Kamis, 14 Juni 2012

POLA PIKIR YANG MENGALAMI TEROBOSAN


POLA PIKIR YANG MENGALAMI TEROBOSAN

I.                   Isi Ringkas Buku
1.1.            Pikiran perasaan dan Pola Hidup yang Keliru
Setiap manusia yang diciptakan Tuhan memiliki akal budi (akal pikiran yang sehat). Hal ini adalah harga mati, tidak boleh ditawar lagi. Kualitas perbuatan manusia pada dasarnya ditentukan oleh kualitas akal pikirannya. Sesungguhnya semua perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh manusia sudah terlebih dahulu terkandung atau terlihat dalam pikirannya, sebelum terjadi.
Pikiran-pikiran yang keliru pasti akan melahirkan perasaan-perasaan (emosi) yang keliru pula. Misalnya, orang bisa saja dicekam oleh rasa takut, padahal sebenarnya tidak ada yang perlu ditakutkan, namun perasaan takut itu muncul karena dipicu oleh pemikiran yang keliru atau salah. Konsep-konsep yang keliru pasti akan menghasilkan pola hidup yang keliru. Pikiran kita selalu mendahului sikap-sikap yang diperlihatkan, terlepas dari benar tidaknya pikiran-pikiran tersebut. Jadi, sesungguhnya pikiran-pikiran yang salah merupakan dasar dan awal dari perbuatan atau tindakan yang salah sehingga mengakibatkan pola perilaku yang salah.[1]
Dalam kehidupan kita ini, akal pikiran perlu kita perbaharui, yaitu dengan cara:
a.       Senantiasa mempersembahkan tubuh kita kepada allah sebagai kurban persembahan yang hidup dan kudus, yang berkenan sampai enjadi suatu bentuk ibadah rohani
b.      Mengetahui kehendak Allah
c.       Mengenal jati diri kita dalam Kristus
d.      Untuk mengetahui fungsi kita dalam tubuh Kristus
e.       Mengerti hal yang telah dipersiapkan Allah kepada kita
f.       Mengenal pikiran dan kepribadian Allah sedalam-dalamnya.
                             
1.2.            Dua Pohon di Taman Eden
System dunia telah sedemikian rupa dicemari oleh asas HUMANISME, yang pada dasarnya mengajarkan supaya umat manusia jangan mau bergantung kepada Tuhan dan kepada firmanNya. Pada dasarnya umat manusia diajari untuk berani berpikir dari diri sendiri. Untuk tujuan tersebut manusia harus dapat mengakses semua data ilmu pengetahuan yang telah berhasil dicapai dalam dan melalui system dunia ini yang telah dikendalikan dan dipengaruhin oleh penguasa kerajaan angkasa.
Sebaliknya Adam, manusia pertama, belajar dan memahami segala sesuatu berdasarkan pola pendidikan roh yang diterimanya melalui persekutuan dengan Allah, dengan catatan bahwa Allah sesungguhnya itu adalah Roh. Setiap kali Adam bersekutu dengan Tuhan, ia sendiri juga memperoleh sifat-sifat Ilahi. Ia bertambah-tambah dalam ilmu dan hikmat, dan hidup sebagaimana Allah menghendakinya, yaitu dengan mendengarkan Firman Allah (Mat. 4:4). Dalam bahsa simbolis dapat dikatakan bahwa Adam senantiasa makan dari buah-buahan yang terdapat pada Pohon kehidupan. [2]
Sebaliknya, pohon pengetahuan akan yang baik dan yang jahat mengacu kepada pola pembelajaran manusia yang pada dasarnya menolak untuk bergantung kepada Allah dan cara-caraNya. Dalam 1 Ptr. 1:23 dikatakan bahwa kita mengalami lahir baru oleh Benih yang Tidak fana, yaitu Firman Allah. tetapi apabila manusia memutuskan untuk lebih suka mendengarkan dan menaati suara setan, mau tidak mau ia sendiri akan ditulari oleh sifat-sifat iblis dan menjadi makhluk ciptaan setan.[3]
Amsal 3:5
Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada penegrtianmu sendiri”

1.3.            Transfer Akal Pikiran Ilahi: Memperkuat Kehidupan Doa Anda
Dalam Roma 8:26-27, dikatakan “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita, sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.”
Ayat-ayat ini menunjukkan dengan jelas bagaimana caranya kuasa Allah ini bekerja, yaitu sebagai berikut:
a.       Roh Kudus bertugas membantu dalam kelemahan kita pada saat kita tidak mengetahui bagaimana berdoa dan apa yang harus didoakan;
b.      Roh Kudus mengetahui apa yang seharusnya kita doakan;
c.       Roh Kudus mengetahuibagaimana seharusnya kita berdoa;
d.      Pekerjaan Roh Kudus terjadi di dalam roh manusia;
e.       Pekerjaan Roh Kudus terlalu dalam bagi akal pikiran manusia untuk memahaminya dank arena itu manusia tidak dapat ikut campur dalam memutuskan langkah-langkah tindakan yang benar
f.       Apabila akal pikiran yang sudah diperbaharui mulai mengerti hal-hal yang disampaikan dalam doa tersebut, maka akal pikiran itu akan mulai aktif dan pandai mengatur langkah-langkah atau tindakan jasmani yang selaras dengan doa syafaat Roh dalam diri kita.[4]

1.4.            Kekuatan dari Kehendak manusia
1.4.1.      Hukum Dosa
Salah satu dari hal-hal luar biasa yang terjadi saat kita mengalami kelahiran baru dalam pembebasan diri manusia dari ikatan belenggu kehendaknya. Hukum dosa dan kematian bertentangan dengan akal pikiran dan kehendaknya (ayat 23). Ada sebuah hukum lain yang beroperasi dalam anggota-anggota tubuhnya yang tidak mampu mengalah kepada kerinduan dan kehendak Paulus. Paulus tidak mampu melepaskan diri dari keterkutukan dan kegagalan batiniah ini, yang senantiasa mengingatkan bahwa sebenarnya ia masih terbelenggu[5]

1.4.2.      Hukum Roh
Paulus berkata bahwa Allah sedang turut bekerja dalam diri kita unuk menghendaki dan untuk mengerjakan apa yang menjadi kesukaannnya. Kita harus berdiri teguh di dalam kemerdekaan ini dan tidak lagi mengizinkan diri untuk tunduk dalam kuk perhambaan (Gal. 5:1). Kita haru menggunakan kemerdekaan ini untuk memutuskan hidup menurut roh yang member kehidupan (Gal 5:13-16).[6]



1.4.3.      Hukum Kepasifan
Hukum kepasifan akan bekerja apabila orang menyerah kalah terhadap pengaruh-pengaruh demonis (setan-setan) tanpa memberikan perlawanan sama sekali. Hukum kepasifan membiarkan kekuatan-kekuatan jahat menyusup dalam kehidupan manusia. Tetapi begitu kehendak kita mulai diaktifkan kembali dan berfungsi sesuai dengan kehendak Allah, maka kita tidak akan menuruti keinginan daging lagi.[7]

1.5.            Beberapa Latihan untuk Membangun Akal Pikiran yang Sehat
1.5.1.      Latihan I (Pola Berpikir)
Diawali dengan Pola Berpikir yang baik dimana kita harus tahu tentang fakta-fakta yang berkaitan dengan akal pikiran. Selain itu kita sengaja memakai pola tertentu yaitu dengan terus menerus berpikir mengenai hal-hal yang difirmankan Tuhan, maka kita akan memastikan agar kita tetap cinta akan perkara-perkara yang diatas.[8]

1.5.2.      Latihan II (Kuasa Imajinasi)
Mengaktifkan imajinasi berarti dengan penuh kesadaran menjabarkan pikiran-pikirankita dalam bentuk gambar dan membiarkan diri berpartisipasi secara mental dalam penggambaran tersebut. Dalam latihan berpikir, pikiran-pikiran dan kata-kata firman Tuhan yang bersifat Roh mulai menghasilkan gambar-gambar yang hidup sehingga kita dapat melihat dengan jelas realitas dari kebenaran-kebenaran yang dipikirkan (imajinasi).[9]

1.5.3.      Latihan III (kesabaran menghafal)
Menghafal adalah metode untuk dengan penuh kesadaran memasukkan ke dalam akal pikiran segala kebenaran dan informasi yang diwahyukan oleh Roh Kudus dan menyimpannya dalam ingatan. Disiplin untuk menghafalkan dan mengingat apa yang telah dikatakan Roh Kudus sangat penting utuk pertumbuhan rohani kita.[10]

1.5.4.      Latihan IV (Proses Visualisasi)
Visualisasi adalah proses yang membiarkan roh kudus mengaktifkan serta mengkomunikasikan pesan Tuhan kepada Roh manusia dan menyampaikan informasi tersebut supaya benar-benar dapat dilihat atau didengar dalam akal pikirannya. Sebagai contoh mimpi-mimpi seperti (mimpi fantasi, mimpi khayalan, mimpi ingatan, mimpi rohani, mimpi profetik) sebagai penglihatan.[11]

1.5.5.      Latihan V (Maksud Tujuan Meditasi)
·         Apakah Yang Dimaksud Dengan Meditasi Kristiani?
Meditasi Kristiani adalah proses berpikir, imajinasi, dan menghafalkan yang bersifat progresif untuk menyimak firman Tuhan atau pewahyan yang diterima. Dalam hal ini diperlukan suatu proses pemikiran mengenai firman Tuhan yang diucapkan sampai kita benar-benar dapat:
a.       Mengerti makna atau arti dari hal-hal yang disampaikan.
b.      Mengetahui implikasi dari makna tersebut.
c.       Mengetahui tingkat keterlibatan dan partisipasi kita dalam melaksanakan firman Tuhan yang telah diwahyukan itu.
d.      Membangun kebenaran yang sehat dan seimbang di sekitar feman Tuhan yang telah diungkapkan kepada kita.[12]

·         Proses Meditasi
a.       Dalam proses meditasi Kristiani pertama-tama perlu untuk menerima dengan baik akan firman yang sudah diungkapkan. Mungkin kita menerima suatau firman Tuhan yang terulis di Alkitab untuk diterapkan bersama sebagai Tubuh Kristus. Firman yang Tuhan tujukan pada kita pribadi seseorang selalu datang kepada kita melalui pelayanan Roh Kudus.
b.      Selanjutnya kita mulai merenungkan makna dari hal yang baru saja kita terima dari Tuhan. Lalu kita mulai menimbang fakta-fakta yang diungkapkan berdasaarkan hal-hal yang sudah kita ketahui.
c.       Dalam bermeditasi kita harus mulai menggunakan kemampuan berpikir logis dari akal kita. Kita tidak dapat memilih untuk tidak menggunakan kemampuan berpikir ini, kecuali bagaimana dan atas dasar apa kita memilih untuk berbuat demikian. Sementara berpikir kita merenungkan, mengevaluasi dan menimbang bagaimana fakta-fakta yang bari saja diungkapkan akan mempengaruhi dan berdampak atas diri kita.
d.      Meditasi mencakup proses untuk menarik atau  mengambil kesompulan atau keputusan tertentu. Sementara berpikir kita memperhitungkan, membuat deduksi, dan menarik kesimpulan-kesimpulan terntu atas dasr penafsiran kita mengenai firman Tuhan tadi.
e.       Lalu kita mulai menjabarkan secara rinci mengnai rencana tindakan yang akan diambik untuk melaksanakan kesimpulan akhir.[13]

·         Praktik Yang Berbau Mistik (Okultisme)
Dalam praktek meditasi di luar kekristenan umumnya seseorang disuruh terlebih dahulu untuk mengosongkan pikirannya sehingga pada saat itu tenaga-tenaga dahsyat yang ada di jagad raya ini akan berkomunikasi dengan dia. Cara-cara seperti inilah yang disebut sebagai okultisme. Dan hal ini sesungguhnya mempraktikkan Hukum Kepasifan dan akan membuka peluang bagi masuknya roh-roh jahat (demonis).
Dalam meditasi Kristiani, orang yang bersangkutan akan beristirahat total tetapi pikirannya terus dipenuhi oleh firman Tuhan. Kehendaknya pun dapat tetap berfungsi bebas untuk mengatur arus pikiran-pikirannya. Ia tetap menggukan logika akal pikirannya dan memutuskan langkah-langkah positif tertentu untuk dapat mencapai dan menggenapi hal-hal yang diyakininya datang dari Tuhan. Ia berkerka sama dengan imannya dan membayar harga untuk memperoleh sukses. [14]

·         Bahaya Dari Sekadar Menggunakan Logika
Apabila kita memakai akal sehat untuk berpeikit atau menggunakan lohika atau memusatkan perhatian kita kepada suatu, kita perlu mengingat:
A.    Betapa Terbatasnya Penglihatan Kita Mengenai Situasi Apa Pun Yang Kita Hadapi
Terlepas dari tingkat kedewasaan atau pengalman hidup seseorang, kita hanya dapat mengetahui hal-hal yang tetrlihat dari luar. Yang sering kita lihat sesungguhnya bukan gambar seutuhnya. Kita hanya melihat sebagian dari keadaan yang tersembunyi. Itu sebabnya Alkitab mengajari kita jangan sekali-kali menghakimi atau menilai orang atas dasar penampilan luarnya (Yoh. 7:24)
B.     Tak Mungkin Untuk Seratus Persen Benar Dalam Menafsirkan Segala Keadaan
Oleh karena kita hanya memiliki kesimpulan kita sesungguhnya salah atau keliru. Karena itu, kita harus bergantung sepenuhnya pada kebenaran seperi yang diungkapkan oleh Roh Kudus untuk memberikan informasi mutakhir dari kebenaran yang tidak kita miliki.
C.     Ada Kemungkinan Bahwa Pada Dasarnya Kita Menaruh Asumsi Dan Harapan Yang Palsu
Apabila kita berpikir atau menggunakan logika berdasarkan data atau informasi yang tidak benar, terdapat kemungkinan bahwa kita sebenarnya memiliki pengharapan yang palsu atau antisipasi yang tidak realisris. Pengharapan kita yang tidak realistisbukan hanya dapat mengakibatkan kita terus-menerus berada dalam keadaan frustasi, tetapi juga menimbulkan tekanan ats semua hubungan kita dengan orang lain, yang seharusnya tidak terjadi. Oleh karena itu kita dapat dikuasai oleh perasaan-perasaan negatif, seperti perasaan marah, frustrasi, kecewa, dan rasa takut. Maka kita akan memarahi dan menuduh orang lain karena telah berharap kepada mereka dan merasa bahwa mereka telah mengecewakan kita sehingga harapan kita itu menjadi pupus.
D.    Ada Kemungkinan Dalam Menghadapi Situasi Tertentu Kita Akan Mengotot, Bersikap Dogmatis Dan Berprasangka
Melalui proses berpikir logis, pada akhirnya kita mencapai penafsiran-penafsiran tertentu mengenai apa yang kita pikirkan, ketahui, dan mengerti. Kadang-kadang, penafsiran-penafsiran kita bisa tidak rasionak atau kurang akurat, sebab informasi yang mendasarinya kitang akurat dan kurang lengkap. Apabila kita tidak menyadari  bahwa indormasi yang kita dapatkan sebenarnya keliru tetapi merasa begitu yakin bahwa pandangan kira sudah benar, meungkin kita akan mati-matian mempertahankan pendapat atau pandangan kita sendiri.[15]

Ø      MENGATASI MASALAH YANG KURANG BAIK
      Alam bawah sadar dari akal pikiran menyimpan setiap pengalaman yang terjadi dimasa lalu kita. Ia menyimpan beragam perasaan yang pernah dirasakan dan diekspresikan dalam setiap keadaan yang pernah dialami. Fungsi dari bagian bawah sadar pikiran adalah untuk membuka berkas-berkas memory tentang seluruh masa hidup kita, dan semuanya disimpan di bawah alam sadar kita dengan kategori yang berdeda. Kategori ini dari pengalaman dan keadaan itu dikelompokkan secara berbeda, tergantung kepada orang yang bersangkutan.[16]

Ø      SIKLUS PENYEMBUHAN AKAL PIKIRAN YANG BERMIMPI
I.       Mengingat kembali mimpi  kita
Untuk mengingat kembali mimpi kita sebaiknya kita menemukan pola yang paling cocok. Kebanyakan orang lebih suka mencatat mimpi mereka yang berkesan dalam sebuah jurnal pada pagi hari saat bangun tidur. Orang-orang lebih suka menyimpannya dalam ingatan dengan mengingat kembali mimpi tersebut dan langsung merenungkan apa arti mimpi tersebut.[17] Banyak orang mengalami kesulitan untuk mengingat mimpi, karena mereka telah terkecoh dengan asumsi dan sikap-sikap yang keliru, dan menganggap mimpi sebagai suatu hal yang tidak perlu dipikirkan dengan serius. Sikap dan perilaku demikian sering didasari dengan  pendapat bahwa mimpi itu:
a.       Fragmenter (terpecah-pecah) dan karena itu tidak ada gunanya.
b.      Bersifat remeh, paling-paling kejadian ulangan dari sehari-hari.
c.       Tidak logis, atau hanya menimbulkan kebingungan.
d.      Menjadi resah dalam pikiran, menjijikan secara moral, dan menakutkan.
e.       Kurang menarik dalam banyak hal, karena tidak ada alur cerita atau tema yang jelas.

II.    Menyimpan buku catatan tentang mimpi
Ada suatu keuntungan khusus bila memlihara sebuah buku catatan, karena dengan demikian akan mudah untuk mencatat, kemudian meninjau kembali mimpi-mimpi yang seperti cerita bersambung. Mimpi yang model cerita bersambung member suatu gambaran yang lebih lengkap mengenai kehidupan batiniah kita daripada hanya satu mimpi saja.

Ø      MENGATUR SUSUNAN MIMPI
a.       Perhatikan
Perhatikanlah perasaan-perasaan positif dan negative yang suka muncul dalam mimpi, seperti kesedihan, rasa bersalah, gairah seks, suka cita, cinta, dan sebagainya. Perhatikan juga suasana hati ketika anda bangun dari tidur.
b.      Catat
Catatlah ide-ide, pengertian ingatan dan bahkan firasat yang muncul di dalam akal pikiran akibat mimpi tersebut.
c.       Kenali
Perhatikanlah para pelaku yang muncul dalam mimpi. Kepada siapakah mereka mengingatkan kita? Bagaimana mutu hubungan kita dengan mereka dalam mimpi tersebut?[18]
d.      Akhir dari mimpi
Bagaimana mimpi itu berakhir? Apakah penyelesaian akhir dari mimpi itu sudah bersifat tuntas, atau hanya setengah tuntas atau tidak tuntas sama sekali? Kadang-kadang, bagaimana mimpi itu berakhir merupakan petunjuk mengenai tingkat yang telah dicapai dalam menyelesaikan masalahmasalah yang dimaksudkan oleh mimpi itu.
e.       Beri Judul
Cobalah untuk memberi sebuah judul pada mimpi itu di buku catatan anda.
f.       Buat ikhtisar
Buatlah sebuah ringkasan mengenai tema mimpi dan cobalah hubungkan mimpi itu dengan masalah-masalah penting yang sedang dihadapi dalam situasi dan hubungan tertentu pada saat ini. Gagasan aau strategi-strategi apakah yang terpikir oleh kita untuk meengadakan perubahan?[19]

Ø      ASPEK FISIOLOGIS MIMPI
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah dan intensitas mimpi biasanya mengalami peningkatan pada saat-saat orang mengalami krisis dalam kehidupannya dan juga pada masa-masa transisi. Bahkan tubuh pun mengalami perubahan fisiologis sewaktu bermimpi. Melalui mimpi, seringkali kita mulai mengerti sukacita atau trauma dan tekanan yang terus menerus mengejar kita. Tekanan-tekanan itu bersifat halus tetapi menguras habis tenaga mental dan emosional kita. Apabila gejala-gejala bahwa tekanan makin meningkat, kita hanya memerlukan waktu istirahat dan tidur yang secukupnya untuk menyembuhkan dan memulihkan kehidupan sehingga sehat kembali.[20]

Ø      MIMPI BURUK DAN PROSES MENUJU PENYEMBUHAN
I.       Mimpi buruk dan pesan-pesan yang tersirat di dalamnya
Mimpi buruk adalah mimpi yang menakutkan yang membuat kita terbangun dari tidur dan gelisah. Defenisi mimpi buruk menurut psikoanalisis adalah sesuatu dalam hati yang membuat orang bangun dari tidur dalam keadaan takut. Setiap mimpi buruk menawarkan sebuah pesan penting, bahkan mungkin suatu peringatan tentang masalah-masalah atau hubungan-hubungan tertentu yang belum berhasil kita bereskan. Dalam menyoroti rasa takut yang tersembunyi dalam diri kita, mimpi buruk justru dapat menjadi petunjuk yang bermanfaat untuk membawa kesembuhan dan pemulihan.[21]
II.    Mimpi buruk sehabis trauma
Penting untuk disadari bahwa mimpi-mimpi buruk sesudah suatu kejadian traumatis biasanya merupakan pertanda dari alam bawah sadar bahwa kita sedang bersaha mengatasi trauma tersebut. Pengalaman mendapat mimpi buruk pasca trauma itu merupakan sebuah sumber yang kaya informasi dan dapat membanu kita memfokuskan diri kepada upaya pemulihab sehubungan dengan persoalan-persoalan yang paling banyak melukai diri kita.[22]
III. Pemulihan dari mimpi buruk pasca trauma
Seberapa cepatnya kita pulih atau seberapa jauh kita mengalami kesembuhan sesudah mendapat pengalaman-pengalaman demikian, banyak tergantung kepada:[23]
a.       Seberapa besar dan dahsyat trauma yang telah dialami.
b.      Bagaimana kita merespon trauma tersebut.
c.       apakah kita merasa bersalah karena selamat dalam kejadian yang bersangkutan.
d.      kemampuan kita untuk dengan efektif membangan kembali hidup kita setelah mengalami trauma.
IV. Mengambil nilai positif dari mimpi buruk kita
Mimpi buruk yang kita dapatkan bias menyampaikan slah satu dari pesan informasi berikut ini:
a.       Mimpi buruk itu mungkin memperingati bahwa sebenarnya kita masih merasa terpukul olrh peristiwa tersebut.
b.      Mimpi buruk itu adalah cara untuk membantu kita mengerti seberapa jauh kesembuhan atau pemulihan yang sudah terjadi.
c.       Mimpi buruk itu membantu kita untuk segera mengatasi persoalan yang belum terselesaikan dari trauma itu atau dari masa lalu kita.
d.      Mimpi buruk itu mungkin membantu kita karena mngkomunikasikan kepada diri kita seberapa besar dampaik emosional trauma itu, supaya jangan membiarkan trauma itu terus mempengaruhi kehidupan kita.




II.                Tanggapan
2.1.            Setiap manusia terlahir tidak dengan akal pikiran yang sehat
Ketika dikatakan dalam buku ini bahwa setiap manusia yang diciptakan Tuhan memiliki akal budi (akal pikiran yang sehat), ditantang oleh buku “pikiran yang retak” dimana sejak lahir dia tidak memiliki akal pikiran yang sehat (idiot) dan ditambah juga dengan sebelas kepribadian pada dirinya sendiri. Mungkin bagi banyak orang, hal ini lumrah tetapi tidak bagi Robert B Oxnam. Dia memiliki gangguan kepribadian ganda bisa saja disebut sebagai penyakit Humpty-Dumpty atau para psikiater menyebutnya saat ini Gangguan Identitas Disosiatif (GID).[24]
Kepribadian ganda adalah suatu gangguan yang sagat ekstrem, tetapi hal itu bisa tidak diketahui selama berpuluh-puluh tahun lamanya, oleh sang pasien, keluarga dan teman dekat, bahkan oleh para ahli terapi yang sudah terlatih. Sebagian penjelasannya dapat ditemukan pada sifat gangguan itu sendiri: GKG terjadi secara diam-diam karena individu yang terdisosiasi tersebut mengubur suatu rahasia yang buruk di dalam dirinya, sehingga dia menjadi seorang spesialis, sering tanpa disadari dalam menyembunyikan diri dari orang lain.[25]Oleh karena itu langkah-langkah yang ditawarkan dalam merubh pola piker yang baik pada buku Jonathan David tidak bisa diterima kepada orang berkepribadian ganda.

2.2.            Perilaku buruk oleh pengalaman
Perilaku yang buruk juga bukan hanya dihasilkan oleh berbagai pikiran yang keliru tetapi juga didasarkan atas pengalaman pahit di masa kecilnya atau bisa dikatakan masa kecil suram karena kurangnya rasa kasih saying. Banyak orangtua yang melupakan sebagian waktunya untuk membesarkan anak-anak secara wajar. Para orangtua terkadang tidak pernah meenungkan nilai-nilai yang dikehendakinya untuk berkomunikasi kepada anak-anaknya dan mendiskusikan cara-cara terbaik untuk memastikan bahwa anak-anaknya memiliki rasa harga diri yang kuat. Oleh karena itu banyak kesalahan-kesalahan orangtua dalam mendidik anak seperti menananm “ranjau mental”, menunggu anak berprilaku buruk, tidak konsisten, menutup pintu komunikasi terbuka, dsb sehingga menyebabkan anak berprilaku buruk.[26] Menurut John M. Drescher si anak membutuhkan tujuh kebutuhan yang paling dasar dalam bertumbuh yaitu kebutuhan untuk berarti, rasa aman, diterima, mencintai dan dicintai, dipuji, disiplin dan kebutuhan untuk Tuhan.[27]

2.3.            Mengapa emosi identik dengan suara keras?
Dalam buku ini dikatakan bahwa apabila ita dalam keadaan marah atau emosi terhadap lawan bicara kita maka kita akan mengeluarkan suara yang keras terhadapnya. Tetapi dalam buku ini tidak menjawab mengapa bisa demikian. Menurut Enik Mutiarsih dalam bukunya “psikologi Remaja”, ketika dua orang sedang berada dalam situasi kemarahan, jarak antara kedua hati mereka menjadi amat jauh walau secara fisik mereka begitu dekat. Karena itu, untuk mencapai jarak yang demikian, mereka harus berteriak. Namun anehnya, semakin keras mereka berteriak, semakin pula mereka menjadi marah dan dengan sendirinya jarak hati yang ada diantara keduanya pun menjadi lebih jauh lagi. Karena itu mereka terpaksa berteriak lebih keras lagi.
Hal itu berbeda bila seseorang sedang jatuh cinta. Tak ada teriakan, mereka berbicara dengan suara yang lembut. Sehalus apapun merka bisa mendengarkan dengan begitu jelas, karena hati mereka begitu dekat, hati mereka tak berjarak. Pada akhirnya sepatah katapun tak perlu diucapkan. Sebuah pandangan mata saja amatlah cukup bagi mereka memahami apa yang ingin disampaikan. Oleh karena itu bila kita sedang dilanda kemarahan, janganlah hatimu menciptakan jarak. Mungkin di saat-saat itu, tidak mengucapkan kata-kata bisa menjadi cara yang bijaksana, karena waktu akan membantu mematangkan emosi.[28]

2.4.            Merubah pikiran dan perilaku yang buruk ke yang baik harus didukung lingkungan sekitar
Dalam buku Jonathan David diatas, dikatakan bahwa perilaku yang buruk bersumber dari pikiran dan konsep yang keliru dari pribadi itu sendiri. Oleh karenanya kita harus merubahnya dengan konsep pikiran yang baik dengan berbagai cara pribadi yang disebutkan diatas. Hal ini begitu riskan karena mengubah sosok orang yang terlibat kenakalan remaja tidaklah semudah itu. Menurut Sitanggang bahwa[29]: Kenakalan remaja dan pemuda bukanlah semata-mata muncul atau bersumber dari anak itu sendiri tetapi juga sebagai akibat pengaruh yang muncul dari luar diri anak. Kenakalan itu sering terjadi akibat dari kurangnya perhatian dan kasih saying orangtua terhadap mereka. Begitu juga pendapat Mangunhardjana[30] mengatakan: sebagai manusia yang mendekati masa dewasa, kaum muda sedang mengalami proses pertumbuhan mental, emosional, moral, maupun religious dengan segala permasalahannya.
Dengan segala masalah yang dihadapi oleh pemuda-pemudi saat ini, banyak diantara mereka yang telah membelakangi hidup peribadatan, atau kurangnya perhatian dan minat mereka terhadap hidup keagamaan. Situasi seperti inilah yang dapat menimbulkan keresahan bagi kehidupan masyarakat dan hidup di gereja. Orangtua sebagai pendidik utama bagi anak, haruslah melakukan fungsinya sebagi pendidik dan dapat menanggulangi kenakalan yang timbul pada anak melalui usaha-usaha pembinaan yang tepat guna.
Melalui usaha-usaha seperti inilah yang harus dilakukan orangtua, sehingga anak akan tergerak hatinya untuk berpikir positif, untuk beribadah, dan sekaligus mereka akan berubah dalam sikap dan perbuatan dalam hidupnya sehari-hari.

2.5.            Pikiran positif dalam pelayanan di gereja
Sehubungan dengan pentingnya pemikiran yang positif dalam segala aspek kehidupan, juga dalam pelayanan gereja di masa mendatang, sudahlah wajar apabila pemimpin gereja harus mampu mmberikan contoh yang teladan serta dapat menunjukkan ketransparansian dalam setiap kegiatan gerejawi. Jika tidak, para pemimpin gereja yang baru tidak akan bertahan menghadapi tantangan-tantangan terhadap iman mereka yang tidak dapat dielakkan. Kadang kala, tantangan-tantangan dalam misi menimbulkan sejumlah korban, yang harus diminimalkan oleh sikap yang bertanggung jawab dan penuh perhatian dari semua pihak yang terlibat.
Para pemimpin baru ini akan memerlukan keteguhan ketika berhadapan dengan pihak-pihak yang menentangnya, baik dari dalam maupun dari luar gereja. Oleh karena itu pemikiran positif sangat diandalkan dalam hal ini. Mereka harus berkomitmen untuk berjalan seumur hidup agar dapat mengembangkan kompetensi-kompetensi yang diperlukan untuk mempertahankan sisi kreatif mereka.[31]

2.6.            Kuasa Pengharapan
Belajar untuk percaya bukan sesuatu yang bisa kita peroleh di bangku sekolah. Kita tidak perlu juga pergi ke suatu biara terpencil untuk belajar tentang rahasia doa. Jawabannya tersembunyi dalam masalahnya. Apa yang harus kita lakukan Cuma memulai dari masalah yang Tuhan telah sediakan bagi kita. Bagi orang Kristen yang bertumbuh dalam iman, tidak mempunyai alasan untuk menyerah dengan sia-sia. Terkadang rumitnya masalah atau pekerjaan yang kita hadapi membuat kita mengatakan, “saya tidak dapat melakukannya”. Alasan satu-satunya yang membuat kita gagal dalam memenuhi peraturan-peraturan ini ialah penolakan kita untuk melakukan demikian.[32]
Di dalam alkitab telah jelas dikatakan, “Mintalah maka akan diberikan kepadaMu”. Dengan cara yang samar telah dikatakan disini bahwa kita harus percaya sebelum Tuhan memberikannya kepada kita. Doa dengan harapan atau iman yang benar senantiasa akan dijawab. Mimpi itu akan kenyataan. Sebuah pribahasa kuno Cina mengatakan, “Perjalanan seribu mil dimulai dengan sebuah langkah.” Langkah pertama dalam belajar yaitu bagaimana meningkatkan pengharapan, dan juga menemukan mengapa kita sukar untuk percaya, sedangkan Allah menciptakan kita untuk percaya.[33]

2.7.             Persiapan menggapai Mimpi
Ada pepatah mengatakan “Biar Lambat asal selamat”. Dengan mendengar pepatah ini, saya menjadi teringat dengan sebuah buku karangan Kosuke Koyama, seorang teolog Jepang yang melayani di Asia tenggara, yang berjudul Three Miles an hour God, Allah yang berkecepatan 3 mil perjam. Konon kecepatan manusia berjalan adalah 3 mil per jamnya. Jadi maksud judul buku itu adalah Allah kita adalah Allah yang berjalan bersama kita dengan kecepatan kita! Bukan dengan kecepatan super, lalu menggendong kita dan membawa kita ke tujuan (mimpi) dengan selamat dan tak kurang suatu apapun dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Dalam hal ini, kalau kita ingin keluar dari permasalahn kita, jangan berpikir kapan, tetapi pikirkanlah apa yang dapat kita pelajari dari sini! Apa yang hendak Allah ubah dari diri kita? Apa pesan yang hendak disampaikanNya kepada kita? Mungkin ketika kita sakit dan tak kunjung sembuh, Allah ingin kita belajar menyusun kembali prioritas dalam hidup kita. Mungkin ketika usaha kita mengalami kebangkrutan dan kita harus hidup susah, Allah mau kita belajar untuk tidak mengandalkan kekayaan dan tetap rendah hati.
Pelajaran hidup yang Alllah berikan terkadang terasa menjemukan dan membosankan. Namun, kalau kita lihat binatang saja dapat ‘berhitung’ karena dilatih setiap hari dengan cara yang sederhana, bukankah kita seharusnya sebagai manusia dapat belajar lebih lagi dalam pengulangan yang Allah biarkan? Dengan demikian, tidak ada diantara kita yang terlalu bodoh atau bebal untuk dapat memahami rencana Allah kalau kita mau belajar bersama Allah. MIMPI AKAN SEGERA TERWUJUD.[34]





III.             Kesimpulan dan Saran
3.1.            Kesimpulan
·         Akal budi hanya dimiliki oleh manusia dan harus digunakan sesuai dengan kehendak Allah.
·         Proses pembelajaran manusia pada dasarnya harus bergantung pada Allah dan mengikuti cara-caraNya.
·         Manusia hanya dapat menerima transfer akal pikiran dari Allah jika manusia tersebut tidak memanfaatkan kemampuan dan kehendaknya sendiri.
·         Untuk membangun akal pikiran yang sehat, manusia membutuhkan pola piker yang baik, berimajinasi, dan membiarkan Roh Kudus bekerja dalam hidupnya.
·         Mediasi Kristiani dapat dilakukan untuk menyimak dengan baik Firman Allah.
·         Dalam usaha untuk memahami Firman Allah, harus menghindarkan cara yang dominan menggunakan Logika.
·         Alam pikiran manusia tidak akan terlepas dari alam pikiran bawah sadar manusia, sehingga mimpi yang dimiliki manusia berperan dalam pembangunan akal pikiran manusia.

3.2.            Saran
Setelah kelompok membahas tentang isi buku ini, isinya sudah jelas bagus. Namun setiap karangan tentu memiliki kekurangan maupun kelebihan, maka kelompok menyarankan:
·         Buku ini sebaiknya membuat pendapat-pendapat para ahli, jangan hanya pendapat penulis.
·         Untuk memperkaya isi buku hendaklah menggunakan bahasa yang lebih mudah untuk dicerna agar pembaca awam tertarik untuk membacanya.











[1] Jonathan David, Pola Pikir yang Mengalami Terobosan, Nafiri Gabriel: hlm. 2.
[2] Jonathan David, Op.Cit., hlm. 9.
[3] Jonathan David, Op.Cit., hlm. 9-10.
[4] Jonathan David, Op.Cit, hlm. 15-16.
[5] Jonathan David, Op.Cit, hlm. 19-20.
[6] Jonathan David, Op.Cit, hlm. 20-21.
[7] Jonathan David, Op.Cit, hlm. 21-22.
[8] Jonathan David, Op.Cit, hlm. 24-27.
[9] Jonathan David, Op.Cit, hlm. 29-30.
[10] Jonathan David, Op.Cit, hlm. 38-40.
[11] Jonathan David, Op.Cit, hlm. 43-48.
[12] Jonathan David, Op.Cit, hlm. 69.
[13] Jonathan David, Op.Cit, hlm. 70-72
[14] Jonathan David, Op.Cit, hlm. 73.
[15] Jonathan David, Op.Cit, hlm. 74-77.
[16] Jonathan David, Op.Cit, hlm. 80-85.
[17] Jonathan David, Op.Cit, hlm. 90-98.
[18] Jonathan david, Op.Cit, hlm. 105.
[19] Jonathan david, Op.Cit, hlm. 106.
[20] Jonathan david, Op.Cit, hlm. 107-108.
[21] Jonathan david, Op.Cit, hlm. 118-119.
[22] Jonathan david, Op.Cit, hlm. 119.
[23] Jonathan david, Op.Cit, hlm. 120-121.
[24] Robert B Oxnam, Pikiran yang Retak, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007., hlm. 2.
[25] Robert B Oxnam, Op.Cit, hlm. 12.
[26] Kevin Steede, 10 Kesalahan Orangtua dalam Mendidik Anak + Solusi Bijak untuk Menghindarinya, Jakarta: Tangga Pustaka, 2008, hlm., 1-5.
[27] John M. Drescher, Tujuh Kebutuhan Anak, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992, hlm., 54.
[28] Enik Mutiarsih & Agus Sekti Susilo Atmojo, Memahami Psikologi Remaja, Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama, 2007, hlm., 52-53.
[29] B.A. Sitanggang, Membina Remaja Generasi Penerus Kehidupan Bangsa, Medan: Monara, 1987, hlm., 28.
[30] Mangunhardjana. A. M, Pendamping Kaum Muda, Yogyakarta: Kanisius, 1989: hlm., 12.
[31] Eddie Gibbs, Kepemimpinan Gereja Masa Mendatang, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011, hlm., 163.
[32] Katherine Paterson, Siapakah Aku ini, BPK Gunung Mulia, Jakarta 1999: hlm. 21.
[33] Merlin Carothers, Kuasa Pengharapan, Penerbit Gandum Mas, Malang 1991: hlm. 89.
[34] Yolanda Pantou, Orang Pintar Masuk Surga, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2009: hlm. 5-7.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar