MANAJEMEN STRATEJIK
I.
Isi Ringkas Buku
A.
Pendahuluan
1.
Mengapa manajemen
stratejik
Setiap
organisasi bisnis dihadapkan kepada dua jenis “lingkungan”, yaitu lingkugan
internal dan lingkungan eksternal. Salah satu implikasi kompleksitas dari perusahaan
atau organisasi adalah proses pengambilan keputusan yang semakin sulit dan
rumit. Untuk itulah diperlukan manajemen stratejik.[1]
·
Pemuasan Berbagai Pihak
yang Berkepentingan
Secara
internal, manajemen dihadapkan kepada tuntutan dan pemuasan kepentingan
berbagai pihak, seperti para manajer tingkat rendah, para pemegang saham, serta
para karyawan dan karyawati organisasi. Suatu organisasi bisnis yang besar pada
umumnya memperoleh modal dari para pemegang saham. Makin tinggi tingkat
keuntungan yang diraih oleh perusahaan, makin besar pula dividen yang akan
diperoleh oleh para pemilik saham tersebut.
Kelompok internal ketiga yang
berkepentingan adalah para anggota organisasi yang bersangkutan. Ketika para
anggota organisasi masuk ke perusahaan, mereka membawa serta berbagai hal
sperti pengetahuan keterampilan, pengalaman, bakat, pengalaman, latar belakang
sosial, kepribadian, sistem nilai, harapan dan beraneka ragam kebutuhan, baik
yang sifatnya kebendaan, maupun yang bersifat sosial, psikologis, mental dan
intelektual.
Di luar organisasi terdapat berbagai
kelompok yang berkepentingan yang juga harus dipuaskan oleh manajemen puncak. Pertama: para pemasok. Perusahaan
memerlukan keberadaan pemasok yang dapat diandalkan dalam arti mampu
menyediakan bahan yang diperlukan dalam jumlah yang sesuai dengan permintaan
perusahaan dengan mutu tinggi, tepat waktu dan teratur dalam penyerahannya. Kedua: para distributor dan agen. Para
distributor dan agen menjadi salah satu pihak yang berkepentingan karena mereka
turut berperan dalam menggugah minat dan animo para warga masyarakat terhadap
produk tersebut Ketiga : pemerintah. Sebagai pemegang kekuasaan dan wewenang
pengaturan, pemerintah menjadi pihak yang berkepentingan dengan berbagai
pertimbangan.[2]
·
Menghadapi tantangan
Eksternal
Berbagai
tantangan di masa depan antara lain ialah:
Globalisasi Ekonomi. Berbagai faktor yang
turut berpengaruh pada globalisasi di bidang ekonomi, industri dan perdagangan,
antara lain, adalah:
a.
Keberadaan
korporasi multi nasional dengan segala ciri dan kegiatannya,
b.
Meningkatkan
kesadaran di kalangan para negarawan di dunia,
c.
Sebagai
konsekuensi kesadaran di atas, timbul dorongan untuk mewujudkan kerja sama di
bidang ekonomi pada tingkat regional,
d.
Salah
satu tuntutan globalisasi ekonomi, yang menjadi fokus perhatian WTO adalah
keterbukaan semua negara bukan hanya dalam arti transparansi kebijaksanaan di
bidang ekonomi, moneter dan perdagangan, akan tetap keterbukaan dalam kegiatan
operasional bisnis yang diharapkan berarti tidak adanya pembatasan lalu lintas
barang,
e.
Dalam
era keterbukaan di bidang ekonomi, diharapkan kebijaksanaan yang proteksinistik
yang mungkin masih dianut oleh negara dan atau pemerintah tertentu
ditinggalkan,
f.
Timbulnya
berbagai tuntutan baru dalam dunia bisnis dalam bentuk pemenuhan berbagai
standar internasional.
Perubahan geopolitik. Usainya perang dingin
memang mengubah peta geopolitik dunia secara mendasar. Pengangguran. Tantangan yang tampaknya akan terus dihadapi oleh
berbagai negara, yang pada gilirannya memerlukan manajemen stratejik, adalah
masalah penciptaan lapangan kerja bagi para masyarakat. Peningkatan Taraf Hidup. Dalam kaitan ini manajemen puncak akan
dihadapkan kepada situasi bahwa yang diandalkan dalam penyelenggaraan bisniis
adalah keunggulan kompetitif, bukan keunggulan komparatif. Penyelenggaraan Bisnis berdasarkan Norma-norma Moral dan etika.
Penyelenggaraan yang demikian bukanlah tugas yang mudah. Kenyataannya
menunjukkan bahwa setiap organisasi bisnis dihadapkan kepada suasana persaingan
yang semakin tajam. Penyelenggaraan tersebut mencakup semua segi kehidupan
organisisional. Keanekaragaman Tenaga
Kerja. Yang dimaksud adalah konfigurasi ketenagakerjaan yang terdapat dalam
organisasi yang bersangkutan, yang diperoleh dari berbagai sumber tenaga kerja
domestik maupun internasional. Perkembangan
teknologi. Bagi para manajer tingkat puncak perkembangan tersebut mempunyai
ramifikasi (yang bersifat positif dan ada juga yang bersifat negatif) yang luas
dalam kegiatan mengelola organisasi. Faktor
demografi. Makin banyak manusia yang menikmati mutu hidup yang semakin
meningkat, antara lain berkat mutu gizi dan kemajuan yang diraih dalam bidang
kedokteran.[3]
2.
Pengertian Manajemen
Stratejik Dan Dimensinya
Dewasa ini
istilah strategi sudah digunakan oleh semua jenis organisasi dan ide-ide pokok
yang terdapat dalam pengertian semula tetap dipertahankan hanya saja
aplikasinya disesuaikan dengan jenis organisasi yang menerapkannya, karena
dalam arti yang sesungguhnya, manajemen puncak memang terlibat dalam satu
bentuk “peperangan” tertentu.[4]
·
Keputusan stratejik yang
bersifat multidimensional
Berbagai
dimensi keputusan stratejik berikut ini mutlak perlu dikenali dan
diperhitungkan.
-
Dimensi keterlibatan
manajemen puncak
-
Dimensi alokasi dana,
sarana dan Prasarana
-
Dimensi waktu keputusan
stratejik
-
Dimensi orientasi masa
depan
-
Konsekuensi isu
stratejik yang multifaset
-
Dimensi lingkungan
eksternal[5]
·
Tingkat-tingkat strategi
Untuk
suatu organisasi yang hanya terlibat pada satu bidang bisnis, strateginya hanya
dua tingkat, yaitu: strategi pada tingkat korporasi, dan strategi yang sifatnya
fungsional.
3.
Faktor-Faktor
Berpengaruh Dalam Rancang Bangun Sistem Manajemen Stratejik
a.
Tipe
dan struktur organisasi,
b.
Gaya
manajerial,
c.
Kompleksitas
lingkungan eksternal,
d.
Kompleksitas
proses produksi, dan
e.
Hakikat
berbagai masalah yang dihadapi.[6]
B.
Proses Manajemen Stratejik
1.
Ciri-Ciri Organisasi
Berkinerja Tinggi
1. Organisasi berkinerja
tinggi mempunyai arah yang jelas untuk ditempuhnya.
2.
Manajemen
yang berhasil menjadikan organisasi berkinerja tinggi selalu berupaya agar
dalam organisasi tersedia tenaga-tenaga berpengetahuan dan keterampilan tinggi
disertai oleh semangat kewirausahaan.
3.
Pada
organisasi berkinerja tinggi, para manajernya membuat komitmen kuat pada suatu
rencana aksi stratejik,
4.
Orientasi
suatu perusahaan berkinerja tinggi adalah “hasil” dan memiliki kesadaran yang
tinggi tentang pentingnya evektifitas dan produktivitas yang meningkat.
5.
Salah
satu sifat penting yang dimiliki oleh para manajer yang berhasil ialah
kesediaannya membuat komitmen yang mendalam pada strategi yang telah ditentukan
dan berupaya bersama seluruh komponen organisasi lainnya agar strategi tersebut
membuahkan hasil yang diharapkan.[7]
2.
Tahap-Tahap Dalam Proses Manajemen Stratejik
a.
Perumusan
misi organisasi (perusahaan),
b.
Penentuan
profil organisasi,
c.
Analisis
dan pilihan stratejik,
d.
Penetapan
sasaran jangka pendek,
e.
Penentuan
stategi induk,
f.
Penentuan
strategi operasional,
g.
Penentuan
sasaran jangka pendek, seperti sasaran tahunan,
h.
Perumusan
kebijaksanaan,
i.
Pelembagaan
strategi,
j.
Penciptaan
sistem pengawasan,
k.
Penciptaan
sistem penilaian,
l.
Penciptaan
sistem umpan balik.[8]
C.
Perumusan Misi Untuk Diemban
1.
Pengertian Misi
Misi ialah
maksud dan kegiatan utama yang membuat organisasi memiliki jati diri yang khas
dan sekaligus membedakan dari organisasi lain yang bergerak dalam bidang usaha
yang sejenis. Misi merupakan suatu bentuk pernyataan umum tetapi bersifat
lestari oleh manajemen puncak yang mengandung niat organisasi yang
bersaangkutan.[9]
2.
Perumusan Misi Dan
Cakupannya
Sumber ide
dalam perumusan misi suatu perusahaan dapat ditelusuri pada keyakinan,
keinginan dan cita-cita pendirinya. Artinya, ketika seorang wirausahawan
memutuskan mendirikan suatu badan usaha, ia barangkali dalam bentuk yang masih
sangat umum telah mempunyai pandangan dalam bidang apa perusahaan yang akan
didirikannya itu akan bergerak dan bagaimana ia akan mengelola perusahaan
tersebut. Apabila akan dilakukan perumusan misi yang baru, ada delapan hal yang
harus jelas terlihat, yaitu:
a.
Konsumen
dan pasar yang menjdi sasaran,
b.
Jasa
pelayanan yang akan diberikan,
c.
Wilayah
operasi perusahaan,
d.
Teknologi
yang akan dimanfaatkan,
e.
Pemantapan
keberadaan organisasi,
f.
Filsafat
bisnis yang akan diterapkan,
g.
Pengenalan
jati diri perusaahaan secara mantap,
h.
Citra
perusahaan yang ingin diproyeksikan ke masyarakat luas.[10]
D.
PENGENALAN LINGKUNGAN EKSTERNAL
Pengenalan lingkungan eksternal secara tepat
semaki penting karena:
a.
Jumlah
faktor-faktor yang berpengaruh itu tidak pernah konstan melainkan selalu
berubah ,
b.
Intensitas
dampaknya beraneka ragam,
c.
Ada
faktor-faktor eksternal yang merupakan “kejutan”yang tidak dapat diperhitungkan
sebelumnya betapa pun cermatnya analisis “SWOT” dilakukan,
d.
Kondisi
eksternal itu berada di luar kemampuan organisasi untuk mengendalikannya[11]
1.
LINGKUNGAN EKSTERNAL
YANG “JAUH”
·
Pertimbangan-pertimbangan
Ekonomi
Yaitu
berbagai faktor di bidang ekonomi dalam lingkungan mana suatu perusahaan
bergerak atau beroperasi. Tanpa memasuki berbagai teori ekonomi yang rumit itu
secara mendalam, mudah memahami bahwa sungguh banyak segi-segi perekonomian
yang mau tidak mau harus dipertimbangkan dan diperhitungkan. Hal-hal yang akan
disoroti berikut ini mencakup:
a.
Perkembangan
global di bidang ekonomi,
b.
Pertumbuhan
ekonomi dan pelestarian lingkungan,
c.
Kehadiran
korporasi multinasional,
d.
“kejutan”
dibidang energi, dan
e.
Pendanaan.[12]
·
Faktor-faktor Politik –
Faktor-faktor Sosial
Kekuatan
sosial politik, yang lebih populer dikenal dengan istilah “partai politik”,
yang eksistensinya resmi diakui di negara bangsa yang bersangkutan biasanya
dengan gaya, cara dan teknik-teknik tertentu berdasarkan tata krama politik
yang telah disepakati bersama berupaya sekuat tenaga untuk “menjual” program
politik masing-masing. Pengenalan faktor-faktor politik secara regional dan
global mutlak perlu karena dampaknya, baik yang bersifat positif maupun
negatif.
Pentingnya dampak faktor-faktor
sosial sangat penting pula disadari oleh para pengambil keputusan stratejik.
Berbagai faktor seperti keyakinan, sistem nilai yang dianut, sikap, opini dan
bahkan gaya hidup harus dikenali secara tepat. Tidak dapat disangkal bahwa
manusia selalu berupaya untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian tertentu
terhadap tuntutan sosial yang selalu berubah itu.
Berbagai implikasinya dalam bidang
sosial yang ada kaitannya dengan manajemen stratejik terlihat pada paling
sedikit lima hal, yaitu: pendidikan, faktor kultur, konfigurasi
ketenagakerjaan, faktor demografi, dan etos kerja sebagai faktor sosial.[13]
E.
Pentingnya Analisis
Internal Perusahaan Sebagai Instrumen Menciptakan Profil
1.
Pengembangan Profil
Perusahaan
Yang dimaksud dengan profil
perusahaan adalah penentuan kompetensi dan kelemahan perusahaan yang sifatnya
stratejik atau menentukan. Penentuan profil suatu perusahaan dilakukan dengan
mengidentifkasikan dan kemudian menilai faktor-faktor internal yang bersifat sratejik tersebut.
Faktor-faktor yang dimaksud adalah:
a)
Pendekatan
fungsi
Pendekatan
fungsi berupaya mengidentifikasi dan menilai faktor-faktor internal yang
mencakup kemampuan perusahaan, keterbatasannya, dan ciri-cirinya yang biasa dikategorikan
pada:
·
Posisi
Pasar
Suatu
perusahaan didirikan dan dikelola untuk menghasilkan produk tertentu, baik
berupa barang maupun jasa dengan beberapa pertimbangan seperti:
ü Karena perusahaan
memiliki keunggulan kompetitif dan atau komparatif sehingga produk yang
dihasilkan akan laku dijual di pasaran dengan harga yang kompetitif meskipun
perusahaan pesaing sudah memproduksi barang sejenis.
ü Produk yang dihasilkan
akan diperkirakan akan diminati para pengguna karena diperhitungkan akan
memuaskan sebagai kebutuhan mereka.
ü Jika dipasaran barang
yang sejenis telah beredar, produk perusahaan menjadi alternatif pilihan yang
menarik bagi para pengguna.
·
Keuangan
dan akunting
Salah
satu kendala yang sering dihadapi oleh banyak perusahaan adalah keterbatasannya
mengumpulkan dana yang mutlak diperlukan dalam mengelola perusahaan tersebut.
Untuk mengatasi hal tersebut tentu saja perusahaan harus mampu meningkatkan
pendanaan dengan cara berikut:
ü kemampuan memupuk modal
untuk jangka pendek. Biasanya pemupukan modal dalam jangka pendek diperlukan
untuk membiayai kegiatan-kegiatan operasional perusahaan.
ü kemampuan mencari modal
dalam jangka panjang, hal ini digunakan untuk investasi dan untuk memperbesar
perusahaan dan melakukan diversifikasi produknya.
ü struktur modal kerja
harus ditetapkan dengan jelas karena akan berkaitan langsung dengan pemanfaatan
kemampuan perusahaan itu sendiri.
ü identifikasi perumusan
strategi dalam pengembangan perusahaan.[14]
·
Produksi
yang berarti aspek teknis, dan operasional perusahaan
Organisasi
atau perusahaan yang dapat dikategorikan dikelola dengan baik adalah ketika
semua pihak yang terlibat dalam semua jenis kegiatan organisasi, baik yang
sifatnya manajerial, fungsional, administratif, teknis, dan operasional dapat
berpegang teguh pada prinsip efisiensi, efektifitas, dan produktifitas.
·
Sumberdaya
manusia
Manusia
merupakan unsur terpenting dalam setiap organisasi, termasuk organisasi bisnis,
dikatakan demikian karena sumber-sumber lain dalam organisasi seperti modal,
mesin, metode kerja adalah benda-benda mati yang hanya bermakna bagi organisasi
apabila digerakkan atau digunakan oleh manusia.
·
Struktur
Organisasi dan manajemen
Pengelolaan
berdasarkan pendekatan sistem bukanlah sesuatu yang timbul dengan sendirinya,
melainkan harus diupayakan secara sadar. Agar upaya tersebut membuahkan hasil
yang diharapkan maka perlu pertimbangan seperti: struktur organisasi, analisis
reputasi dari pandangan orang luar yang tidak termasuk anggota dalam
organisasi, citra manajemen, pola pengambilan keputusan, pola komunikasi dalam
organisasi, dan iklim kerja dan budaya organisasi.
b)
Pendekatan
analisis rincian operasional
Sasaran
penting dari analisis rincian operasional ialah agar para pengambil keputusan
stratejik dalam perusahaan semakin mengenali kekuatan dan kelemahan perusahaan
tersebut. Dalam melakukan rincian operasional, biasanya dua hal yang menjadi
sorotan perhatian pelaksanaan kegiatan-kegiatan pokok dan kegiatan-kegiatan
penunjang.
Pelaksanaan
kegiatan pokok. Yang dimaksud dengan kegiatan pokok ialah semua aktifitas yang
mempunyai tautan langsung dengan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi.
Contoh dari kegiatan pokok adalah produksi baik berupa barang dan jasa yang
dimaksudkan untuk memuaskan segala kebutuhan para pengguna, dan diminati oleh
para pengguna atau para calon pengguna
Yang
dimaksud dengan kegiatan-kegiatan penunjang adalah berbagai aktivitas yang
terselenggara dalam organisasi yang meskipun tidak memberikan kontribusi secara
langsung kepada keseluruhan upaya pencapaian tujuan dan sasaran utama
organisasi. Contoh dari kegiatan penunjang adalah, perihal pengadaan bahan,
pemanfaatan teknologi, manajemen sumber daya manusia, dan infrastruktur
perusahaan.
F.
Perumusan Sasaran Jangka Panjang Dan Strategi
Induk
1.
Penentuan Sasaran Jangka
Panjang
Para pakar manajemen stratejik pada
umumnya menekankan bahwa ada tujuh wilyah pengelolaan bisnis yang perlu
mendapat perhatian dalam menentukan sasaran jangka panjang, yaitu:
ü Perolehan keuntungan
Perolehan
keuntungan dalam jangka pendek bukanlah
suatu strategi bisnis yang tepat. Meskipun keuntungan besar untuk jangka pendek
diperoleh, tetapi hal itu mengakibatkan hilangnya kepercayaan berbagai pihak
yang berkepentingan kepada perusahaan. Untuk itulah ditekankan juga perolehan
keuntungan secara wajar serta perkembangan dan pertumbuhan perusahaan secra
wajar juga, dan hal ini tentu saja dilaksanakan dalam sasaran jangka panjang.
ü Produktivitas
Produktivitas
merupakan suatu wilayah kegiatan organisasi yang selalu tampak sebagai salah
satu sasaran jangka panjang. Artinya, suatu perusahaan yang ingin bertumbuh dan
berkembang selalu berupaya meningkatkan produktivitas kerja berbagai system
dalam orgaisasi tersebut, termasuk sistem manajemen, sistem fungsional, dan
sistem operasional.[15]
ü Posisi kompetitif
Salah
satu ciri dunia bisnis ialah terjadinya persaingan yang ada kalanya berlangsung
dengan ketat antara berbagai perusahaan yang menghasilkan produk yang sejenis,
baik berupa barang maupun jasa, dan bergerak di pasar yang sama. Setiap
perusahaan akan selalu berupaya untuk merebut pangsa pasar yang lebih besar.
Kemampuan merebut pangsa pasar yang lebih besar itu pada gilirannya akan
berakibat pada peningkatan kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan secara
berlanjut dan menjadikan perusahaan semakin mampu mewujudkan perkembangannya
dan pertumbuhan yang didambakannya.
ü Pengembangan sumber daya
manusia
Dewasa
ini di lingkungan bisnis semakin meluas kesadaran bahwa sumber daya manusia
merupakan unsur dan aset perusahaan yang paling penting. Artinya semakin
disadari bahwa manusia tidak boleh diperlakukan sebagai salah satu alat
produksi semata yang posisinya dan statusnya disamakan dengan alat-alat
produksi yang lain. Berangkat dari pandangan demikian, manajemen tampaknya
semakin sadar bahwa perusahaan harus berupaya untuk memuaskan berbagai
kepentingan dan kebutuhan para karyawan, baik yang sifatnya materi, sosial,
status, psikologis, dan kesempatan untuk bertumbuh dan berkembang.
ü Pemeliharaan hubungan
industrial
Salah
satu ciri “dunia kekaryaan” dwasa ini adalah pengakuan berbagai pihak seperti
pemerintah dan pengguna tenaga kerja terhadap hak para pekerja untuk membentuk
serikat pekerja. Hal ini harus dilihat sebagai mitra manajemen dalam upaya
pencapaian tujuan organisasi yang bersangkutan.
Oleh karena itu dewasa ini, umum diakui bahwa keberadaan serikat kerja dalam
suatu perusahaan bukan saja karena ketaatan manajemen pada tuntutan peraturan
perundang-undangan, tetapi untuk memberdayakan para pekerja tersebut.
ü Keunggulan teknologi
Merupakan
kenyataan yang tidak dapat disangkal bahwa untuk peningkatan efisiensi,
efktivitas, dan produktivitas kerja, suatu perusahaan tidak punya pilihan lain
kecuali memanfaatkan berbagai kemajuan dan terobosan yang terjadi dibidang
teknologi.
ü Tanggung jawab sosial
Tanggung
jawab sosial suatu perusahaan tidak terbatas kepada para pengguna produk yang
dihasilkannya, akan tetapi juga kepada berbagai pihak yang berkepentingan
eksternal, misalnya, suatu perusahaan harus berupaya menjadi “warga negara
korporasi” yang bertanggung jawab, antara lain taat kepada perundangan-undangan
yang diterbitkan oleh pemerintah, seperti membayar pajak penghasilan, pajak
pertambahan nilai, pajak ekspor, kesediaan berpartisipasi dalam kegiatan
sosial, bahkan kegiatan keagamaan yang berlangsung dalam masyarakat di sektor
perusahaan.
2.
Mutu Berbagai Sasaran
Jangka Panjang[16]
Sasaran
jangka panjang perusahaan adalah perlunya kriteria untuk mengukur apakah
perusahaan berhasil atau tidak menerapkan strategi yang tepat dalam rangka
pencapaian tujuan akhir. Berbagai kriteria yang dimaksud adalah mencakup:
ü Akseptabilitas
Manajemen
yang bertanggung jawab akan berupaya mengelola perusahaan yang dipimpinnya
berdasarkan norma-norma moralitas dan etika yang berlaku. Berarti sasaran
jangka panjang yang ditetapkan dapat diterima oleh berbagai pihak karena
didasarkan pada norma-norma yang dimaksud.
ü Fleksibilitas
Kenyataan
dan pngalaman menunjukkan bahwa selalu terjadi perubahan dalam lingkungan suatu
perusahaan. Betapapun cermatnya para pengambil keputusan stratejik melakukan
estimasi dan prakiraan tentang factor-faktor eksternal yang akan berpengaruh
terhadap jalannya roda organisasi, kemungkinan untuk timbulnya faktor-faktor
yang tidak dapat atau bahkan tidak mungkin diperhitungkan sebelumnya selalu
saja ada.
ü Dapat diukur
Sasaran
yang ingin dicapai hendaknya dinyatakan dengan jelas dan konkret. Kejelasan
yang dimaksud tidak hanya dalam arti jumlah sasaran tersebut yang sedapat
mungkin dinyatakan secara kuantitatif, akan tetapi juga batas kurun waktu dalam
mana sasaran diharapkan tercapai dan dengan pemenuhan standar mutu yang
bagaimana. Bagi para pelaksana kegiatan operasional kejelasan tersebut sangat
penting bukan hanya dalam arti menghilangkan keragu-raguan tentang apa yang
harus dicapai dalam kurun waktu tertentu di masa depan, akan tetapi juga
mencegah timbulnya salah pengertian dalam mengukur kinerja para pelaksana
kegiatan operasional tersebut.
ü Kriteria kesesuaian
Yang
dimaksud dengan kesesuaian adalah bahwa sasaran jangka panjang harus digali dan
merupakan rincian misi perusahaan dan misi merupakan rincian dari
kegiatan-kegiatan utama yang harus diselenggarakan dalam rangka pencapaian
tujuan akhir. Dengan menggunakan pendekatan demikian, maka berbagai pihak dalam
menjalankan fungsinya bekerja atas dasar pemikiran relevansi yang berarti bahwa
apapun yang terjadi dalam organisasi selalu relevan dengan misi yang harus
diemban dan relevan tujuan yang harus dicapai.
G.
Operasionalisasi
Strategi
Untuk melihat apakah strategi yang
telah ditentukan tepat atau tidak tidak hanya terletak pada akuratnya strategi
yang dilakukan melainkan terutama dan pada analisis terakhir terjadi pada waktu
strategi itu diimplementasikan. Strategi yang ditetapkan itu masih harus
diterjemahkan dan dirinci ke dalam tindakan yang konkret. Membahas tahap
implementasi suatu strategi suatu strategi ada tiga yaitu: (1) membuat sasaran
tahunan yang berperan sebagai pemandu; (2) merumuskan strategi dalam berbagai
bidang fungsional yang dikelola menjadi rencana aksi; (3) merumuskan dan
mengkomunikasikan berbagai kebijakan sebagai penuntun bagi para karyawan.
1.
Perumusan Sasaran
Tahunan
Strategi jangka panjang
berperan penting sebagai “rambu-rambu” bagi perusahaan yang bersangkutan.
Sasaran-sasaran merupakan strategi dasar dan menjadi wahana untuk mengukur
keberhasilan yang diraih. Untuk mengimplementasikan suatu strategi dasar
diperlukan suatu langkah yang kritikal yaitu mengidentifikasikan dan
mengkomunikasikan berbagai sasaran operasional tahunan. Keberhasilan mencapai
berbagai sasaran operasional tahunan sangat penting ditinjau dari tiga
kepentingan, yaitu: (a) lebih menjamin suksesnya pelaksanaan rencana jangka
panjang yang sifatnya menyeluruh; (b) meletakkan dasar yang kuat untuk
mengendalikan dan memantau kinerja organisasi; (c) sebagai alat pemicu bagi
manajemen puncak.
Semakin panjang jangka wawktu yang
diperlukan dalam merealisasikan suatu rencana, semakin kurang asumsi untuk
melenceng. Itulah sebabnya perlu pembuatan jangka panjang, dan itu merupakan
suatu tantangan bagaimana membuat sasaran dalam rencana jangka panjang dapat
dibuat dan berkualitas. Rencana jangka panjang yang baik sudah memberikan
gambaran global secara samar-samar tentang harapan dari sumber-sumber daya yang
akan mendukung realisasinya. Selain itu rencana jangka panjang juga mengandung
nilai-nilai manfaat dan indikator-indikator keberhasilan secara kualitatif.
Rencana jangka menengah adalah
tahapan menuju sasaran akhir (goal) yang ditetapkan dalam rencana jangka
panjang. Oleh karena itu rencana jangka menengah ini disusun berdasarkan pada
dokumen jangka panjang. Rencana jangka pendek merupakan suatu rencana kegiatan
yang konkret dan bersifat operasional sehingga bisa langsung dilaksanakan di
lapangan. Itulah sababnya rencana ini harus lebih detail karena akan menjadi
sasaran yang akan dicapai dalam waktu cepat.[17]
·
Ciri-ciri Berbagai
Sasaran Operasional Tahunan
Sasaran operasional
tahunan ialah hal-hal yang diharapkan oleh bagian-bagian satuan bisnis sebagai
sumbangsihnya kepada pencapaian strategi dasar yang telah ditetapkan. Dalam
menentukan sasaran tahunan itu tiga hal perlu mendapat perhatian, yaitu: (a)
keterkaitan dengan berbagai sasaran jangka panjang dan sasaran tahunan yang
terkoordinasikan; (b) konsistensi dalam sasaran tahunan yang tercermin pada
adanya tolak ukur dan skala prioritas; (c) berbagai manfaat yang dapat dipetik
karena adanya sasaran tahunan.[18]
Salah satu mekanisme yang sering
digunakan untuk menciptakan iklim terintegrasi dan koordinasi yang mantap ialah
dengan melibatkan para manajer yang terkait dalam proses perencanaan dan penyusunan
program kerja bagi berbagai satuan kerja yang dalam upaya mencapai sasaran
tahunannya harus bekerja sama sebagai tuntunan interaksi. Keterlibatan para
manajer tersebut dimaksudkan antara lain untuk:
1.
Mendiskusikan
dan memutuskan informasi apa yang diperlukan,
2.
Menyamakan
persepsi yang pada mulanya mungkin berbeda,
3.
Merumuskan
bentuk interpedensi, interrelasi, dan interaksi yang harus diwujudkan,
4.
Menyepakati
segi-segi kinerja yang bersifat kritikal, dan
5.
Memantapkan
keterkaitan antara sasaran rahunan dan sasaran jangka panjang.
·
Konsistensi dalam
Sasaran Tahunan
Menurut teori, sasaran
tahunan dari berbagai unit kerja dapat dikatakan konsisten satu sama lain
apabila dalam masing-masing sasaran dinyatakan dengan jelas apa yang ingin
dicapai. Berbagai faktor turut berpengaruh pada timbulnya tuntutan agar dalam
mengelola perusahaan ditentukan skala prioritas yang tajam dan jelas. Oleh
karena itu diperlukan skala prioritas yang pada intinya mendahulukan hal-hal
yang mendukung keberhasilan strategi induk atau kegiatan yang sifatnya kritikal
yang membangun.
·
Berbagai Manfaat dari
Adanya Sasaran Tahunan
Ada empat manfaat yang
dapat dipetik melalui operasionalisasi strategi dasar, yaitu:
1.
Terciptanya
kejelasan tujuan yang berperan sebagai penuntun bagi semua pihak. Artinya
adalah menyatukan gerak langkah semua komponen organisasi dalam meningkatkan
optimalisasi pemanfaatan sumber dana dan daya terutama SDM sehingga efisiensi
dan efektivitas kerja semakin tinggi.
2.
Sasaran
tahunan yang tepat akan mampu menjembatani keinginan yang telah dinyatakan
dalam strategi dan kenyataan di lapangan. Keterlibatan para manajer akan lebih
menjamin operasional karena mereka akan mengawasi dan membuat komitmen.
3.
Sasaran
tahunan dapat berperan dalam penyusunan anggaran, dan penjadwalan kegiatan.
4.
Akan
memotivasi untuk mencapai kinerja yang memuaskan dan tujuan dapat tercapai.
2.
Pentingnya Strategi
Bidang Fungsional
Untuk mencapai sasaran
yang telah ditetapkan diperlukan juga cara identifikasi dan penentuan strategi
bidang fungsional. Hal ini merupakan rencana jangka pendek dari suatu bidang
fungsional yang memainkan peranan kunci dalam keberhasilan suatu perusahaan
untuk mencapai tujuan dan berbagai sasaran jangka panjang. Tegasnya strategi
berbagai bidang fungsional lebih memperjelas makna dan hakikat suatu strategi
dasar dengan identifikasi yang lebih spesifik tentang bagaimana manajer harus
mengelola bidang-bidang fungsional tertentu di masa yang akan datang karena itu
tidak ada pilihan bagi manajemen kecuali mengembangkan berbagai strategi bidang
fungsional dengan memberikan perhatian utama pada bidang-bidang fungsional yang
penting, seperti pemasaran, keuangan, produksi, manajemen operasional,
penelitian dan pengembangan serta sumber daya manusia. [19]
3.
Perumusan Dan Komunikasi
Kebijaksanaan
Yang dimaksud dengan
kebijaksanaan adalah keputusan yang berperan sebagai petunjuk dalam cara
berpikir dan bertindak bagi para manajer dan bawahannya dalam rangka
operasionalisasi strategi organisasi yang telah ditetapkan oleh manajemen
puncak. Kebijaksanaan sangat penting peranannya sebagai pemandu kegiatan
pengendalian yang diperlukan agar sasaran organisasi tercapai dengan tingkat
efisiensi, efektivitas dan produktivitas yang setinggi mungkin. Berbagai
peranan kebijaksanaan dalam operasionalisasi strategi perusahaan antara lain
ialah:
1.
Kebijaksanaan
menyangkut pengawasan tidak langsung oleh manajemen puncak terhadap berbagai
kegiatan operasional dengan menetapkan tata cara pelaksanaan berbagai proses
dan kegiatan dalam organisasi.
2.
Berperan
dalam menentukan cara penanganan berbagai kegiatan.
3.
Kebijaksanaan
akan sangat mempermudah pemecahan berbagai masalah yang dihadapi.
4.
Kebijaksanaan
sangat membantu dalam melembagakan perilaku para anggota organisasi sehingga
praktek saling bertentangan dapat dikurangi.
5.
Mengurangi
ketidakpastian dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
6.
Pentingnya
kebijaksanaan dirumuskan dan ditetapkan secara tepat sehingga arah perubahan
menjadi jelas dampaknya.
7.
Menyediakan
suatu mekanisme kerja bagi para manajer operasional untuk menghindari keputusan
yang kurang matang.
Selain strategi yang direncanakan
dibutuhkan juga pengalaman. Pengalaman banyak orang menunjukkan bahwa
kebijaksanaan dapat dibuat lisan atau tertulis. Ini tergantung pada efektifitas
kerja, tetapi sebaiknya dibuat secara tertulis sebagai bukti kerja. [20]
H. PELEMBAGAAN STRATEGI
Tepatnya strategi terletak pada
implementasi strategi tersebut, pada waktunya rincian demikianlah yang
menyediakan “wahana” untuk mengkomunikasikan kepada para pelaksana kegiatan
operasional apa yang harus mereka kerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya.
Artinya untuk mencapai suatu tujuan dibutuhkan suatu operasionalisasi suatu
strategi yang harus dilembagakan.
Oleh karena itu pelembagaan strategi
sangat penting artinya dalam menumbuhkan pemahaman yang seragam di kalangan
para pelaksana kegiatan operasional yang berdasarkan prinsip sinergi menyatukan
gerak langkah masing-masing dengan gerak langkah orang lain dalam perusahaan
sebagai keseluruhan atau paduan satuan bisnis yang ditangani oleh berbagai
bidang fungsional. Terdapat tiga elemen organisasi yang paling mendasar yaitu:
struktur organisasi, kepemimpinan dalam organisasi dan kultur yang dianut oleh
organisasi.
1.
Struktur Organisasi Dan
Pelembagaan Strategi
Organisasi merupakan
wahana yang digunakan untuk mencapai tujuan dan berbagai sasaran, mengemban
misi dan mewujudkan suatu strategi melalui berbagai kegiatan operasional oleh
sekelompok orang yang terikat secara formal dalam hubungan manajerial pimpinan
dan anggota. Organisasi juga merupakan proses interaksi antara orang-orang
dalam organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya.
·
Prinsip-prinsip Dasar
Organisasi
1.
Kejelasan tujuan. Tujuan yang ingin
dicapai perlu dinyatakan dengan jelas dan eksplisit karena apapun yang terjadi
dalam organisasi berkaitan langsung dengan tujuan yang telah ditentukan.
2.
Kejelasan misi. Rumusan misi berperan
sebagai rambu-rambu yang harus diikuti dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan
fungsional dan operasional organisasi.
3.
Fungsionalisasi. Ada terbagi tiga
bagian yaitu:
a. Setiap fungsi yang
diselenggarakan harus dilembagakan;
b. Tidak ada satu fungsi
yang dipimpin lebih dari satu satuan kerja; dan
c. Semua fungsi harus jelas
satuan kerjanya.
4.
Kejelasan aktifitas. Menyangkut deskripsi
tentang tugas pekerjaan setiap orang dalam organisasi sehingga tidak terjadi
tumpang tindih.[21]
5.
Kesimbangan antara
wewenang dan tanggungjawab. Kedua hal ini harus seimbang.
6.
Pendelegasian tugas. Memberikan kesempatan
kepada para bawahan untuk turut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
7.
Pembagian pekerjaan. Karena keanekaragaman
tugas pekerjaan, terjadilah pembagian pekerjaan yang diwadahkan dalam berbagai
satuan kerja.
8.
Kesatuan arah. Semua persepsi harus
menuju kepada kesatuan.
9.
Kesatuan komando.
10. Rentang kendali. Dalam manajemen terdapat perdebatan yang
sifatnya perenial tentang penerapan prinsip ini.
11. Sentralisasi versus desentralisasi. Mengelola suatu
organisasi ada hal-hal tertentu yang merupakan hak prerogatif manajemen.
Artinya ada kegiatan-kegiatan tertentu yang diselenggarakan berdasarkan
pendekatan sentralisasi. Akan tetapi sebaliknya, tidak sedikit kegiatan yang
dapat diselenggarakan dengan desentralisasi.
12. Departementalisasi. Hal ini perlu karena aneka ragam bidang
fungsional, diversifikasi produk, seperti proses produksi, proses penanganan
informasi dan sebagainya.
·
Tipologi Struktur
Organisasi
Dari teori organisasi diketahui
bahwa struktur organisasi dimaksudkan untuk mempermudah jalannya koordinasi
antara berbagai satuan kerja yang terdapat di dalamnya dan sebagai alat untuk
mengawasi tindakan para anggotanya. Dalam upaya memilih struktur yang tepat
dari berbagai tipologi struktur organisasi, pada umumnya tiga komponen yang
harus dipetimbangkan, yaitu (a) kompleksitas berbagai aktifitas yang harus
dilakukan; (b) tingkat formalisasi yang berlaku dan; (c) penerapan konsep
sentralisasi versus desentralisasi dalam pengambilan keputusan.[22]
2.
Peranan Kepemimpinan
Dalam Pelembagaan Strategi
Adanya karyawan yang terampil,
loyal, memiliki dedikasi yang tinggi, sikap yang positif dan semangat kerja
yang tinggi sangat diperlukan dalam proses implementasi. Semuanya itu
memerlukan unsur lain yang peranannya sangat menentukan, yaitu kepemimpinan.
Tidak ada yang menyanggah kebenaran pendapat yang mengatakan bahwa kepemimpinan
merupakan suatu elemen organisasi yang sangat menentukan dalam implementasi
strategi. Hal-hal yang dikemukakan diatas berawal dari filosofi kepemimpinan
seseorang sangat tergantung pada pendekatan pemimpinnya.
·
Peranan Manajemen Puncak
Peranan seorang manajer puncak yang
menjadi katalisator utama bukan hanya dalam kelancaran perumusan tetapi juga
dalam implementasi. Manajer puncak juga memikirkan, merumuskan dan menentukan
strategi serta mengarahkan dan memantau pelaksanaannya. Peranan manajemen
puncak bersifat simbolik dan substantif dan juga mendorong tumbuhnya kegairahan
kerja dan komitmen yang besar di kalangan para manajer yang lebih rendah.
Manajemen puncak membutuhkan bantuan dan dukungan kelompok manajer yang lebih
rendah, tetapi manajer itu juga harus tetap kedudukannya. Oleh karena itu
manajemen puncak perlu melakukan penugasan para manajer kunci.[23]
3.
Peranan Kultur
Organisasi Dalam Pelembagaan Strategi
Setiap organisasi merupakan suatu
satuan kerja yang mempunyai ciri-ciri, kondisi, kepribadian, sistem nilai,
keyakinan, etos kerja dan masalah yang sifatnya khas. Salah satu aspek
organisasi yang unik sifatnya adalah kultur yang dianut dan berlaku bagi semua
orang dalam organisasi yang bersangkutan. Kultur itulah yang membedakan satu
organisasi dari organisasi lain, meskipun bergerak dalam kegiatan yang sama.
Yang dimaksud dengan kultur
organisasi adalah makna kehidupan bersama yang tercermin dalam berbagai asumsi
seperti tertulis, diakui dan diterima oleh masyarakat luas. Pemahaman kultur
organisasi mutlak sifatnya karena pemahaman setiap orang berbeda karena
tergantung pada sistem nilai, keyakinan dan etos kerja yang dianut oleh
organisasi.
·
Pengaruh Kultur
Organisasi pada Kehidupan Organisasional
Perlu disadari bahwa kultur dapat
berupa kekuatan, akan tetapi dapat pula menjadi kelemahan bagi suatu
organisasi. Kultur merupakan kekuatan kalau mempermudah dan memperlancar proses
komunikasi, mendorong berlangsungnya proses pengambilan keputusan yang efektif,
memperlancar jalannya pengawasan, dan menumbuhkan semangat kerja sama dan
memperbesar komitmen kepada organisasi. Sebaliknya kultur dapat menjadi sumber
kelemahan bagi organisasi apabila keyakinan dan sistem nilai yang dianut tidak
seirama dengan tuntutan strategi organisasi. [24]
·
Konektivitas Strategi
dengan Kultur
Strategi dan kultur memiliki
hubungan yang erat dalam inplementasi strategi. Dikatakan seperti itu karena
kultur memberi arahan tentang perilaku yang seharusnya ditampilkan oleh para
anggota organisasi, apa yang harus mereka lakukan, skala prioritas yang perlu
ditetapkan. Kultur menjebatani ketentuan-ketentuan formal dengan kenyataan di
lapangan.
I.
Pengawasan, Evaluasi,
Dan Umpan Balik Strategi
Suatu strategi dipilih dari sekian
banyak alternatif yang telah dianalisis dan dipertimbangkan dengan teliti dan
matang serta dilaksanakan dalam suatu kurun waktu tertentu. Maksudnya adalah
agar satu organisasi berada dalam kondisi dan posisi yang efektif dalam upaya
mencapai tujuan yang sering berubah-ubah oleh karena pengaruh lingkungan. Untuk
menentukan apakah implementasi strategi terlaksana dengan baik atau tidak,
manajemen perlu melakukan tiga tindakan, yaitu melakukan pengawasan, membuat
penilaian, dan menciptakan suatu sistem umpan balik yang sifatnya strategis.
1.
Pentingnya Fungsi
Pengawasan
Pengawasan dimaksudkan untuk lebih
menjamin bahwa semua kegiatan yang harus diselengarakan dalam suatu organisasi
didasarkan pada suatu rencana. Pengawasan dilakukan untuk mencegah terjadinya
kesalahan dalam operasionalisasi suatu rencana sehingga kegiatan itu dapat terlaksana
dengan baik begitu juga dengan tingkat efisiensi, efektifitas yang tinggi. Cara
konseptual dan filosofis pentingnya pengawasan berangkat dari kenyataan bahwa
manusia tidak ada yang sempurna.
·
Teknik-teknik pengawasan:
Untuk mengetahui dengan jelas apakah
penyelenggarakan kegiatan operasional sesuai dengan rencana atau tidak, dan
apakah terjadi deviasi, atau tidak. Manajemen perlu mengamati jalannya kegiatan
operasional tersebut. Berbagai teknik yang dapat digunakan antara lain:
1.
Pengamatan
langsung atau observasi oleh manajemen untuk melihat sendiri bagaimana caranya
para pertugas menyelenggarakan kegiatan dan menyelesaikan tugasnya.
2.
Melalui
laporan baik tertulis maupun lisan.
3.
Melalui
penggunaan kuesioner, untuk menggali informasi tentang situasi yang dihadapi di
lapangan.
4.
Melalui
wawancara, apabila diperlukan wawancara dengan para pekerja dapat dilakukan
dalam rangka pengawasan.
·
Manfaat Hasil Pengawasan
Manfaat terpenting dari pengawasan
adalah: (a) tersedianya bahan informasi bagi manajemen tentang situasi nyata
dimana organisasi itu berada; (b) dikenalinya faktor-faktor pendukung
terjadinya operasionalisasi rencana dengan efisien dan efektif; (c) pemahaman
tentang berbagai faktor yang menimbulkan kesulitan dalam penyelenggaraan
operasional; (d) langkah-langkah apa yang segera diambil untuk menghargai
kinerja yang memuaskan dan (e) tindakan preventif apa yang segera dapat
dilakukan agar deviasi dari standar tidak terus berlanjut.[25]
2.
Penilaian Sebagai Fungsi
Manajerial Yang Stratejik
Para manajer yang melakukan
penilaian akan menemukan satu dari tiga bentuk temuan, yaitu: (a) hasil yang
dicapai melebihi harapan dan target; (b) hasil yang dicapai sama dengan harapan
dan target; (c) harapan yang dicapai kurang dari harapan dan target. Berbagai
sasaran penilaian adalah seluruh faktor organisasional yang seluruhnya dapat
berbentuk: mempertahankan apa yang sudah ada, mengubah seluruh faktor
organisasional, mengubah hanya sebagian dari faktor-faktor. Yang menjadi
sasaran penilaian termasuk juga tujuan yang hendak dicapai, misi, strategi,
struktur organisasi, manajemen, dan pengambilan keputusan.
3.
Pentingnya Peranan Umpan
Balik
Semua informasi yang diperoleh dalam
menjalankan roda organisasi perlu dijadikan sebagai umpan balik. Pihak yang
bertanggungjawab untuk sistem umpan balik adalah manajemen puncak dan harus
mengandung informasi yang aktual. Lengkap dan dapat dipercaya. Sistem umpan
balik merupakan cara yang handal dan penting dalam manajemen.
II.
Tanggapan
1.
Pemimpin dalam
berstrategi
Untuk dapat bergerak dan
bisa sampai ke tujuan, maka seorang pemimpin harus memiliki suatu gambaran yang
jelas akan apa hendak dilakukan dan ingin menjadi apa dalam satu tahun, lima
tahun dan sepanjang hidupnya. Seorang pemimpin tidak dapat memimpin orang lain
dalam mendefinisikan sasaran-sasaran mereka bila dirinya sendiri tidak
mengetahui sasarannya. Beberapa langkah dasar yang perlu dilakukan untuk
menentukan sasaran-sasaran organisasi :
1.
Kumpulkan
orang-orang kunci yang dapat memimpin orang lain dan mengajak mereka untuk bermimpi
dan berfikir tentang apa yang harusnya dicapai dalam kurun waktu lima tahun.
2.
Pada
awal proses ajaklah orang lain.
3.
Prioritaskan
banyak ide baik yang akan diperoleh dan diputuskan setiap tahun.
4.
Analisislah
langkah apa yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran itu.
5.
Perkirakan
biaya yang diperlukan.
6.
Tugaskan
orang tertentu dalam melaksanakan tugas tersebut.
7.
Komunikasikanlah
sasaran anda dengan cara-cara yang menarik, baik dan wajar.
8.
Ingatlah
bahwa anda ada dalam suatu proses dimana setiap tahun situasi akan berubah
Setiap sasaran yang hendak dicapai
harus mempunyai suatu maksud. Sehingga terlebih dahulu kemukakanlah mengapa
perlu melakukan sesuatu dan apa sasarannya. Tapi perlu diperhatikan bahwa ada
perbedaan sasaran dan maksud yaitu bahwa sasaran dapat diukur. Karena itu perlu
untuk menentukan tanggal kapan sasaran akan tercapai, namun disamping itu perlu
juga untuk mengukur sejauh mana sasaran itu tercapai, apakah benar-benar
tercapai atau tidak.
Manajemen
memadukan segala sesuatu di dalam suatu tatanan yang mencakup sumber daya
dengan tujuan tertentu dengan menghasilkan kinerja yang tangguh. Kinerja yang
tangguh ialah mencakup hasil yang baik, tidak tercela dalam mencapai tujuan,
beruntun dalam pemikiran dan aksi, awet dan tidak cepat gugur, tidak sombong dalam
menempatkan diri, mengikuti perkembangan zaman, ulet dalam pelaksanaannya dan
konsekuen dalam tindakannya.[26]
Dengan demikian manajemen adalah suatu tindakan menangani, mengontrol dan
mengarahkan sesuatu pekerjaan secara
kerja sama dengan orang lain di dalam sesuatu institusi lembaga maupun suatu
perusahaan.[27]Manajemen
juga dimengerti sebagai sebuah disiplin ilmu yang banyak mengajarkan tentang bagaimana pengelolaan suatu
organisasi atau lembaga yang dilakukan secara bersama- sama.[28]
Ada
beberapa hal yang diperlukan untuk melaksanakan tujuan, misi. visi dan sasaran,
yaitu:
Ø gereja harus sebagai
terang, dimana setiap orang dapat menjadi teladan, contoh, pembimbing,
perintis, pelopor untuk perbuatan atau kegiatan-kegiatan yang baik dan benar
Ø gereja harus sebagai
garam, dimana setiap orang bermanfaat bagi kehidupan sekelilingnya (namun tidak
pamer)
Ø gereja sebagai ragi,
dimana setiap orang mampu memberikan nilai tambah (lih: Matius 13:33).[29]
Manajemen
strategi dapat menciptakan organisasi yang memberikan pelayanan yang memuaskan
kepada pelanggan, sehingga gereja harus dapat mempertahankan diri dalam era
globalisasi, dan juga sebagai pemeliharaan dengan mempertahankan keunggulan
yang berkelanjutannya. Adapun manajemen strategi mempunyai beberapa tugas
kritikal, yaitu:
Ø Memformulasi misi
gereja, dengan tujuannya.
Ø Mengembangkan gereja
dengan kondisi internal dan kemampuan
Ø Memilih beberapa tujuan
jangka panjang untuk mencapai apa yang diinginkan
Ø Mengembangkan tujuan
tahunan dan strategi jangkan pendek dengan tujuan jangka panjang dari seluruh
strategi
Ø Mengimplementasikan
pilihan strategi dengan alat sumber daya yang dianggarkan, dengan memadai
tugas-tugas.
Ø Keberhasilan dalam
menjalankan strategi adalah masukan pengambilan keputusan masa yang akan
datang.[30]
Sebagai mana dijelaskan diatas bahwa
manajeman strategi juga mengembangkan gereja dengan kondisi internal dan
kemampuan, maka potensi dari setiap orang harus ditata dengan mengarahkan
potensi yang melekat dari dirinya untuk mendukung tujuan-tujuan gereja.
Sehingga dengan demikian harus ada sinkronisasi antara tujuan organisasi dengan
tujuan individu di dalam organisasi, tidak membuat perbedaan antara keduanya,
tercapai tidaknya tujuan adalah usaha dari keduanya.[31]
Hal yang perlu kita ketahui ialah
bahwa kerjasama antara kelompok dan setiap anggota (individu) yang berlebihan
itu dapat merugikan, apa yang baik bagi kelompok baik juga bagi diri sendiri,
sehingga dalam kerjasama kita perlu bertanggungjawab atas diri sendiri dan
kebutuhan pribadi, dan seorang pemimpin perlu siap sedia agar mampu
mempergunakan strategi dan cara untuk menyelesaikan ketegangan yang
memungkinkan kebutuhan pribadi dan kelompok terpenuhi.[32]
Pemimpin dalam melakukan pengawasan
dilakukan dengan cara yang benar, tidak ada intervensi dalam pengawasan, tetapi
harus tegas, jujur, dan serius, serta transparan. Dengan membicarakan
transparansi dan menciptakan budaya keterbukaan, sebenarnya kita sedang
membicarakan aliran informasi yang bebas di dalam dan diantara organisasi dan
para pemegang sahamnya, termasuk masyarakat. Keefektifan organisasi, kemampuan
bersaing, menyelesaikan masalah, berinovasi, mengatasi tantangan, dan meraih
tujuan adalah hal-hal yang penting, namun jika dalam organisasi kesulitan dalam
hal kebenaran informasi karena di dalam organisasi tersebut tertutup, maka itu
turut mempengaruhi kinerja. Agar informasi bisa mengalir dengan bebas maka
semua dalam organisasi itu harus memiliki kebebasan untuk berbicara secara
terbuka begitu juga dengan manajernya.[33]
Kebijaksanaan seorang pemimpin terlihat
ketika ia dilanda kesulitan, dan ia akan menjawab tantangan itu dengan berani
mengambil inisiatif, tetapi terlebih dahulu ia mengidentifikasi masalah, ia
menyodorkan pemecahan masalah (solusi), ia mampu mendelegasikan tugas, ia tahu
cara memotivasi orang lain, dan ia ikut bekerja itulah ciri-ciri pemimpin yang
baik dalam mengambil keputusan.[34]
2.
Operasionalisasi
strategi
Melalui
Ketiga tahap yang diberikan (pada bagian isi mengenai operasionalisasi
strategi) tersebut membutuhkan pelaku dari usaha itu, oleh karena itu perlu
dilakukan pemantapan SDM, dan itu adalah bagian dari strategi manajemen.
Sejumlah teknik perencanaan telah dikembangkan orang guna membantu para
manajer. Diantaranya adalah proses masuknya orang ke dalam perusahaan,
bertahannya orang dalam perusahaan, dan keluarnya dari perusahaan, sesuai
dengan sasaran keseluruhan perusahaan. Pilihan pimpinan mengenai strategi dalam
bidang SDM akan bergantung kepada nilai yang dianut oleh mereka yang berkuasa
dalam perusahaan.
Perencanaan SDM berusaha
menganalisis berbagai faktor yang mungkin mempengaruhi penawaran atas dan
permintaan akan tenaga kerja, dengan maksud untuk memaksimumkan kinerja
perusahaan di masa depan. Jadi perencanaan bagi tenaga kerja dalam perusahaan
meliputi usaha untuk memperoleh: orang yang tepat, jumlah yang tepat, dengan
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang tepat.[35]
3.
Keuntungan berstrategi
Jika kita
menerima contoh alkitabiah yang menyangkut pragmatisme yang disucikan dalam
merencanakan strategi, kita akan mendapatkan banyak keuntungan, diantaranya
adalah:
a.
Efisiensi
kerja meningkat
b.
Efektifitas
kerja dapat diukur
c.
Ketidakberesan
yang mungkin timbul dapat diketahui dan diperbaiki secara dini
d.
Anggota-anggota
kelompok kerja dapat dipersatukan
e.
Memudahkan
perihal pertanggungjawaban
f.
Membantu
orang lain dalam menyusun suatu strategi[36]
III.
Kesimpulan dan Saran
v
Kesimpulan
Ø Adanya implikasi
kompleksitas dari perusahaan atau organisasi sehingga proses pengambilan
keputusan yang semakin sulit dan rumit. Untuk itulah diperlukan manajemen
stratejik.
Ø Misi ialah maksud dan
kegiatan utama yang membuat organisasi memiliki jati diri yang khas dan
sekaligus membedakan dari organisasi lain yang bergerak dalam bidang usaha yang
sejenis.
Ø Misi merupakan suatu
bentuk pernyataan umum tetapi bersifat lestari oleh manajemen puncak yang
mengandung niat organisasi yang bersangkutan.
Ø Yang dimaksud dengan
profil perusahaan adalah penentuan kompetensi dan kelemahan perusahaan yang
sifatnya stratejik atau menentukan.
Ø Penentuan profil suatu
perusahaan dilakukan dengan mengidentifkasikan dan kemudian menilai
faktor-faktor internal yang bersifat
sratejik tersebut.
Ø Adanya Pelaksanaan
kegiatan-kegiatan pokok dan kegiatang kegiatan penunjang.
Ø Kegiatan pokok ialah
semua aktifitas yang mempunyai tautan langsung dengan pencapaian tujuan dan
sasaran organisasi.
Ø Kegiatan-kegiatan
penunjang adalah berbagai aktivitas yang terselenggara dalam organisasi yang
meskipun tidak memberikan kontribusi secara langsung kepada keseluruhan upaya
pencapaian tujuan dan sasaran utama organisasi.
Ø Untuk melihat apakah
strategi yang telah ditentukan tepat atau tidak tidak hanya terletak pada
akuratnya strategi yang dilakukan melainkan terutama dan pada analisis terakhir
terjadi pada waktu strategi itu diimplementasikan.
Ø Pelembagaan strategi
sangat penting, maka terdapat tiga elemen organisasi yang paling mendasar
yaitu: struktur organisasi, kepemimpinan dalam organisasi dan kultur yang
dianut oleh organisasi.
4.
Pengawasan Dalam
Strategi
Pada organisasi banyak
terjadi kasus-kasus yang notabene tidak dapat terselesaikan secara kompleks
atau menyeluruh dikarenakan tidak tepatnya waktu dalam penyelesaian, anggaran
yang berlebihan serta kegiatan lain yang menyimpang dalam semula. Oleh karena
itu dalam melakukan strategi atau rencana perlu kiranya melakukan pengawasan.
Robert J. Mockler mengatakan bahwa
menurutnya pengawasan adalah usaha sistematik untuk menetapkan standar
pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik,
membandingkan kegiatan nyata dengan standar, menentukan dan mengukur
deviasi-deviasi dan mengambil tindakan koreksi yang menjamin bahwa semua sumber
daya yang dimiliki telah dipergunakan dengan efektif dan efisien.
a.
Bentuk-bentuk
pengawasan
1.
Pengawasan
pendahulu (feeforward control, steering controls)
Yaitu dirancang untuk mengantisipasi
penyimpangan standar dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum kegiatan
terselesaikan. Pengawasan ini akan efektif bila manajer dapat menemukan
informasi yang akurat dan tepat waktu tentang perubahan yang terjadi atau perkembangan
tujuan.
2.
Pengawasan
Concurrent (Concurrent control)
Yaitu pengawasan antara “ya-tidak”
dimana suatu aspek dari prosedur harus memenuhi syarat yang ditentukan sebelum
kegiatan dilakukan guna menjamin ketepatan pelaksanaan kegiatan.
3.
Pengawasan
umpan balik (feedback control, past-action controls)
Yaitu mengukur hasil suatu kegiatan
yang telah dilaksanakan, guna mengukur penyimpangan yang mungkin terjadi atau
tidak sesuai dengan standar.
b.
Tahap
proses pengawasan
1.
Tahap
penetapan standar
Tujuannya adalah sebagai sasaran,
kuota, dan target pelaksanaan kegiatan yang digunakan sebagai patokan dalam
pengambilan keputusan.
2.
Tahap
penentuan
Pengukuran pelaksanaan kegiatan.
Digunakan sebagai dasar atas pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan secara
tepat.
3.
Tahap
pengukuran
Pelaksanaan kegiatan beberapa proses
yang berulang-ulang dan kontinue, yang berupa atas, pengamatan, laporan,
metode, pengujian dan sampel.
4.
Tahap
perbandingan
Pelaksanaan dengan standar dan
analisa penyimpangan digunakan untuk mengetahui penyebab terjadinya
penyimpangan dan menganalisanya mengapa bisa terjadi demikian, juga dipakai
sebagai alat pengambilab keputusan bagai manajer.
5.
Tahap
pengambilan tindakan koreksi
Tindakan koreksi bila diketahui
dalam pelaksanaannya terjadi penyimpangan, dimana perlu ada perbaikan dalam
pelaksanaan.
c.
Perencanaan
proses pengawasan.
William H. Newmen menetapkan
prosedur sistem pengawasan, dimana dikemukakan lima jenis pendekatan yaitu:
1.
Merumuskan
hasil yang diinginkan yang dihubungkan dengan individu yang melaksanakan.
2.
Menetapkan
petunjuk, dengan tujuan untuk mengatasi dan memperbaiki penyimpangan sebelum
kegiatan diselesaikan, yaitu dengan:
·
Pengukuran
input
·
Hasil
pada tahap awal
·
Gejala
yang dihadapi
·
Kondisi
perubahan yang diasumsikan.
3.
Menetapkan
standar petunjuk dan hasil dihubungkan dengan kondisi yang dihadapi.
4.
Menetapkan
jaringan informasi dan umpan balik, dimana komunikasi pengawasan didasarkan
pada prinsip manajemen by exception yaitu atasan diberi informasi bila terjadi
penyimpangan dari standar.
5.
Menilai
informasi dan mengambil tindakan koreksi, bila perlu suatu tindakan diganti.[37]
5. Teknik pengawasan yang cocok dalam Gereja
Ketika dalam suatu gereja, dalam
manajemen strateginya perlu adanya pengawasan. Melalui pengawasan tersebut
perlu melaksanakan beberapa teknik yang dianggap cocok diantaranya adalah:
·
Kasih
kesempatan kepada orang
Yaitu
dalam strategi suatu pengawasan perlu kiranya memberikan kesempatan kepada
setiap jemaat.
·
Memakai
manajemen Strategi.
·
Menggunakan
angket
Yaitu
kepada jemaat masing-masing diberikan angket yang berisikan penilaian mengenai
pembangunan gereja baik pembangunan fisik maupun non fisik dan penilaian
terhadap para perangkat gereja. Angket tersebut juga dapat berupa wawancara,
evaluasi, ujian, dsb.
·
“Jujur
atau tidak”
Maksudnya
adalah melalui angket yang telah diusulkan maka dapat diketahui mengenai
kejujuran dari jemaat tersebut.
·
Verifikasi
Yaitu
sebagai laporan pertanggungjawaban jemaat.
·
Mendengar
masukan
Yaitu
para perangkat gereja harus bisa saling mendengarkan setiap masukan untuk
kepentingan gereja mengarah kepada yang lebih baik.
v
Saran
Dalam hal melakukan strategi,
perencanaan tersebut merupakan hal yang mutlak yang perlu dalam dalam kegiatan
manusia. Ketika melakukan perencanaan membuat strategi, orang haruslah melalui empat
komponen pokok, diantaranya:
Ø Seseorang atau sekelompok, yaitu bahwa semua kegiatan manusia
selalu berawal dengan manusia.
Ø Motivasi, yaitu segala sesuatu yang dikerjakan haruslah beralasan.
Alasan tersebutlah yang merupakan motivasi.
Ø Menentukan sasaran, sasaran mempunyai arti yang lebih khusus
daripada tujuan, yaitu bahwa sasaran lebih banyak dipakai untuk mengacu pada
hal-hal yang bersifat konkret.
Ø Strategi, strategi adalah cara yang dipakai untuk mencapai sasaran
yang telah ditentukan sebelumnya.[38]
Adapun
hal-hal lain yang diperlukan dalam berstrategi, yaitu:
Ø Apabila ingin hasil yang
lebih optimal, serta perkembangan usaha dengan tepat maka perlu diadakan
evaluasi.
Ø Membuat catatan-catatan
tentang hasil pekerjaan dan tinjauan-tinjauan atas prestasi, maka perlu dibuat
catatan-catatan seperti: apakah program pelatihan yang direncanakan telah
dilaksanakan?; laporan untuk memeriksa apakah berbagai pekerjaan telah mencapai
sasaran?; bukti atas evaluasi seperti apakah pengawasan yang dilakukan
memberikan hasil yang positif; dan tinjauan pusat seperti apakah rencana
pengembangan manajemen berhasil mencapai tujuannya?[39]
Ø Dalam berstrategi, harus
sudah memikirkan berbagai dampak yang akan dihadapi, baik yang positif dan juga
negatif.
Ø Dalam berstrategi,
terkhusus pada strategi yang bersifat kelompok, maka kekompakan antar pribadi
benar-benar harus diperhatikan.
Ø Kembali kepada keimanan
manusia, bahwa ketika manusia hendak membuat rencana berstrategi, maka harus
didasari dengan doa dan menyerahkannya kepada Tuhan, agar strategi dapat
berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan ditargetkan.
[1]
Sondang P. Siagian, Manajemen Stratejik, Jakarta: Bumi Aksara, 2007, hlm. 1
[2]
Sondang P. Siagian, Op. Cit; hlm. 1-4
[3]
Sondang P. Siagian, Op. Cit; hlm. 4-15
[4]
Sondang P. Siagian, Op. Cit; hlm. 15-17
[5]
Sondang P. Siagian, Op. Cit; hlm. 17-20
[6]
Sondang P. Siagian, Op. Cit; hlm. 23-26
[7]
Sondang P. Siagian, Op. Cit; hlm. 27-30
[8]
Sondang P. Siagian, Op. Cit; hlm. 30-41
[9]
Sondang P. Siagian, Op. Cit; hlm. 43-46
[10]
Sondang P. Siagian, Op. Cit; hlm. 46-62
[11]
Sondang P. Siagian, Op. Cit; hlm. 63-64
[12]
Sondang P. Siagian, Op. Cit; hlm. 64-71
[13]
Sondang P. Siagian, Op. Cit; hlm. 71-80
[14]
Sondang. P. Siagian, Op. Cit., hlm. 104-108.
[15]
Sondang. P. Siagian, Op. Cit., hlm. 128-130.
[16]
Sondang. P. Siagian, Op. Cit., hlm. 128-137.
[17]
Suharto Prodjowijono, Manajemen Gereja Sebuah Alternatif,
BPK Gunung Mulia, Jakarta: 2008, hlm. 53, 60-61.
[18]
Sondang. P. Siagian, Op. Cit., hlm. 198-200
[19]
Sondang. P. Siagian, Op. Cit., hlm. 201-207.
[20]
Sondang. P. Siagian, Op. Cit., hlm. 225-227.
[21]
Sondang. P. Siagian, Op. Cit., hlm. 228-230.
[22]
Sondang. P. Siagian, Op. Cit., hlm. 231-234.
[23]
Sondang. P. Siagian, Op. Cit., hlm. 239-242.
[24]Sondang.
P. Siagian, Op. Cit., hlm. 247, 250.
[25]
Sondang. P. Siagian, Op. Cit., hlm. 257-261.
[26]
Hasiono Soemarsino, Manajemen Plus, Lembaga Literatur Babtis , Bandung : 2003, hlm.
15, 18.
[27]
P. Octavianus, Manajemen dan Kepemimpinan Menurut Wahyu Allah, Gandum Mas,
Malang: 2002, hlm. 1-2.
[28]
Suharto Prodjowijono, Manajemen Gereja Sebuah Alternatif, BPK
Gunung Mulia, Jakarta: 2008. hlm. 5-6.
[29]
Sugiyanto Wiryoputro, Dasar-Dasar Manajemen Kristiani, BPK
Gunung Mulia, Jakarta: 2009, hlm. 30
[30]
Sugiyanto Wiryoputro, Op.Cit; hlm. 36-38.
[31]
Radesman Sitanggang, Memimpin Sesuai Amanah, Pematang Siantar:
L-SAPA, 2006, hlm. 68-69
[32]
Charkes J. Keating, Kepemimpinan, Teori dan Pengembangannya, Kanisius, Yogyakarta:
1991, hlm. 36
[33]
Warren Bennis, Transparansi (Bagaimana Pemimpin Menciptakan Budaya Keterbukaan),
Libri, Jakarta: 2009, hlm. 3-4.
[34]
John MacArthur, Kitab kepemimpinan (26 karakter Pemimpin Sejati), BPK Gunung
Mulia, Jakarta: 2008, hlm. 24-32.
[35]
Margaret Attwood & Stuart Dimmock, Manajemen Personalia, ITB, Bandung:
1999, hlm. 13, 15.
[36]
C. Peter Wagner, Strategi Perkembangan
Gereja, Gandum Emas, Malang: 2003, hlm. 19-21
[37]
Internet Blogger, Pengawasan pada
manajemen umum, diakses melalui internet pada 14 Mei 2012, pukul 22.00 WIB.
[38]
C. Peter Wagner, Op.Cit; hlm. 12-14
[39]
Watford, Great Britain, Bagaimana Meningkatkan Mutu Manajer, Lembaga
Pendidikan dan Pembinaan Manajemen, Jakarta: 1981, hlm. 33.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar