POLA PIKIR YANG
MENGALAMI TEROBOSAN
I.
Isi Ringkas Buku
1.1.
Pikiran perasaan dan
Pola Hidup yang Keliru
Setiap
manusia yang diciptakan Tuhan memiliki akal budi (akal pikiran yang sehat). Hal
ini adalah harga mati, tidak boleh ditawar lagi. Kualitas perbuatan manusia
pada dasarnya ditentukan oleh kualitas akal pikirannya. Sesungguhnya semua
perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh manusia sudah terlebih dahulu
terkandung atau terlihat dalam pikirannya, sebelum terjadi.
Pikiran-pikiran
yang keliru pasti akan melahirkan perasaan-perasaan (emosi) yang keliru pula.
Misalnya, orang bisa saja dicekam oleh rasa takut, padahal sebenarnya tidak ada
yang perlu ditakutkan, namun perasaan takut itu muncul karena dipicu oleh
pemikiran yang keliru atau salah. Konsep-konsep yang keliru pasti akan
menghasilkan pola hidup yang keliru. Pikiran kita selalu mendahului sikap-sikap
yang diperlihatkan, terlepas dari benar tidaknya pikiran-pikiran tersebut.
Jadi, sesungguhnya pikiran-pikiran yang salah merupakan dasar dan awal dari
perbuatan atau tindakan yang salah sehingga mengakibatkan pola perilaku yang
salah.[1]
Dalam
kehidupan kita ini, akal pikiran perlu kita perbaharui, yaitu dengan cara:
a.
Senantiasa
mempersembahkan tubuh kita kepada allah sebagai kurban persembahan yang hidup
dan kudus, yang berkenan sampai enjadi suatu bentuk ibadah rohani
b.
Mengetahui
kehendak Allah
c.
Mengenal
jati diri kita dalam Kristus
d.
Untuk
mengetahui fungsi kita dalam tubuh Kristus
e.
Mengerti
hal yang telah dipersiapkan Allah kepada kita
f.
Mengenal
pikiran dan kepribadian Allah sedalam-dalamnya.
1.2.
Dua Pohon di Taman Eden
System
dunia telah sedemikian rupa dicemari oleh asas HUMANISME, yang pada dasarnya
mengajarkan supaya umat manusia jangan mau bergantung kepada Tuhan dan kepada
firmanNya. Pada dasarnya umat manusia diajari untuk berani berpikir dari diri
sendiri. Untuk tujuan tersebut manusia harus dapat mengakses semua data ilmu
pengetahuan yang telah berhasil dicapai dalam dan melalui system dunia ini yang
telah dikendalikan dan dipengaruhin oleh penguasa kerajaan angkasa.
Sebaliknya
Adam, manusia pertama, belajar dan memahami segala sesuatu berdasarkan pola
pendidikan roh yang diterimanya melalui persekutuan dengan Allah, dengan
catatan bahwa Allah sesungguhnya itu adalah Roh. Setiap kali Adam bersekutu
dengan Tuhan, ia sendiri juga memperoleh sifat-sifat Ilahi. Ia bertambah-tambah
dalam ilmu dan hikmat, dan hidup sebagaimana Allah menghendakinya, yaitu dengan
mendengarkan Firman Allah (Mat. 4:4). Dalam bahsa simbolis dapat dikatakan
bahwa Adam senantiasa makan dari buah-buahan yang terdapat pada Pohon
kehidupan. [2]
Sebaliknya,
pohon pengetahuan akan yang baik dan yang jahat mengacu kepada pola
pembelajaran manusia yang pada dasarnya menolak untuk bergantung kepada Allah
dan cara-caraNya. Dalam 1 Ptr. 1:23 dikatakan bahwa kita mengalami lahir baru
oleh Benih yang Tidak fana, yaitu Firman Allah. tetapi apabila manusia
memutuskan untuk lebih suka mendengarkan dan menaati suara setan, mau tidak mau
ia sendiri akan ditulari oleh sifat-sifat iblis dan menjadi makhluk ciptaan
setan.[3]
Amsal 3:5
“Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu,
dan janganlah bersandar kepada penegrtianmu sendiri”
1.3.
Transfer Akal Pikiran
Ilahi: Memperkuat Kehidupan Doa Anda
Dalam
Roma 8:26-27, dikatakan “Demikian juga
Roh membantu kita dalam kelemahan kita, sebab kita tidak tahu, bagaimana
sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah
dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati
nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak
Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.”
Ayat-ayat
ini menunjukkan dengan jelas bagaimana caranya kuasa Allah ini bekerja, yaitu
sebagai berikut:
a.
Roh
Kudus bertugas membantu dalam kelemahan kita pada saat kita tidak mengetahui
bagaimana berdoa dan apa yang harus didoakan;
b.
Roh
Kudus mengetahui apa yang seharusnya kita doakan;
c.
Roh
Kudus mengetahuibagaimana seharusnya kita berdoa;
d.
Pekerjaan
Roh Kudus terjadi di dalam roh manusia;
e.
Pekerjaan
Roh Kudus terlalu dalam bagi akal pikiran manusia untuk memahaminya dank arena
itu manusia tidak dapat ikut campur dalam memutuskan langkah-langkah tindakan
yang benar
f.
Apabila
akal pikiran yang sudah diperbaharui mulai mengerti hal-hal yang disampaikan
dalam doa tersebut, maka akal pikiran itu akan mulai aktif dan pandai mengatur
langkah-langkah atau tindakan jasmani yang selaras dengan doa syafaat Roh dalam
diri kita.[4]
1.4.
Kekuatan dari Kehendak
manusia
1.4.1.
Hukum Dosa
Salah
satu dari hal-hal luar biasa yang terjadi saat kita mengalami kelahiran baru
dalam pembebasan diri manusia dari ikatan belenggu kehendaknya. Hukum dosa dan
kematian bertentangan dengan akal pikiran dan kehendaknya (ayat 23). Ada sebuah
hukum lain yang beroperasi dalam anggota-anggota tubuhnya yang tidak mampu
mengalah kepada kerinduan dan kehendak Paulus. Paulus tidak mampu melepaskan
diri dari keterkutukan dan kegagalan batiniah ini, yang senantiasa mengingatkan
bahwa sebenarnya ia masih terbelenggu[5]
1.4.2.
Hukum Roh
Paulus
berkata bahwa Allah sedang turut bekerja dalam diri kita unuk menghendaki dan
untuk mengerjakan apa yang menjadi kesukaannnya. Kita harus berdiri teguh di
dalam kemerdekaan ini dan tidak lagi mengizinkan diri untuk tunduk dalam kuk
perhambaan (Gal. 5:1). Kita haru menggunakan kemerdekaan ini untuk memutuskan
hidup menurut roh yang member kehidupan (Gal 5:13-16).[6]
1.4.3.
Hukum Kepasifan
Hukum
kepasifan akan bekerja apabila orang menyerah kalah terhadap pengaruh-pengaruh
demonis (setan-setan) tanpa memberikan perlawanan sama sekali. Hukum kepasifan
membiarkan kekuatan-kekuatan jahat menyusup dalam kehidupan manusia. Tetapi
begitu kehendak kita mulai diaktifkan kembali dan berfungsi sesuai dengan
kehendak Allah, maka kita tidak akan menuruti keinginan daging lagi.[7]
1.5.
Beberapa Latihan untuk
Membangun Akal Pikiran yang Sehat
1.5.1.
Latihan I (Pola
Berpikir)
Diawali
dengan Pola Berpikir yang baik dimana kita harus tahu tentang fakta-fakta yang
berkaitan dengan akal pikiran. Selain itu kita sengaja memakai pola tertentu
yaitu dengan terus menerus berpikir mengenai hal-hal yang difirmankan Tuhan,
maka kita akan memastikan agar kita tetap cinta akan perkara-perkara yang
diatas.[8]
1.5.2.
Latihan II (Kuasa
Imajinasi)
Mengaktifkan
imajinasi berarti dengan penuh kesadaran menjabarkan pikiran-pikirankita dalam
bentuk gambar dan membiarkan diri berpartisipasi secara mental dalam
penggambaran tersebut. Dalam latihan berpikir, pikiran-pikiran dan kata-kata
firman Tuhan yang bersifat Roh mulai menghasilkan gambar-gambar yang hidup
sehingga kita dapat melihat dengan jelas realitas dari kebenaran-kebenaran yang
dipikirkan (imajinasi).[9]
1.5.3.
Latihan III (kesabaran
menghafal)
Menghafal
adalah metode untuk dengan penuh kesadaran memasukkan ke dalam akal pikiran
segala kebenaran dan informasi yang diwahyukan oleh Roh Kudus dan menyimpannya
dalam ingatan. Disiplin untuk menghafalkan dan mengingat apa yang telah
dikatakan Roh Kudus sangat penting utuk pertumbuhan rohani kita.[10]
1.5.4.
Latihan IV (Proses
Visualisasi)
Visualisasi
adalah proses yang membiarkan roh kudus mengaktifkan serta mengkomunikasikan
pesan Tuhan kepada Roh manusia dan menyampaikan informasi tersebut supaya
benar-benar dapat dilihat atau didengar dalam akal pikirannya. Sebagai contoh
mimpi-mimpi seperti (mimpi fantasi, mimpi khayalan, mimpi ingatan, mimpi
rohani, mimpi profetik) sebagai penglihatan.[11]
1.5.5.
Latihan V (Maksud Tujuan
Meditasi)
·
Apakah Yang Dimaksud
Dengan Meditasi Kristiani?
Meditasi
Kristiani adalah proses berpikir, imajinasi, dan menghafalkan yang bersifat
progresif untuk menyimak firman Tuhan atau pewahyan yang diterima. Dalam hal
ini diperlukan suatu proses pemikiran mengenai firman Tuhan yang diucapkan
sampai kita benar-benar dapat:
a.
Mengerti
makna atau arti dari hal-hal yang disampaikan.
b.
Mengetahui
implikasi dari makna tersebut.
c.
Mengetahui
tingkat keterlibatan dan partisipasi kita dalam melaksanakan firman Tuhan yang
telah diwahyukan itu.
d.
Membangun
kebenaran yang sehat dan seimbang di sekitar feman Tuhan yang telah diungkapkan
kepada kita.[12]
·
Proses Meditasi
a.
Dalam
proses meditasi Kristiani pertama-tama perlu untuk menerima dengan baik akan
firman yang sudah diungkapkan. Mungkin kita menerima suatau firman Tuhan yang
terulis di Alkitab untuk diterapkan bersama sebagai Tubuh Kristus. Firman yang
Tuhan tujukan pada kita pribadi seseorang selalu datang kepada kita melalui
pelayanan Roh Kudus.
b.
Selanjutnya
kita mulai merenungkan makna dari hal yang baru saja kita terima dari Tuhan.
Lalu kita mulai menimbang fakta-fakta yang diungkapkan berdasaarkan hal-hal
yang sudah kita ketahui.
c.
Dalam
bermeditasi kita harus mulai menggunakan kemampuan berpikir logis dari akal
kita. Kita tidak dapat memilih untuk tidak menggunakan kemampuan berpikir ini,
kecuali bagaimana dan atas dasar apa kita memilih untuk berbuat demikian.
Sementara berpikir kita merenungkan, mengevaluasi dan menimbang bagaimana
fakta-fakta yang bari saja diungkapkan akan mempengaruhi dan berdampak atas
diri kita.
d.
Meditasi
mencakup proses untuk menarik atau
mengambil kesompulan atau keputusan tertentu. Sementara berpikir kita
memperhitungkan, membuat deduksi, dan menarik kesimpulan-kesimpulan terntu atas
dasr penafsiran kita mengenai firman Tuhan tadi.
e.
Lalu
kita mulai menjabarkan secara rinci mengnai rencana tindakan yang akan diambik
untuk melaksanakan kesimpulan akhir.[13]
·
Praktik Yang Berbau
Mistik (Okultisme)
Dalam
praktek meditasi di luar kekristenan umumnya seseorang disuruh terlebih dahulu
untuk mengosongkan pikirannya sehingga pada saat itu tenaga-tenaga dahsyat yang
ada di jagad raya ini akan berkomunikasi dengan dia. Cara-cara seperti inilah
yang disebut sebagai okultisme. Dan hal ini sesungguhnya mempraktikkan Hukum
Kepasifan dan akan membuka peluang bagi masuknya roh-roh jahat (demonis).
Dalam
meditasi Kristiani, orang yang bersangkutan akan beristirahat total tetapi
pikirannya terus dipenuhi oleh firman Tuhan. Kehendaknya pun dapat tetap
berfungsi bebas untuk mengatur arus pikiran-pikirannya. Ia tetap menggukan
logika akal pikirannya dan memutuskan langkah-langkah positif tertentu untuk
dapat mencapai dan menggenapi hal-hal yang diyakininya datang dari Tuhan. Ia
berkerka sama dengan imannya dan membayar harga untuk memperoleh sukses. [14]
·
Bahaya Dari Sekadar
Menggunakan Logika
Apabila
kita memakai akal sehat untuk berpeikit atau menggunakan lohika atau memusatkan
perhatian kita kepada suatu, kita perlu mengingat:
A. Betapa Terbatasnya
Penglihatan Kita Mengenai Situasi Apa Pun Yang Kita Hadapi
Terlepas
dari tingkat kedewasaan atau pengalman hidup seseorang, kita hanya dapat
mengetahui hal-hal yang tetrlihat dari luar. Yang sering kita lihat
sesungguhnya bukan gambar seutuhnya. Kita hanya melihat sebagian dari keadaan
yang tersembunyi. Itu sebabnya Alkitab mengajari kita jangan sekali-kali
menghakimi atau menilai orang atas dasar penampilan luarnya (Yoh. 7:24)
B. Tak Mungkin Untuk
Seratus Persen Benar Dalam Menafsirkan Segala Keadaan
Oleh
karena kita hanya memiliki kesimpulan kita sesungguhnya salah atau keliru.
Karena itu, kita harus bergantung sepenuhnya pada kebenaran seperi yang
diungkapkan oleh Roh Kudus untuk memberikan informasi mutakhir dari kebenaran
yang tidak kita miliki.
C. Ada Kemungkinan Bahwa
Pada Dasarnya Kita Menaruh Asumsi Dan Harapan Yang Palsu
Apabila
kita berpikir atau menggunakan logika berdasarkan data atau informasi yang
tidak benar, terdapat kemungkinan bahwa kita sebenarnya memiliki pengharapan
yang palsu atau antisipasi yang tidak realisris. Pengharapan kita yang tidak
realistisbukan hanya dapat mengakibatkan kita terus-menerus berada dalam
keadaan frustasi, tetapi juga menimbulkan tekanan ats semua hubungan kita
dengan orang lain, yang seharusnya tidak terjadi. Oleh karena itu kita dapat
dikuasai oleh perasaan-perasaan negatif, seperti perasaan marah, frustrasi, kecewa,
dan rasa takut. Maka kita akan memarahi dan menuduh orang lain karena telah
berharap kepada mereka dan merasa bahwa mereka telah mengecewakan kita sehingga
harapan kita itu menjadi pupus.
D. Ada Kemungkinan Dalam
Menghadapi Situasi Tertentu Kita Akan Mengotot, Bersikap Dogmatis Dan
Berprasangka
Melalui
proses berpikir logis, pada akhirnya kita mencapai penafsiran-penafsiran
tertentu mengenai apa yang kita pikirkan, ketahui, dan mengerti. Kadang-kadang,
penafsiran-penafsiran kita bisa tidak rasionak atau kurang akurat, sebab
informasi yang mendasarinya kitang akurat dan kurang lengkap. Apabila kita
tidak menyadari bahwa indormasi yang
kita dapatkan sebenarnya keliru tetapi merasa begitu yakin bahwa pandangan kira
sudah benar, meungkin kita akan mati-matian mempertahankan pendapat atau
pandangan kita sendiri.[15]
Ø MENGATASI MASALAH YANG
KURANG BAIK
Alam
bawah sadar dari akal pikiran menyimpan setiap pengalaman yang terjadi dimasa
lalu kita. Ia menyimpan beragam perasaan yang pernah dirasakan dan diekspresikan
dalam setiap keadaan yang pernah dialami. Fungsi dari bagian bawah sadar
pikiran adalah untuk membuka berkas-berkas memory tentang seluruh masa hidup
kita, dan semuanya disimpan di bawah alam sadar kita dengan kategori yang
berdeda. Kategori ini dari pengalaman dan keadaan itu dikelompokkan secara
berbeda, tergantung kepada orang yang bersangkutan.[16]
Ø SIKLUS PENYEMBUHAN AKAL
PIKIRAN YANG BERMIMPI
I.
Mengingat
kembali mimpi kita
Untuk
mengingat kembali mimpi kita sebaiknya kita menemukan pola yang paling cocok.
Kebanyakan orang lebih suka mencatat mimpi mereka yang berkesan dalam sebuah
jurnal pada pagi hari saat bangun tidur. Orang-orang lebih suka menyimpannya
dalam ingatan dengan mengingat kembali mimpi tersebut dan langsung merenungkan
apa arti mimpi tersebut.[17]
Banyak orang mengalami kesulitan untuk mengingat mimpi, karena mereka telah
terkecoh dengan asumsi dan sikap-sikap yang keliru, dan menganggap mimpi
sebagai suatu hal yang tidak perlu dipikirkan dengan serius. Sikap dan perilaku
demikian sering didasari dengan pendapat
bahwa mimpi itu:
a.
Fragmenter
(terpecah-pecah) dan karena itu tidak ada gunanya.
b.
Bersifat
remeh, paling-paling kejadian ulangan dari sehari-hari.
c.
Tidak
logis, atau hanya menimbulkan kebingungan.
d.
Menjadi
resah dalam pikiran, menjijikan secara moral, dan menakutkan.
e.
Kurang
menarik dalam banyak hal, karena tidak ada alur cerita atau tema yang jelas.
II. Menyimpan buku catatan
tentang mimpi
Ada
suatu keuntungan khusus bila memlihara sebuah buku catatan, karena dengan
demikian akan mudah untuk mencatat, kemudian meninjau kembali mimpi-mimpi yang
seperti cerita bersambung. Mimpi yang model cerita bersambung member suatu
gambaran yang lebih lengkap mengenai kehidupan batiniah kita daripada hanya
satu mimpi saja.
Ø MENGATUR SUSUNAN MIMPI
a.
Perhatikan
Perhatikanlah
perasaan-perasaan positif dan negative yang suka muncul dalam mimpi, seperti
kesedihan, rasa bersalah, gairah seks, suka cita, cinta, dan sebagainya.
Perhatikan juga suasana hati ketika anda bangun dari tidur.
b.
Catat
Catatlah ide-ide,
pengertian ingatan dan bahkan firasat yang muncul di dalam akal pikiran akibat
mimpi tersebut.
c.
Kenali
Perhatikanlah para
pelaku yang muncul dalam mimpi. Kepada siapakah mereka mengingatkan kita?
Bagaimana mutu hubungan kita dengan mereka dalam mimpi tersebut?[18]
d.
Akhir
dari mimpi
Bagaimana mimpi itu
berakhir? Apakah penyelesaian akhir dari mimpi itu sudah bersifat tuntas, atau
hanya setengah tuntas atau tidak tuntas sama sekali? Kadang-kadang, bagaimana
mimpi itu berakhir merupakan petunjuk mengenai tingkat yang telah dicapai dalam
menyelesaikan masalahmasalah yang dimaksudkan oleh mimpi itu.
e.
Beri
Judul
Cobalah
untuk memberi sebuah judul pada mimpi itu di buku catatan anda.
f.
Buat
ikhtisar
Buatlah sebuah ringkasan
mengenai tema mimpi dan cobalah hubungkan mimpi itu dengan masalah-masalah
penting yang sedang dihadapi dalam situasi dan hubungan tertentu pada saat ini.
Gagasan aau strategi-strategi apakah yang terpikir oleh kita untuk meengadakan
perubahan?[19]
Ø ASPEK FISIOLOGIS MIMPI
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa jumlah dan intensitas mimpi biasanya mengalami
peningkatan pada saat-saat orang mengalami krisis dalam kehidupannya dan juga
pada masa-masa transisi. Bahkan tubuh pun mengalami perubahan fisiologis
sewaktu bermimpi. Melalui mimpi, seringkali kita mulai mengerti sukacita atau
trauma dan tekanan yang terus menerus mengejar kita. Tekanan-tekanan itu
bersifat halus tetapi menguras habis tenaga mental dan emosional kita. Apabila
gejala-gejala bahwa tekanan makin meningkat, kita hanya memerlukan waktu
istirahat dan tidur yang secukupnya untuk menyembuhkan dan memulihkan kehidupan
sehingga sehat kembali.[20]
Ø MIMPI BURUK DAN PROSES
MENUJU PENYEMBUHAN
I.
Mimpi
buruk dan pesan-pesan yang tersirat di dalamnya
Mimpi
buruk adalah mimpi yang menakutkan yang membuat kita terbangun dari tidur dan
gelisah. Defenisi mimpi buruk menurut psikoanalisis adalah sesuatu dalam hati
yang membuat orang bangun dari tidur dalam keadaan takut. Setiap mimpi buruk
menawarkan sebuah pesan penting, bahkan mungkin suatu peringatan tentang
masalah-masalah atau hubungan-hubungan tertentu yang belum berhasil kita
bereskan. Dalam menyoroti rasa takut yang tersembunyi dalam diri kita, mimpi
buruk justru dapat menjadi petunjuk yang bermanfaat untuk membawa kesembuhan
dan pemulihan.[21]
II. Mimpi buruk sehabis
trauma
Penting
untuk disadari bahwa mimpi-mimpi buruk sesudah suatu kejadian traumatis
biasanya merupakan pertanda dari alam bawah sadar bahwa kita sedang bersaha
mengatasi trauma tersebut. Pengalaman mendapat mimpi buruk pasca trauma itu
merupakan sebuah sumber yang kaya informasi dan dapat membanu kita memfokuskan
diri kepada upaya pemulihab sehubungan dengan persoalan-persoalan yang paling
banyak melukai diri kita.[22]
III. Pemulihan dari mimpi
buruk pasca trauma
Seberapa
cepatnya kita pulih atau seberapa jauh kita mengalami kesembuhan sesudah
mendapat pengalaman-pengalaman demikian, banyak tergantung kepada:[23]
a.
Seberapa
besar dan dahsyat trauma yang telah dialami.
b.
Bagaimana
kita merespon trauma tersebut.
c.
apakah
kita merasa bersalah karena selamat dalam kejadian yang bersangkutan.
d.
kemampuan
kita untuk dengan efektif membangan kembali hidup kita setelah mengalami
trauma.
IV. Mengambil nilai positif
dari mimpi buruk kita
Mimpi
buruk yang kita dapatkan bias menyampaikan slah satu dari pesan informasi
berikut ini:
a.
Mimpi
buruk itu mungkin memperingati bahwa sebenarnya kita masih merasa terpukul olrh
peristiwa tersebut.
b.
Mimpi
buruk itu adalah cara untuk membantu kita mengerti seberapa jauh kesembuhan
atau pemulihan yang sudah terjadi.
c.
Mimpi
buruk itu membantu kita untuk segera mengatasi persoalan yang belum
terselesaikan dari trauma itu atau dari masa lalu kita.
d.
Mimpi
buruk itu mungkin membantu kita karena mngkomunikasikan kepada diri kita
seberapa besar dampaik emosional trauma itu, supaya jangan membiarkan trauma
itu terus mempengaruhi kehidupan kita.
II.
Tanggapan
2.1.
Setiap manusia terlahir
tidak dengan akal pikiran yang sehat
Ketika
dikatakan dalam buku ini bahwa setiap manusia yang diciptakan Tuhan memiliki
akal budi (akal pikiran yang sehat), ditantang oleh buku “pikiran yang retak”
dimana sejak lahir dia tidak memiliki akal pikiran yang sehat (idiot) dan
ditambah juga dengan sebelas kepribadian pada dirinya sendiri. Mungkin bagi
banyak orang, hal ini lumrah tetapi tidak bagi Robert B Oxnam. Dia memiliki
gangguan kepribadian ganda bisa saja disebut sebagai penyakit Humpty-Dumpty
atau para psikiater menyebutnya saat ini Gangguan Identitas Disosiatif (GID).[24]
Kepribadian
ganda adalah suatu gangguan yang sagat ekstrem, tetapi hal itu bisa tidak
diketahui selama berpuluh-puluh tahun lamanya, oleh sang pasien, keluarga dan
teman dekat, bahkan oleh para ahli terapi yang sudah terlatih. Sebagian
penjelasannya dapat ditemukan pada sifat gangguan itu sendiri: GKG terjadi
secara diam-diam karena individu yang terdisosiasi tersebut mengubur suatu rahasia
yang buruk di dalam dirinya, sehingga dia menjadi seorang spesialis, sering
tanpa disadari dalam menyembunyikan diri dari orang lain.[25]Oleh
karena itu langkah-langkah yang ditawarkan dalam merubh pola piker yang baik
pada buku Jonathan David tidak bisa diterima kepada orang berkepribadian ganda.
2.2.
Perilaku buruk oleh
pengalaman
Perilaku
yang buruk juga bukan hanya dihasilkan oleh berbagai pikiran yang keliru tetapi
juga didasarkan atas pengalaman pahit di masa kecilnya atau bisa dikatakan masa
kecil suram karena kurangnya rasa kasih saying. Banyak orangtua yang melupakan
sebagian waktunya untuk membesarkan anak-anak secara wajar. Para orangtua
terkadang tidak pernah meenungkan nilai-nilai yang dikehendakinya untuk
berkomunikasi kepada anak-anaknya dan mendiskusikan cara-cara terbaik untuk
memastikan bahwa anak-anaknya memiliki rasa harga diri yang kuat. Oleh karena
itu banyak kesalahan-kesalahan orangtua dalam mendidik anak seperti menananm
“ranjau mental”, menunggu anak berprilaku buruk, tidak konsisten, menutup pintu
komunikasi terbuka, dsb sehingga menyebabkan anak berprilaku buruk.[26]
Menurut John M. Drescher si anak membutuhkan tujuh kebutuhan yang paling dasar
dalam bertumbuh yaitu kebutuhan untuk berarti, rasa aman, diterima, mencintai
dan dicintai, dipuji, disiplin dan kebutuhan untuk Tuhan.[27]
2.3.
Mengapa emosi identik
dengan suara keras?
Dalam
buku ini dikatakan bahwa apabila ita dalam keadaan marah atau emosi terhadap
lawan bicara kita maka kita akan mengeluarkan suara yang keras terhadapnya.
Tetapi dalam buku ini tidak menjawab mengapa bisa demikian. Menurut Enik
Mutiarsih dalam bukunya “psikologi Remaja”, ketika dua orang sedang berada
dalam situasi kemarahan, jarak antara kedua hati mereka menjadi amat jauh walau
secara fisik mereka begitu dekat. Karena itu, untuk mencapai jarak yang
demikian, mereka harus berteriak. Namun anehnya, semakin keras mereka
berteriak, semakin pula mereka menjadi marah dan dengan sendirinya jarak hati
yang ada diantara keduanya pun menjadi lebih jauh lagi. Karena itu mereka
terpaksa berteriak lebih keras lagi.
Hal
itu berbeda bila seseorang sedang jatuh cinta. Tak ada teriakan, mereka
berbicara dengan suara yang lembut. Sehalus apapun merka bisa mendengarkan
dengan begitu jelas, karena hati mereka begitu dekat, hati mereka tak berjarak.
Pada akhirnya sepatah katapun tak perlu diucapkan. Sebuah pandangan mata saja
amatlah cukup bagi mereka memahami apa yang ingin disampaikan. Oleh karena itu
bila kita sedang dilanda kemarahan, janganlah hatimu menciptakan jarak. Mungkin
di saat-saat itu, tidak mengucapkan kata-kata bisa menjadi cara yang bijaksana,
karena waktu akan membantu mematangkan emosi.[28]
2.4.
Merubah pikiran dan
perilaku yang buruk ke yang baik harus didukung lingkungan sekitar
Dalam
buku Jonathan David diatas, dikatakan bahwa perilaku yang buruk bersumber dari
pikiran dan konsep yang keliru dari pribadi itu sendiri. Oleh karenanya kita
harus merubahnya dengan konsep pikiran yang baik dengan berbagai cara pribadi
yang disebutkan diatas. Hal ini begitu riskan karena mengubah sosok orang yang
terlibat kenakalan remaja tidaklah semudah itu. Menurut Sitanggang bahwa[29]:
Kenakalan remaja dan pemuda bukanlah semata-mata muncul atau bersumber dari
anak itu sendiri tetapi juga sebagai akibat pengaruh yang muncul dari luar diri
anak. Kenakalan itu sering terjadi akibat dari kurangnya perhatian dan kasih
saying orangtua terhadap mereka. Begitu juga pendapat Mangunhardjana[30]
mengatakan: sebagai manusia yang mendekati masa dewasa, kaum muda sedang
mengalami proses pertumbuhan mental, emosional, moral, maupun religious dengan
segala permasalahannya.
Dengan
segala masalah yang dihadapi oleh pemuda-pemudi saat ini, banyak diantara
mereka yang telah membelakangi hidup peribadatan, atau kurangnya perhatian dan
minat mereka terhadap hidup keagamaan. Situasi seperti inilah yang dapat
menimbulkan keresahan bagi kehidupan masyarakat dan hidup di gereja. Orangtua
sebagai pendidik utama bagi anak, haruslah melakukan fungsinya sebagi pendidik
dan dapat menanggulangi kenakalan yang timbul pada anak melalui usaha-usaha
pembinaan yang tepat guna.
Melalui
usaha-usaha seperti inilah yang harus dilakukan orangtua, sehingga anak akan
tergerak hatinya untuk berpikir positif, untuk beribadah, dan sekaligus mereka
akan berubah dalam sikap dan perbuatan dalam hidupnya sehari-hari.
2.5.
Pikiran positif dalam
pelayanan di gereja
Sehubungan
dengan pentingnya pemikiran yang positif dalam segala aspek kehidupan, juga
dalam pelayanan gereja di masa mendatang, sudahlah wajar apabila pemimpin
gereja harus mampu mmberikan contoh yang teladan serta dapat menunjukkan
ketransparansian dalam setiap kegiatan gerejawi. Jika tidak, para pemimpin
gereja yang baru tidak akan bertahan menghadapi tantangan-tantangan terhadap
iman mereka yang tidak dapat dielakkan. Kadang kala, tantangan-tantangan dalam
misi menimbulkan sejumlah korban, yang harus diminimalkan oleh sikap yang
bertanggung jawab dan penuh perhatian dari semua pihak yang terlibat.
Para
pemimpin baru ini akan memerlukan keteguhan ketika berhadapan dengan
pihak-pihak yang menentangnya, baik dari dalam maupun dari luar gereja. Oleh
karena itu pemikiran positif sangat diandalkan dalam hal ini. Mereka harus
berkomitmen untuk berjalan seumur hidup agar dapat mengembangkan
kompetensi-kompetensi yang diperlukan untuk mempertahankan sisi kreatif mereka.[31]
2.6.
Kuasa Pengharapan
Belajar
untuk percaya bukan sesuatu yang bisa kita peroleh di bangku sekolah. Kita
tidak perlu juga pergi ke suatu biara terpencil untuk belajar tentang rahasia
doa. Jawabannya tersembunyi dalam masalahnya. Apa yang harus kita lakukan Cuma
memulai dari masalah yang Tuhan telah sediakan bagi kita. Bagi orang Kristen
yang bertumbuh dalam iman, tidak mempunyai alasan untuk menyerah dengan
sia-sia. Terkadang rumitnya masalah atau pekerjaan yang kita hadapi membuat
kita mengatakan, “saya tidak dapat melakukannya”. Alasan satu-satunya yang
membuat kita gagal dalam memenuhi peraturan-peraturan ini ialah penolakan kita
untuk melakukan demikian.[32]
Di
dalam alkitab telah jelas dikatakan, “Mintalah maka akan diberikan kepadaMu”.
Dengan cara yang samar telah dikatakan disini bahwa kita harus percaya sebelum
Tuhan memberikannya kepada kita. Doa dengan harapan atau iman yang benar
senantiasa akan dijawab. Mimpi itu akan kenyataan. Sebuah pribahasa kuno Cina
mengatakan, “Perjalanan seribu mil dimulai dengan sebuah langkah.” Langkah
pertama dalam belajar yaitu bagaimana meningkatkan pengharapan, dan juga
menemukan mengapa kita sukar untuk percaya, sedangkan Allah menciptakan kita untuk percaya.[33]
2.7.
Persiapan menggapai Mimpi
Ada
pepatah mengatakan “Biar Lambat asal selamat”. Dengan mendengar pepatah ini,
saya menjadi teringat dengan sebuah buku karangan Kosuke Koyama, seorang teolog
Jepang yang melayani di Asia tenggara, yang berjudul Three Miles an hour God, Allah yang berkecepatan 3 mil perjam.
Konon kecepatan manusia berjalan adalah 3 mil per jamnya. Jadi maksud judul
buku itu adalah Allah kita adalah Allah yang berjalan bersama kita dengan
kecepatan kita! Bukan dengan kecepatan super, lalu menggendong kita dan membawa
kita ke tujuan (mimpi) dengan selamat dan tak kurang suatu apapun dalam waktu
yang sesingkat-singkatnya.
Dalam
hal ini, kalau kita ingin keluar dari permasalahn kita, jangan berpikir kapan,
tetapi pikirkanlah apa yang dapat kita pelajari dari sini! Apa yang hendak
Allah ubah dari diri kita? Apa pesan yang hendak disampaikanNya kepada kita?
Mungkin ketika kita sakit dan tak kunjung sembuh, Allah ingin kita belajar
menyusun kembali prioritas dalam hidup kita. Mungkin ketika usaha kita
mengalami kebangkrutan dan kita harus hidup susah, Allah mau kita belajar untuk
tidak mengandalkan kekayaan dan tetap rendah hati.
Pelajaran
hidup yang Alllah berikan terkadang terasa menjemukan dan membosankan. Namun,
kalau kita lihat binatang saja dapat ‘berhitung’ karena dilatih setiap hari dengan
cara yang sederhana, bukankah kita seharusnya sebagai manusia dapat belajar
lebih lagi dalam pengulangan yang Allah biarkan? Dengan demikian, tidak ada
diantara kita yang terlalu bodoh atau bebal untuk dapat memahami rencana Allah
kalau kita mau belajar bersama Allah. MIMPI AKAN SEGERA TERWUJUD.[34]
III.
Kesimpulan dan Saran
3.1.
Kesimpulan
·
Akal
budi hanya dimiliki oleh manusia dan harus digunakan sesuai dengan kehendak
Allah.
·
Proses
pembelajaran manusia pada dasarnya harus bergantung pada Allah dan mengikuti
cara-caraNya.
·
Manusia
hanya dapat menerima transfer akal pikiran dari Allah jika manusia tersebut
tidak memanfaatkan kemampuan dan kehendaknya sendiri.
·
Untuk
membangun akal pikiran yang sehat, manusia membutuhkan pola piker yang baik,
berimajinasi, dan membiarkan Roh Kudus bekerja dalam hidupnya.
·
Mediasi
Kristiani dapat dilakukan untuk menyimak dengan baik Firman Allah.
·
Dalam
usaha untuk memahami Firman Allah, harus menghindarkan cara yang dominan
menggunakan Logika.
·
Alam
pikiran manusia tidak akan terlepas dari alam pikiran bawah sadar manusia,
sehingga mimpi yang dimiliki manusia berperan dalam pembangunan akal pikiran
manusia.
3.2.
Saran
Setelah
kelompok membahas tentang isi buku ini, isinya sudah jelas bagus. Namun setiap
karangan tentu memiliki kekurangan maupun kelebihan, maka kelompok menyarankan:
·
Buku
ini sebaiknya membuat pendapat-pendapat para ahli, jangan hanya pendapat
penulis.
·
Untuk
memperkaya isi buku hendaklah menggunakan bahasa yang lebih mudah untuk dicerna
agar pembaca awam tertarik untuk membacanya.
[1]
Jonathan David, Pola Pikir yang
Mengalami Terobosan, Nafiri Gabriel: hlm. 2.
[2]
Jonathan David, Op.Cit., hlm. 9.
[3]
Jonathan David, Op.Cit., hlm. 9-10.
[4]
Jonathan David, Op.Cit, hlm. 15-16.
[5]
Jonathan David, Op.Cit, hlm. 19-20.
[6]
Jonathan David, Op.Cit, hlm. 20-21.
[7]
Jonathan David, Op.Cit, hlm. 21-22.
[8]
Jonathan David, Op.Cit, hlm. 24-27.
[9]
Jonathan David, Op.Cit, hlm. 29-30.
[10]
Jonathan David, Op.Cit, hlm. 38-40.
[11]
Jonathan David, Op.Cit, hlm. 43-48.
[12]
Jonathan David, Op.Cit, hlm. 69.
[13]
Jonathan David, Op.Cit, hlm. 70-72
[14]
Jonathan David, Op.Cit, hlm. 73.
[15]
Jonathan David, Op.Cit, hlm. 74-77.
[16]
Jonathan David, Op.Cit, hlm. 80-85.
[17]
Jonathan David, Op.Cit, hlm. 90-98.
[18]
Jonathan david, Op.Cit, hlm. 105.
[19]
Jonathan david, Op.Cit, hlm. 106.
[20]
Jonathan david, Op.Cit, hlm.
107-108.
[21]
Jonathan david, Op.Cit, hlm.
118-119.
[22]
Jonathan david, Op.Cit, hlm. 119.
[23]
Jonathan david, Op.Cit, hlm.
120-121.
[24]
Robert B Oxnam, Pikiran yang Retak, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2007., hlm. 2.
[25]
Robert B Oxnam, Op.Cit, hlm. 12.
[26]
Kevin Steede, 10 Kesalahan Orangtua
dalam Mendidik Anak + Solusi Bijak untuk Menghindarinya, Jakarta: Tangga
Pustaka, 2008, hlm., 1-5.
[27]
John M. Drescher, Tujuh Kebutuhan Anak,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992, hlm., 54.
[28]
Enik Mutiarsih & Agus Sekti Susilo Atmojo, Memahami Psikologi Remaja, Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama,
2007, hlm., 52-53.
[29]
B.A. Sitanggang, Membina Remaja Generasi
Penerus Kehidupan Bangsa, Medan: Monara, 1987, hlm., 28.
[30]
Mangunhardjana. A. M, Pendamping Kaum
Muda, Yogyakarta: Kanisius, 1989: hlm., 12.
[31]
Eddie Gibbs, Kepemimpinan Gereja Masa
Mendatang, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011, hlm., 163.
[32]
Katherine Paterson, Siapakah Aku ini, BPK
Gunung Mulia, Jakarta 1999: hlm. 21.
[33]
Merlin Carothers, Kuasa Pengharapan, Penerbit
Gandum Mas, Malang 1991: hlm. 89.
[34]
Yolanda Pantou, Orang Pintar Masuk
Surga, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2009: hlm. 5-7.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar