bagaimana caranya, bagaimana mengerjakannya dan kapan mengerjakannya. Secara demoratis, pemimpin harus mampuy mendengar seluruh anggota tim, memuji upanya mereka dan memfasilitasi interaksi diantara mereka sendiri.
2.11.        Empat gaya kepemimpinan dari kepemimpinan situasional[12]
Ø      Mengarahkan
Pada kali pertama seorang guru mengajar murid yang baru, guru tersebut haruslah mengarahkan mereka, karena para murid baru masih kosong dan belum begitu memiliki pengalaman. Demikian, mengarahkan adalah hal yang dibutuhkan ketika individual ataupun sebuah  kelompok masih berada dalam tahapan orientasi dalam perkembangannya.
Ø      Membimbing
Membimbing itu melibatkan, mengarahkan dan mendukung, memberitahu dan mendengarkan. Ketika membimbing, perilaku yang dilakukan oleh pemimpin adalah banyak mengarahkan dan sekaligus dukungan.
Ø      Mendukung
Dalam analogi mengajar tadi, digambarkan bahwa para murid datang ke kelas sudah penuh pengetahuan dan pengalaman namun tidak tertata dengan baik. Karena itu tugas sang guru adalah mengeluarkan pengetahuan dan pengalaman itu dari para murid lalu menolong mereka untuk menatanya. Sang pemimpin itu harus mendukung, mendengarkan dan memfasilitasi interaksi-interaksi kelompoknya.
Ø      Mendelegasikan
Pola pendelegasian ialah proses penyerahan tanggung jawab dan wewenang kepada seseorang. Setelah para murid sudah penuh dengan pengetahuan dan pengalaman yang tertata dengan baik, maka sang guru sekarang bertugas untuk mendelegasikan, maksudnya adalah pemimpin tidak lagi banyak mendukung dan mengarahkan, hanya saja seorang pemimpin sudah menyadari kemandirian kelompoknya, ia hanya perlu mengawasi dan mengesahkan keputusan- keputusan yang dibuat oleh kelompok sebagai hasil dari yang sudah ia pimpin.
2.12.        Fungsi-fungsi tugas dalam pemeliharaan[13]
            Fungsi-fungsi tugas adalah perilaku-perilaku yang fokus kepada tugas yang akan dilaksanakan, sehingga berhubungan dengan perilaku mengarahkan fungsi-fungsi pemeliharaan serta keharmonisan dan keutuhan kelompok.

2.13.        Mengajari Sesama[14]
            Jika ingin mengajari sesama di dalam tim haruslah terlebih dahulu menguji pemahaman sendiri lalu mengajarkan kepada orang lain.

2.14.        Menggunakan Konsep-konsepnya[15]
            Jika sebuah tim ingin berhasil dalam setiap kinerja, haruslah memberikan konsep bahwa bantuan pemimpin sangatlah diperlukan untuk membimbing kelompok dari masa orientasi ke tahapan produksi. Oleh karenanya seorang pemimpin harus mampu memikirkan diagnosa perkembangan dari timnya.

2.15.        Menjawab pertanyaan [16]
            Seorang pemimpin haruslah mampu membantu timnya untuk maju dalam tahapan perkembangan dengan menjawab dan menghargai setiap pertanyaan anggota timnya.

2.16.        Mengelola perjalanan menuju pemberdayaan[17]
Selama perjalanan sebuah tim, seorang pemimpin harus mampu mengelola perjalanan serta menganggap bahwa dalam sebuah tim adalah saling ketergantungan satu dengan yang lain (anggota).

2.17.        Kapan hendaknya seorang mengubah gaya kepemimpinan[18]
Mengubah gaya kepemimpinan sangatlah penting, kepemimpinan yang dimaksud disini adalah gaya mengarahkan, dimana seorang pemimpin hendaknya mampu membagikan informasi yang perlu, menjelaskan sasaran awal dan tugas-tugas, serta membantu kelompok mengembangkan keterampilan yang diperlukan agar menjadi lebih efektif. Tetapi jika seorang manajer terlalu lama menggunakan gaya yang mengarahkan, para anggotanya akan segera tidak senang berulang-ulang diberitahu apa yang harus dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Anggota-angotanya juga jadi enggan mengkontribusikan ide-ide dan opini-opini mereka dan produktivitas, kepuasan dan kreaktivitas bisa menderita akibatnya. Manajer satu menit mengatakan jika pemimpin pindah ke gaya membimbing dan mulai mendorong anggotanya untuk membagi ide dan opini mereka sehingga mereka mempunyai sasaran-sasaran tugas. Menyatakan Sasaran-sasaran merupakan cara yang baik untuk pindah ke gaya membimbing dan mendorong masukan dari para anggota tim.
Dalam mengubah kepemimpinan dari mengarahkan kepada membimbing pastilah mempunyai rasa ketidak-puasan dari salah satu kelompok. Namun yang perlu di ingat perilaku kepemimipinan yang tepat pada saat yang tepat bisa mengurangi ketidak-puasan itu, tetapi tidak akan pernah menghilangkannya. Inilah yang dikatakan tahapan akil balik dalam sebuah kelompok, namun kelompok harus mampu melalui masa kikuk ini sebelum memasuki kedewasaan dan tahapan produksi, oleh karenanya pemimpin dan anggota harus mampu memegang komitmen untuk bertekun dan maju terus ke tahapan berikutnya. Seorang manajer dalam sebuah kelompok juga harus mampu membantu orang-orang dan tim berkembang sehingga mereka mempunyai kompetensi dan komitmen serta kemampuan untuk berperan dalam pengambilan keputusan. Tim dengan peforma tinggi itu lebih kreatif dan lebih baik dalam pemecahan masalah dari pada individu mana pun yang berfungsi sendirian.

2.18.        Kemunduran[19]
Ketika berhadapan dengan tim dengan peforma tinggi dan kamu mendelegasikan, kalau timbul suatu masalah kelompok tidak boleh mundur kebelakang itu akan keluar jalur dan menyebabkan kemunduran dalam sebuah kelompok, tetapi seorang manajer harus mendukung dan mencoba mencari tahu apa yang tidak beres, sehingga dapat menentukan apakah yang harus dilakukan demi mengembalikan kelompok ke fungsinya yang benar.

2.19.        Pengamatan Terhadap Proses[20]
Seorang pemimpin haruslah mampu secara efektif harus terlibat dalam isi dan agenda apa yang diupayakan kelompok serta mampu mengamati prosesnya atau dinamika yang terjadi. Strategi yang saya gunakan untuk meminimalkan dampak keterlibatan seorang pemimpin terhadap observasi adalah menugaskan seorang anggota kelompok untuk menjadi pengamat prosesnya dan secara periodik melaporkan apa yang telah diamatinya soal komunikasi, pengambilan keputusan, manajemen konflik atau bidang-bidang lainnya. Sementara anggota tersebut memainkan peran tersebut, ia tidak boleh terlibat dalam isi diskusinya. Adapun tujuannya adalah untuk membantu mengajar keterampilan mangamati proses kepada semua anggota kelompok dan meningkatkan kesadaran akan kelompok tentang bagaimana kelompok itu berfungsi. Disini jelaslah bagaimana kelompok itu berkomunikasi, dan jelaslah terlihat bahwa dalam komunikasi itu ternyata saling memotong perkataan satu dengan yang lain.
Informasi ini membantu mengidentifikasikan masalah nyata yang merupakan ciri dari tahap ketidak-puasan dan mengoreksinya. Semua anggota kelompok memantau interaksi mereka sendiri dan segera berhasil menuju resolusi. Strategi ini juga membantu mempromosikan kesadaran sekaligus tanggung-jawab bersama untuk memantau berfungsinya kelompok. 

2.20.        Memahami Dinamika Kelompok[21]
Mengamati sebuah proses ini bisa membantu bagaimana kelompok memiliki tanggung-jawab memantau sendiri, kalau tidak mereka tidak akan pernah menjadi tim dengan peforma tinggi. Oleh karenanya seorang manajer satu menit harus mampu memberdayakan kelompok. Karena kelompok jika sudah menjadi satu dan kompleks maka timbullah suatu penyataan: “tidak mungkin saya terus menerus mengatasi segalanya yang terjadi sendirian”, lanjut sang manajer.

2.21.        Manajer sebagai Pendidik[22]
Manajer dan pendidik itu sama artinya. Mengapa? Karena seorang manajer memiliki tugas mendidik anggotanya, membantu mereka berkembang sedemikian rupa sehingga mereka bisa bertanggung jawab sendiri atas pekerjaan mereka, dan memberi mereka peluang untuk mencapai peforma tinggi. Seorang manajer juga membantu semua anggota tim mengembangkan keterampilan dan pengetahuan agar mereka menjadi mengarahkan diri sendiri dan memberikan lingkungan dimana mereka mau mengambil resiko, bertumbuh, mengambil tanggungjawab dan menggunakan kreativitas mereka. Kalau kamu percaya bahwa kelompok itu bisa menghasilkan peforma tinggi dan kamu membantu mereka mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang sesuai serta kebebasan bertindak, tim akan menanggapinya dengan kreatif sekaligus bertanggung jawab. Seorang pamimpin harus mengingat supaya anggota berkontrubusi haruslah merasa bebas untuk melakukan sesuatu. Pemberdayaan sejati itu datang dari hal berbagi.

2.22.        Manajer-manajer Satu Menit yang Baru[23]
Seorang pemimpin (manajer) haruslah mampu memberdayakan sesama anggota dengan menyarankan dengan menggunakan karakteristik tim dengan performa tinggi sebagai pembanding awal. Langkah kedua adalah menetukan gaya kepemimpinan yang sesuai berdasarkan perilaku mengarahkan atau mendukung yang dibutuhkan serta keterlibatan kelompok dalam pengambilan keputusan. Setelah itu seorang manajer harus menggembangkan rencana tindakan yang spesifik untuk mengelola perjalanan menuju pemberdayaan kelompok serta menciptakan rencana permainan yang berfungsi untuk menjadi pemimpin-pemimpin tim yang efektif.

2.23.        Membagikannya kepada yang lain[24]
Setelah mengikuti langkah-langkah kepemimpinan yang sesuai, maka seorang pemimpin haruslah adaya keterlibatan di dalam unit kerja dan kemampuan beradaptasi itu adalah perasaaan diberdayakan yang dirasakan semua orang. Karena pemberdayaan adalah soal merelakan agar yang lain bisa maju.

III.             Membentuk sebuah kelompok dengan peforma tinggi
3.1.            Teknik pembentukan kelompok. [25]
Secara definitif, kelompok adalah dua orang atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama, saling berinteraksi, saling adanya ketergantungan dalam mencapai tujuan bersama, adanya rasa kebersamaan dan memiliki, mempunyai norma-norma dan nilai-nilai tertentu. Sejak dari awal kehidupannya, manusia telah membentuk kelompok yang kemudian menjadi dasar bagi kehidupan keluarga, perlindungan, pemerintahan, kerja dan lain-lain.
Secara umum ada 3 (tiga) hal yang menunjukkan efektif atau tidaknya suatu kelompok, yaitu kemampuan kelompok tersebut dalam mencapai tujuannya seoptimal mungkin, kemampuan kelompok dalam mempertahankan kelompoknya agar tetap serasi, selaras dan seimbang dan yang ketiga adalah kemampuan kelompok untuk berkembang dan berubah sehingga dapat terus meningkatkan kinerjanya. Kelompok yang berhasil akan mempunyai kualitas dan pola interaksi antar anggota yang terintegrasi dengan ketiga kegiatan ini. Tentu dalam hal ini, diharapkan anggota kelompok benar-benar memahami apa yang dimaksud dengan kelompok yang efektif dan kontribusi apa yang perlu diberikan agar kelompoknya dapat menjadi kelompok yang efektif.
Ada beberapa hal pokok yang perlu diperhatikan dalam upaya pembentukan kelompok/tim, yaitu:

3.2.            Adanya ketergantungan yang sifatnya positif (positive interdependency).
Yang dimaksud dengan ketergantungan positif adalah suatu keadaan dimana setiap orang dalam kelompok saling membutuhkan dan merasa bahwa berhasil atau tidaknya suatu pekerjaan merupakan hasil bersama dan tanggung jawab bersama. Ketergantungan positif dapat dilihat dari persepsi positif terhadap setiap anggota kelompok. Selain itu semua anggota selalu berusaha agar keuntungan atau keberhasilan yang diperoleh dapat dinikmati oleh seluruh anggota kelompok. Kelompok yang mempunyai ketergantungan positif yang tinggi akan mempunyai keterikatan atau kohesi antar anggota yang tinggi pula.
Beberapa kondisi yang membantu pewujudan dari ketergantungan positif ini antara lain adalah :
Ø      Adanya tujuan yang ingin dicapai bersama dan pencapaian tujuan ini benar-benar membutuhkan kerjasama yang tinggi.
Ø      Adanya imbalan (reward) yang sama bagi setiap anggota kelompok. Dalam hal ini semua mendapat perlakuan yang sama tanpa ada pengecualian.
Ø      Adanya peran dan tanggung jawab yang komplimenter dan saling berhubungan.
Ø      Adanya ketergantungan tugas, dimana pekerjaan satu kelompok baru dapat dikerjakan bila kelompok lain telah menyelesaikan bagiannya.
Ø      Adanya ketergantungan informasi, dimana setiap anggota kelompok hanya mempunyai sebagian dari informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Contohnya, tim ahli dalam suatu proyek.

3.3.            Keandalan individu (individual accountability).
Keandalan individu dapat dilihat dari penampilan/performance seseorang. Dalam upaya pembentukan tim hal ini sangat penting guna mengetahui:
Ø      Kemampuan masing-masing anggota, sehingga dapat di identifikasi yang mana perlu peningkatan.
Ø      Sejauh mana kontribusi yang telah diberikan oleh seseorang pada kelompok, apakah kontribusi tersebut sudah sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan padanya.
Pengenalan terhadap kemampuan dan kontribusi anggota kelompok ini sangat penting karena :
Ø      Memungkinkan setiap orang dalam kelompok mengetahui kontribusi masing-masing dalam kelompok.
Ø      Memungkinkan saling tolong menolong dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok.
Ø      Dapat lebih memperjelas fungsi dan tanggung jawab masing-masing anggota kelompok.
Walaupun kerja kelompok/tim ini sangat diperlukan dalam rangka pencapaian tujuan atau keberhasilan, namun bila tidak dikendalikan secara benar akan menimbulkan suatu kondisi sebaliknya. Keadaan ini disebut dengan "social loafing", yaitu suatu keadaan dimana kualitas kerja tim lebih rendah bila dibandingkan dengan kerja individu, sehingga hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kondisi yang dapat menimbulkan keadaan ini antara lain karena kurang jelasnya identifikasi kontribusi dari setiap orang, kurangnya keterikatan/kohesi diantara anggota kelompok, kurangnya tanggung jawab terhadap hasil akhir dari tugas yang diberikan. Apabila semua faktor-faktor ini cukup jelas dimana semua orang mengerti akan tugas masing-masing, menyadari akan tanggung jawab masing-masing terhadap hasil akhir serta adanya keterikatan kelompok yang cukup erat maka kemungkinan terjadinya keadaan social loafing dapat dihindari, setidak-tidaknya dikurangi.

3.4.            lnteraksi langsung (face-to-face interaction).
lnteraksi secara langsung merupakan salah satu faktor yang mempunyai pengaruh besar dalam mengupayakan pengembangan kelompok/tim yang efektif. Dengan adanya interaksi langsung atau face-to-face interaction ini maka iklim kerja akan menjadi lebih baik dan sebagai dampaknya akan meningkatkan produktifitas, moral dan efektifitas kerja kelompok karena komunikasi antar kelompok lebih terbuka. Agar interaksi langsung ini dapat terwujud maka dianjurkan jumlah anggota dalam kelompok tidak terlalu besar.

3.5.            Ketrampilan kerjasama (collaborative skills). [26]
Kelompok tidak akan mungkin dapat berfungsi secara efektif tanpa mempunyai keterampilan untuk bekerja sama. Keterampilan kerjasama ini perlu dimiliki oleh anggota kelompok. Mengapa? Karena banyak orang tidak menyadari bahwa sebenarnya dalam melaksanakan tugasnya, individu tersebut merupakan bagian dari kelompok/tim. Berbagai studi mengenai pentingnya kerjasama dalam kelompok menunjukkan bahwa dengan mengumpulkan orang yang tidak mempunyai ketrampilan untuk bekerja sama walaupun mereka ini mungkin cukup ahli dalam bidangnya ternyata dalam menyelesaikan tugas kelompoknya banyak menemui kesulitan.

3.6.            Proses kelompok (group processing). [27]  
Proses kelompok juga merupakan hal yang penting diketahui dalam usaha pencapaian hasil kerja kelompok yang optimal. Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dengan mempelajari proses-proses yang terjadi dalam kelompok, antara lain dapat diketahui sudah sejauh mana kelompok ini berfungsi, alternatif-alternatif strategi yang dapat diambil dalam upaya perbaikan kerja kelompok.
Menggerakkan kelompok pada dasarnya merupakan suatu tugas yang cukup kompleks. Banyak kita lihat kelompok-kelompok masyarakat yang partisipasinya cukup tinggi pada awalnya, tetapi lama kelamaan menjadi menurun pada akhirnya hilang sama sekali. Jelas bahwa dasar dari partisipasi ini adalah adanya motivasi atau dorongan untuk melakukan tindakan tersebut. Dorongan atau motivasi ini akan timbul bila kelompok telah menyadari akan perlunya melakukan tindakan tersebut.
Motivasi atau dorongan kelompok untuk melakukan sesuatu kegiatan melalui pendekatan diatas akan menjadi lebih besar karena sejak dari awal mereka sudah diikutsertakan. Keikutsertaan kelompok mulai dari fase perencanaan sampai pada fase pelaksanaan meningkatkan rasa tanggungjawab dan rasa memiliki dari anggota kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa klarifikasi terhadap sasaran atau tujuan sangat penting dalam memotivasi kelompok.[28]
Bagi sebuah kelompok, dorongan itu seperti angin untuk berlayar menggerakkan orang lain untuk maju. Tentu saja, dorongan dari seorang pemimpin harus diberikan kepada semua anggota kelompok. Allah yang pertama sekali memberikan harapan dan dorongan kepada kita dan kemudian kita melanjutkannya dengan mendorong sesama kita manusia untuk maju, bangkit dari keterpurukan dan berhasil.[29]
3.7.            Pentingnya Visi [30]
Cara terbaik untuk memprediksi masa depan anda adalah dengan menciptakannya visi. Dengan adanya visi apa yang akan di capai selanjutnya menjadi jelas.Visi memungkinkan kita untuk bertindak dari sikap proaktif, bergerak ke arah apa yang kita inginkan. Visi memberdayakan dan menggairahkan kita untuk mencapai apa yang kita sungguh-sungguh inginkan.
Pemimpin yang menunjukkan kepemimpinan visioner yang kuat memiliki tim dengan kinerja tertinggi.Visi dan kepemimpinan mempunyai dampak yang kuat terhadap kinerja organisasi. Walaupun pemimpin memiliki keterampilan manajemen yang baik tapi lemah dalam keterampilan visi maka manajemen tim akan berkinerja buruk. Sebuah visi yang menarik akan menciptakan budaya besar. Sebuah visi yang kuat yang menciptakan budaya di mana energi dari setiap orang dalam organisasi paralel. Hal ini mengakibatkan, tenaga kerja bersemangat dan berkomitmen, dan profitabilitas dan kepercayaan, kepuasan pelanggan. Sebaliknya ketika sebuah organisasi tidak hidup sampai pencapaian nilai, nilai-nilai dan kepercayaan pelanggan akan mengikis komitmen pemerintah, berdampak negatif bagi semua aspek.
Seorang yang kuat, terfokus budaya organisasi dimulai dengan visi yang menarik, dan didukung oleh setiap elemen kunci. Budaya terdiri dari nilai-nilai, sikap, kepercayaan, sikap, dan praktek-praktek organisasi anggota. Budaya tidak hanya mendasari semua organisasi tetapi juga menentukan kesiapannya untuk perubahan. Bila organisasi mencari kebesaran, mereka sering menemukan aspek budaya organisasi mereka yang perlu berubah
v     Visi adalah tempat memulai
Visi adalah tempat untuk memulai jika Anda ingin meningkatkan nilai organisasi dan mencapai target. Karakteristik penting dari pemimpin besar adalah kemampuan mereka untuk memobilisasi orang-orang di sekitar visi. Jika tidak dalam pelayanan visi bersama, kepemimpinan bisa egois, dengan kata lain birokrasi.
Visi menghasilkan energi yang besar, kegembiraan, dan semangat, karena orang merasa mereka membuat perbedaan. Pemimpin dan tim manajemen sekarang hendaknya menyediakan  waktu untuk berpikir ke depan. Dengan adanya visi perubahan luar biasa bisa terjadi.
Anggota organisasi tahu apa yang mereka lakukan, dan mengapa ada rasa kuat kepercayaan dan hormat terhadap visi. Manajer tidak mencoba untuk kontrol tetapi untuk membiarkan orang lain mengambil tanggungjawab, karena orang tahu bahwa mereka adalah bagian dari harmoni keseluruhan. Orang bertanggungjawab atas tindakan mereka sendiri. Mereka mengambil tanggungjawab untuk masa depan mereka, bukan pasif menunggu hal itu terjadi. Ada ruang untuk kreativitas dan pengambilan risiko. Orang bisa memberikan kontribusi mereka dengan cara mereka sendiri, dan perbedaan dihormati karena orang tahu bahwa mereka berada dalam perahu yang sama bersama, semua bagian dari keseluruhan yang lebih besar akan "uap penuh di depan!"
v     Visi Bisa Exist dimana saja di Organisasi            
Anda tidak harus menunggu visi organisasi untuk memulai. Visi adalah tanggung jawab setiap pemimpin pada setiap tingkat organisasi. Mungkin bagi para pemimpin bagian atau tim untuk menciptakan visi bersama untuk bagian mereka bahkan ketika seluruh organisasi tidak memiliki satu.
Di mulai memahami diri sendiri dan setiap harapan dan impian lainnya dan menemukan betapa dekatnya mereka, kita menemukan cara untuk bekerja bersama lebih efektif dan mulai menikmati bekerja lebih. Kekuatan visi akan bekerja untuk anda dan tim anda, apa pun tingkat dalam organisasi anda.
v     Visi Efektif melawan Visi tidak efektif
Tujuan dari pernyataan visi adalah untuk menciptakan sebuah organisasi sesuai di mana semua orang bekerja sama menuju tujuan yang diinginkan. Visi menyediakan panduan untuk keputusan sehari-hari. Sehingga orang-orang bekerja sesuai jalur yang ada dalam visi tersebut.

3.8.            Siapa itu Pemimpin
Kepemimpinan berasal dari kata ‘pimpin’ yakni suatu cara atau kemampuan untuk membimbing, menuntun, memandu, melatih dan memberi pedoman serta mempengaruhi perilaku oranglain, atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok untuk mencapai tujuan[31], serta seseorang yang mampu mempengaruhi kegiatan-kegitan orang lain di dalam situasi tertentu. [32] Pemimpin juga artinya memegang tangan seseorang sambil berjalan, membimbing, mengetuai dan mengepalai, memandu dan melatih supaya dapat mengerjakannya sendiri.[33] Wiryoputro:[34] Kepemimpinan adalah cara atau teknik pimpinan atau menejer untuk mengarahkan dan menyuruh orang lain agar mau mengerjakan apa yang ditugaskan.
Father Anthony D’Sauza dalam bukunya Developing The Leader Within You, Strategies for Effective Leadership menyatakan, “Apakah anda tahu masalah terbesar yang dihadapi oleh semua organisasi atau kelompok? Jawabnya mudah, yaitu kurangnya keterampilan memimpin dan mengelola sumber daya manusia. Mungkin sebenarnya hal itu sangat nyata. Namun sayang sekali kita sering tidak dapat melihatnya”.[35]
Untuk mendalami kepemimpinan ada beberapa faktor terkait yang perlu diperhatikan sehubungan dengan kenyataan dan studi kepemimpinan. Faktor-faktor tersebut adalah:
1.      Kepemimpinan mencakup interaksi individu (pemimpin dan para mitra kerjanya/anggotanya) dan variable dalam situasi serta lokus (budaya dan kerja) kepemimpinan dimana kepemimpinan diterapkan.
2.      Kepemimpinan sangat berkepentingan dengan pekerja atau pekerjaan dalam segala esensi, sifat unsur ekonomi dan lingkungan kerjanya.
3.      Kepemimpinan memiliki orientasi nilai, orientasi ini berhubungan erat dengan orang lain sebagai faktor dasar kepemimpinan.

Pemimpin yang bagaimana?
Menurut Radesman Sitanggang, ada 3 macam gaya kepemimpinan yaitu;

a.      Kepemimpinan Otokratis[36]
Kemungkinan latar belakang gaya kepemimpinan ini berasal dari pandangan pemimpin terhadap orang yang dipimpinnya itu tidak memiliki cukup kemampuan untuk memberikan masukan-masukan yang membangun. Otokratis diambil dari bahasa Yunani yang berarti “kekuasaan sendiri”, disederhanakan menjadi kekuasaan absolut dari pemimpin. Gaya kepemimpinan seperti ini tidaklah membangun keberhasilan daripada kelompok yang dipimpinnya, karena memang ia menganggap bahwa hanya ia seorang yang memiliki kemampuan.
b.      Kepemimpinan Partisipatif[37]
Ada yang menyebut bahwa gaya kepemimpinan ini sebagai gaya kepemimpinan Supportive.  Berbeda sekali dengan otokratis, kepemimpinan gaya ini diduga dilatar belakangi oleh pemikiran dan sikap pemimpin yang berorientasi kepada pandangan bahwa orang-orang lain yang dipimpinnya pada dasarnya memiliki kemampuan yang cukup untuk mendukung tujuan-tujuan yang hendak dicapai oleh kelompok yang dipimpinnya. Oleh sebab itu, semakin banyak anggota kelompok yang dilibatkan dalam pengambilan keputusan mendukung tujuan, maka hasilnya akan semakin baik. Demikian seorang pemimpin partisif pastinya akan bekerjasama dengan semua pihak sejauh mempunyai kaitan dengan tujuan-tujuan organisasi atau kelompok yang dipimpinnya.

c.       Kepemimpinan Kendali Bebas[38]
Gaya kepemimpinan yang satu ini disebut juga gaya kepemimpinan laissez faire. Dalam bahasa Indonesia, ungkapan perancis ini berarti “biarkan segala sesuatunya terjadi”. Pemakaian istilah ini berasal dari abad ke-18 yang menekankan kebebasan individu untuk memelihara dan mengejar kepentingannya tanpa ada campur tangan dari pihak lain. Ciri kepemimpinan seperti ini adalah bahwa pemimpin tidak secara langsung melakukan aktivitas memimpin dalam kelompok yang dipimpinnya, melainkan aktivitas memimpin itu dilakukan oleh anggota- anggota kelompok atau organisasi yang ingin mencapai tujuan kelompok tersebut. Kemungkinan konflik-konflik akan banyak terjadi disini karena banyak anggota kelompok yang melakukan tugas pemimpin sehingga menimbulkan dualisme.
Ø                  Pemimpin yang efektif yang menyesuaikan gaya kepemimpinannya dalam tim
Dalam hal ini yang dimaksud dengan gaya kepemimpinan adalah pendekatan ataupun sikap yang ditampilkan oleh pemimpin dalam aktivitas memimpin orang-orang lain yang dipimpinnya dalam kelompok.
Agar kelompok berjalan efektif, harus ada seseorang yang memastikan fungsi-fungsi tugas dan fungsi- fungsi pemeliharaannya terlaksana. Fungsi-fungsi tugas adalah perilaku yang fokus kepada memastikan tugasnya terlaksana. Fungsi-fungsi tugas itu jelas berhubungan dengan perilaku mengarahkan. Sementara fungsi-fungsi pemeliharaan kelompok fokus kepada mengembangkan serta memelihara keharmonisan dan keutuhan kelompok.



Ø                  Pemimpin yang bijaksana
Seorang pemimpin yang bijaksana akan menyadari kesanggupan orang-orang yang dipimpinnya. Oleh karena itu ia harus belajar melepaskan tugas-tugas tertentu untuk dikerjakan orang-orang yang dipimpinnya. Sikap pendelegasian yang positif bertujuan:[39]
·         Untuk mendapatkan orang lain yang cakap melakukan tugas-tugas itu baik waktu darurat atau waktu yang akan datang.
·         Dengan pendelegasian itu banyak orang dilibatkan dalam tugas kepemimpinan, sehingga mencegah kegagalan yang mungkin timbul.
·         Dengan pendelegasian yang tepat, maka pekerjaan itu dapat dilaksanakan lebih banyak dan lebih baik.

Ø                  Pemimpin di dalam Gereja
Kepemimpinan di dalam Gereja adalah karunia Allah bukan kehendak manusia, oleh sebab itu pemimpin-pemimpin Kristen hendaknya tetap menyerahkan diri secara tulus kepada Allah. Sehingga semua tugas pelayanan akan memberikan kebahagiaan terhadap sesama manusia yang sudah ditebus oleh Yesus Kristus dari maut, serta memberikan keselamatan bagi orang-orang yang percaya kepadaNya.[40]
Dalam kepemimpinan gereja seorang pemimpin harus memberikan bimbingan yang efektif dalam komunitas gereja. Menolong jemaat untuk menjelaskan makna kepemimpinan dalam hubungan bersama sebagai usaha mewujudkan misi gereja, dapat dilakukan melalui pengajaran, khotbah, penggembalaan, juga dari sikap pribadi dari pemimpin itu sendiri.[41]

IV.             Tanggapan
Disini kelompok hendak menanggapi mengenai bagaimana jika gaya kepemimpinan situasional jika difungsikan didalam kepemimpinan Gereja.

1.                  Mengarahkan
Pemimpin gereja sangatlah berperan penting didalam proses mengarahkan ini dimana ia sebagai pemimpin didalam menghadapi jemaat harus dimampukan untuk mengisi apa yang masih belum diketahui oleh jemaaat gereja. Seorang pemimpin Gereja haruslah mengetahui bagaimana untuk mengarahkan para jemaat sehingga jemaat tahu harus kemana dalam rangka mewujudkan tujuan utama bersama dalam Gereja.

2.                  Membimbing
Membimbing itu melibatkan, mengarahkan dan mendukung, memberitahu dan mendengarkan. Ketika membimbing, perilaku yang dilakukan oleh pemimpin adalah banyak mengarahkan dan sekaligus dukungan. Demikian pula halnya didalam memimpin Gereja. Seorang pemimpin hendaknya melibatkan, mengarahkan yang sangat mendukung bagi pencapaian tujuan bersama.

3.                  Mendukung
Sang pemimpin itu harus mendukung, mendengarkan dan memfasilitasi interaksi-interaksi kelompoknya. Didalam memimpin Gereja, pemimpin haruslah memberi dukungan kepada kemajuan kelompok yang dipimpinnya. Fasilitas – fasilitas yang cukup memadai adalah alat yang sangat mendukung kemajuan perkembangan kelompok. Misalnya didalam gereja saat ini sangat dibutuhkan fasilitas berupa pengeras suara, agar jemaat yang mengikuti ibadah di Gereja dapat mendengarkan kelangsungan ibadah dengan baik. Banyak fasilitas lain saat ini yang menjadi sarana pendukung bagi perkembangan jemaat Gereja.

4.                  Mendelegasikan
Pola pendelegasian ialah proses penyerahan tanggung jawab dan wewenang kepada seseorang. Disini kelompok kurang setuju didalam pola pendelegasian untuk diterapkan didalam Gereja. Maksudnya adalah bahwa sebuah Gereja tentunya membutuhkan seorang pemimpin yang hanya memiliki kompetensi di didalam bidang kepempinan, dalam arti khusus sebagai pendeta. Namun pendeta disini tujuannya untuk memimpin dan tidak berhak untuk mendelegasikan orang lain untuk menjadi seorang pendeta, karena ada yang lebih berhak untuk bidang pendelegasian, yaitu bagian pusat yang berhak memberikan tanggung jawab untuk memimpin Gereja.

V.                Kesimpulan dan Saran
5.1.            Kesimpulan
Setelah kelompok membaca dan mendiskusikan hal-hal yang diatas maka kami menyimpulkan:
*      Keberhasilan Manajer satu Menit, dapat diartikan bahwa manajer itu memiliki prinsip, bahwa kedisplinan adalah kunci keberhasilan, sehingga satu menit pun dia tidak mau kehilangan waktunya. Setelah dia sukses menjadi pemimpin dia membagikan pengalamannya kepada para anggotanya dan menghasilkan Manajer-manejer satu menit yang baru.
*      Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain (tim) untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok.
*      Seorang pemimpin boleh berprestasi tinggi untuk dirinya sendiri, tetapi itu tidak memadai apabila ia tidak berhasil menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Dari begitu banyak definisi mengenai pemimpin, dapat kelompok katakan bahwa: Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk mengurus atau mengatur orang lain (tim).
*      Seorang pemimpin juga harus mampu mendengarkan saran dan masukan dari orang-orang yang dipimpinnya demi tercapainya suatu tim atau kelompok dengan peforma tinggi.
*      Pemimpin harus mampu memberikan solusi dari setiap permasalahan yang dihadapi dalam tim.
*      Pemimpin yang bijaksana harus mampu mendorong orang-orang yang dipimpinnya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggungjawab.
*      Pemimpin yang baik harus mampu membangkitkan semangat berkreasi pada orang- orang yang dibimbingnya.
*      Seorang pemimpin juga harus mampu beradaptasi kepada para anggotanya, supaya terjalin hubungan yang harmonis.
*      Pemimpin tidak akan mampu melakukan visinya tanpa kelompok, kelompok juga demikian: tidak akan mampu mencapai tujuan tanpa arahan dan bimbingan dari pemimpin.
*      Pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang-orang yang dipimpinnya.

5.2.            Saran
Buku ini sangat baik dan berkualitas untuk dibaca dan dihayati lebih mendalam kepada kita yang merupakan calon-calon pemimpin gereja masa depan, karena sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi kita. Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Jika seorang Teolog memiliki jiwa kepemimpinan yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa. Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti pemimpin. Oleh karena itu kualitas tim (jemaat) tergantung kualitas cara kita memimpin.













[1] Kenneth Blanchard, dkk. Manajer  Satu Menit, Batam: Krisma Publishing Group 2005, hlm. 1-14
[2]  Kenneth Blanchard, dkk, hlm. 21-25
[3] [3] Kenneth Blanchard, dkk, hlm.27-28
[4] Kenneth Blanchard, dkk, hlm. 30-33
[5] Kenneth Blanchard, dkk, hlm. 34-39
[6] Kenneth Blanchard, dkk, hlm.40-48
[7] Kenneth Blanchard, dkk, hlm. 49-59
[8] Kenneth Blanchard, dkk, hlm. 60-68
[9] Kenneth Blanchard, dkk, hlm. 69-77
[10] Kenneth Blanchard, dkk, hlm. 78-80
[11] Kenneth Blanchard, dkk, hlm. 81-83
[12] Kenneth Blanchard, dkk, hlm. 85-89
[13] Kenneth Blanchard, dkk, hlm. 90-93
[14] Kenneth Blanchard, dkk, hlm. 94-97
[15] Kenneth Blanchard, dkk, hlm. 98-101
[16] Kenneth Blanchard, dkk, hlm. 102-104
[17] Kenneth Blanchard, dkk, hlm. 105-109
[18] Kenneth Blanchard, dkk, hlm. 110-117
[19] Kenneth Blanchard, dkk, hlm. 118-119
[20] Kenneth Blanchard, dkk,  hlm. 120-125
[21] Kenneth Blanchard, dkk,  hlm. 126-127
[22] Kenneth Blanchard, dkk,  hlm. 128-132
[23] Kenneth Blanchard, dkk,  hlm. 133-136
[24] Kenneth Blanchard, dkk,  hlm. 137
[25] Lih. Luft, J., Group Processes: An Introduction to Grouup Dynamics, USA: Third edition, Mayfield Publishing, 1987, hlm. 23-56.

[26] Johnson & Johnson, Group Theory and Group Skills, USA: Third edition, Prentice Hall, 1987, hlm. 78-90
[27] Davis & Newstrom, Human Behavior at Work: Organizational Behavior, USA: McGraw-Hill, 1989, hlm 34-68
[28] Lih. Maddux, R.B., Pengembangan Tim: Latihan dalam Kepemimpinan, (alih bahasa: Budi), Jakarta: Binarupa Aksara, 1991. hlm. 44-58
[29]Lih. Kenneth Boa, The Perfect Leader, USA: Kenneth Boa Cook Communication Ministries, 2006, hlm. 207
[30] Lih. Sugiyanto Wiryoputro, Dasar-dasar manajemen Kristiani, Jakarta: BPK- Gunung Mulia, 2001,  hlm. 27-33
[31] Jahenos Saragih, Manejemen Kepemimpinan Gereja Jakarta: Suara GKYE Peduli Bangsa, 2008, hlm. 117
[32] Wahjosumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi, Jakarta: Ghalia, 1994, hlm. 25
[33] Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999, hlm. 684
[34] Sugiyanto Wiryoputro, Dasar-dasar Manajemen Kristiani, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2002, hlm. 95
[35] Sudomo, Ciri Utama Kepemimpinan Sejati, Yogyakarta: ANDI Offset, 2009, hlm. 2-3.
[36] Lih. Radesman Sitanggang, Memimpin Sesuai Amanah, Pematangsiantar: L-SAPA, 2006, hlm. 22-23
[37] Lih. Radesman Sitanggang, Memimpin Sesuai Amanah, hlm. 23-24
[38] Lih. Radesman Sitanggang, Memimpin Sesuai Amanah, hlm. 24-25
[39] Lih. P.Octavianus, Manajemen dan kepemimpinan menurut wahyu Allah, Malang: Gandum Mas, 2002, hlm. 18
[40] Ronald, W. Leigh, Melayani dengan Efektif, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1985, hlm. 10.
[41] Lih. Sahat M.Lumbantobing, Model Kepemimpinan Episkopal, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2003, hlm. 168.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar