MANAJEMEN KEPEMIMPINAN
GEREJA
I.
Isi Ringkas Buku
1.1.
Pengertian
Manajemen
berarti proses penggunaan sumber daya secara efektif menangani suatu urusan
untuk mencapai sasaran yang diharapkan. Manajemen juga adalah ilmu dan seni
dalam perencanaan, pengorganisasian dan
pengontrolan daripada benda dan tenaga manusia untuk mencapai tujuan yang
ditentukan lebih dahulu.
Kepemimpinan
adalah perihal memimpin yang merupakan suatu seni tata cara atau kemampuan
untuk membimbing, menuntun seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan
tertentu. Dengan kata lain kemampuan mempengaruhi, menuntun, dan membimbing
seseorang atau kelompok dan mempunyai visi dalam pribadinya sebagai landasan
berpijak untuk mencapai cita-cita ataupun tujuan organisasi tersebut . Pada
dasarnya Manajemen dan Kepemimpinan mempunyai persamaan yakni menggerakkan
orang lain untuk mencapai tujuan bersama, walaupun dalam prosesnya mempunyai
perbedaan tertentu sesuai dengan konteksnya. Dalam konteks gereja, maka ilmu
manajemen dan kepemimpinan sangatlah penting untuk diketahui dan dilaksanakan,
agar yang diharapkan oleh gereja dapat berjalan dengan baik, demi dan untuk
kemuliaan Tuhan dan kebahagiaan warga jemaat.[2]
1.1.2.
Pengertian Organisasi
dan Administrasi
Pengertian
Organisasi juga diambil dari kata organizing yang berasal dari kata organize
yang berarti menciptkan struktur dengan bagian-bagian yang dipersatukan
sedemikian rupa sehingga hubungan dari antara yang satu dengan yang lainnya
terikat oleh hubungan terhadap keseluruhannya. Organisasi ini juga tidak dapat
dipisahkan dengan struktur dan bagan struktur sesuai dengan tujuan organisasi
yang dibentuk[3].
Administrasi
merupakan penggabungan dua kata dari bahasa Latin yaitu Ad dan Ministrare yang
berarti melayani, mengurus, dan bertanggung jawab atas sesuatu urusan kekayaan
atau harta milik berikut personilnya kepada milik dari suatu urusan tersebut.
Administrasi dalam bahasa Belanda yaitu administratie
yang berarti penyususnan keterangan-keterangan secara sistematis dan
pencatatannya secara tertulis dengan tujuan memperoleh sesuatu intisari
mengenai keterangan-keterangan itu dan hubungannya antara yang satu dengan yang
lain. Mengenai Terminologi Administrasi dapat disimpulkan bahwa administrasi
adalah usaha proses kerjasama antar sesama manusia dalam suatu organisasi untuk
mencapai tujuan yang telah disepakati sebelumnya, baik di lingkungan
pemerintahan, kantor, dan organisasi lainnya.
Tujuan
utama dalam organisasi dan administrasi dalam gereja adalah agar persekutuan
gereja dalam tri tugas hakikinya yakni beresekutu, bersaksi dan melayani
menjadi teratur, tertib, hidup saling mengasihi dan melayani dan akhirnya
menjadi berkat bagi dunia.
1.1.3.
Pengertian Gereja
sebagai Organisasi secara Sosiologis dan Teologis[4]
Gereja
dalam arti institusi tidak terlepas dari sebuah organisasi. Karena di dalam
gereja diperlukan suatu tatanan, pengaturan, penyusunan maupun tentang
pengelolaan dalam segala sesuatu proses yang dilakukan oleh gereja tersebut demi
tercapainya pengorganisasian yang baik sehingga gereja dapat mencapai
tujuannya, sebagai mandataris Allah didunia.
Dalam
Perjanjian Baru, gereja dalam bahasa Yunani yaitu “ekklesia” yang memiliki kata dasar “kaleo” yang berarti mereka dipanggil keluar. Pengertian Gereja
juga berasal dari kata “igreya” yang
berarti menjadi milik Tuhan, jadi yang dimaksud dengan gereja adalah
persekutuan orang percaya yang telah menjadi milik Tuhan.
Namun
gereja dapat juga dilihat sebagai organisasi yang ditinjau dari sosiologis
karena gereja tidak akan pernah lepas dari sudut pandang social kemasyarakatan.
Alasan yang mendasarinya, bahwa gereja terdiri dari sudut bagian sosial
kemasyarakatan. Sehingga gereja terdiri dari beberapa anggota masyarakat yang
juga bagian dari Negara dari dunia. Ada dua pandangan dalam masyarakat tentang
gereja sebagai sebuah organisasi, yaitu:
a.
Pandangan
yang menolak gereja sebagai organisasi. Pandangan ini didasarkan pada gereja
yang merupakan suatu persekutuan orang-orang percaya kepada Kristus dan
dipimpin oleh Roh, sehingga tidak perlu dicampur adukkan dengan organisasi dan
dianggap berasal dari dunia.
b.
Pandangan
yang menerima gereja sebagai organisasi. Pandangan ini terjadi karena gereja
belumlah sempurna sehingga diperlukan peraturan dan disusun dari keterlibatan
dan disiplin gidup masyarakat.
Gereja ditinjau dari aspek Teologis, karena gereja
dibangun diatas satu dasar yakni Yesus Kristus sebagai kepala gereja. Hal ini
dikuatkan oleh rasul Paulus yang menandaskan bahawa kita mempunyai dua kewarganegaraan
yakni kewarganegaraan dunia dan Surga.
1.2.
Manajemen Gereja
1.2.1.
Manajemen Sumber daya
Manusia Gereja[5]
Manajemen
SDM adalah cabang dari ilmu manajemen yang berfokus pada proses pemberdayaan,
potensi-potensi SDM yang dimiliki oleh organisasi untuk mencapai tujuannya,
dengan memperhatikan kepentingan umum, pribadi sebagai upaya sinergisasi
seluruh komponen organisasi dalam proses pencapaian tujuan bersama serta
komunikatif dan bebas dominasi.
Ada
beberapa fungsi-fungsi manajemen SDM, antara lain :
·
Perumusan
peraturan, yang berfungsi memberikan peraturan SDM mengenai rencana dan
tindakan kepada peraturan pemerintah
·
Hubungan perburuhan yang berfungsi untuk
mengembangkan program dengan memberikan semangat tentang berbagai keluhan
melalui program komunikasi.
·
Perencanaan
organisasi, yang berfungsi sebagai pembentuk struktur yang tepat tentang
manajemen dan tingkat-tingkat organisasi.
·
Pelatihan
dan pengembangan, yang berfungsi sebagai penilai kebutuhan organisasi.
·
Administrasi
pengupahan, yang berfungsi memuat administrasi pengupahan serta evaluasi kerja
dan rencana pengupahan.
·
Tunjangan
dan jasa karyawan, berfungsi memperhatikan kesejahteraan karyawan.
·
Fungsi
perencanaan yang berfungsi sebagai sumber-sumber untuk orang dalam kebutuhan
penempatan karyawan dalam organisasi.
·
Keselamatan
dan kesehatan yang berfungsi dalam lingkungan kerja, aman dan sehat.
Ada
juga beberapa proses manajemen SDM, yaitu
:
·
Perencanaan
SDM, harus memperhitungkan secara matang kebutuhan jangka pendek, menengah, dan
panjang
·
Analisis
dalam rancangan bangun pekerjaan (pelayanan), agar satuan dalam organisasi yang
mengelola SDM dapat berjalan dengan semestinya serta membantu satuan-satuan
kerja lainnya. Dalam rancangan bangun pekerjaan (pelayanan) ada tiga hal
penting yang harus diperhatikan, yaitu : harus mencerminkan pemenuhan kebutuhan
medan pelayanan, diarahkan kepada pelayanan yang produktif dan harus mampu
menciptakan produktifitas dan kepuasan yang tinggi bagi yang dilayani.
·
Rekrutmen
pelayan dan seleksi pegawai, tim rekrutmen harus objektis memberikan penilaian
agar mendapatkan hasil yang lebih maksimal, kemudian diseleksi dengan
persyaratan yang ditetapkan untuk kebutuhan pelayanan yang ditetapkan.
·
Penempatan
pegawai, ini tidak hanya berlaku pada pegawai yang baru tetapi juga penempatan
atau mutasi pada pegawai yang lama. Jika gereja ingin maju maka tempatkanlah
seseorang sesuai dengan kemampuan dalam bidangnya tanpa dipengaruhi oleh faktor
apapun.
·
Pengembangan
SDM, ini dapat dalam bentuk : study lanjutan, study banding, seminar, diskusi,
pembinaan yang lain sesuai dengan kebutuhan.
·
Perencanaan
karir, bertitik tolak dari asumsi bahwa seseorang yang mulai bekerja setelah
penempatan akan terus bekerja selama aktifnya sampai pensiun
·
Penilaian
prestasi pelayanan, ini perlu dilakukan dan ditetapkan secara rasional serta
diterapkan secara objektif. Sehingga pertimbangan oleh pimpinan dalam mengambil
keputusan jabatan atas tugas selanjutnya.
·
Sistem
imbalan, dalam hal ini biasanya seseorang menjadi pegawai dalam suatu lembaga
untuk memenuhi kebutuhan hidup, seseorang pegawai memikul tanggung jawab untuk
mengembangkan sistem imbalan kepada seluruh pegawainya.
Jadi,
manajemen SDM adalah cabang dari ilmu manajemen yang berfokus pada proses
pemberdayaan potensi-potensi SDM yang dimiliki oleh sebuah lembaga yang dalam
hal ini adalah gereja demi menjamin tersedianya SDM pelayanan pada posisi yang
tepat dem tercapainya tujuan bersama sesuai dengan kehendak Yesus Kristus.
Dalam
peningkatan SDM pelayanan gereja dapat menguasai teknologi sebagai langkah awal
menuju tabulasi potensi-potensi jemaat beserta kebutuhannya. Sistem pengupahan
para pelayan gereja perlu ditinjau kembali dalam rangka peningkatan
kesejahteraan para pelayanan.
1.2.2.
Total Quality
Manajemen(TQM) Gereja[6]
TQM
merupakan suatu cara atau metode yang ada dalam manajemen. TQM pada dasarnya
merupakan suatu usaha yang digunakan dalam proses perbaikan guna mencapai suatu hasil yang baik, khususnya dalam mutu
atau kualitas dari suatu produk. Dalam sejarahnya TQM lahir di Amerika pada
tahun delapan puluhan. Konsep manajemen ini dikalangan Angkatan Laut Amerika
disebut Total Quality Leadership.
Sedangkan di Jepang disebut Total Quality
Control(TQC) dan di Singapore disebut Total Quality Process(TQP).Sedang di
Indonesia sendiri dikenal dengan nama Pengendalian Mutu Terpadu(PMT). Prinsip
dan unsur pokok TQM dalam pelayanan
gereja, yaitu :
·
Kepuasaan
pelanggan, kepuasan pelanggan merupakan sasaran utama yang harus dicapai,
karena dalam TQM konsep kualitas suatu produk tidak lagi tergantung kepada kesesuaian
dengan spesifikasi tertentu, tetapi kualitas sebuah produk itu ditentukan oleh
pelanggan.
·
Respek
terhadap setiap orang, karyawan merupakan sumber daya organisasi yang paling
bernilai. Karena itu setiap orang dalam perusahaan diperlakukan dengan baik dan
diberi kesempatan untuk terikat dan berpartisipasi dalam tim pengambilan
keputusan.
·
Manajemen
berdasarkan fakta, dalam hal ini setiap keputusan selalu didasarkan pada data
bukan sekedar pada perasaan.
·
Perbaikan
berkesinambungan, untuk mencapai kesuksesan tersebut perlu melakukan proses
perbaikan secara sistematis dan berkesinambungan. Dalam proses ini dipakailah
siklus PDCA (Plan-Do-Chek-Act) yaitu perencanaan, pelaksanaan, pemeriksaan
hasil dan tindakan korektif terhadap hasil yang sudah diperoleh.
Ketika
sebuah organisasi atau lembaga menerapkan TQM sebagai alat atau obat yang ajaib
yang cepat telah gagal. Kegagalan TQM juga terjadi ketika sebuah organisasi
menerapkan TQM sama dengan manajemen lainnya. Tetapi secara umum kegagalan TQM
disebabkan oleh:
·
Delegasi
dan kepemimpinan yang tidak baik dari manajemen senior
·
Team
mania
·
Proses
penyebarluasan
·
Menggunakan
pendekatan yang terbatas dan dogmatis
·
Harapan
yang terlalu berlebihan dan tidak realistis
·
Empowerment
yang bersifat prematur.
Masih
banyak kesalahan yang lain yang sering dilakukan berkaitan dengan program TQM
dalam suatu perusahaan atau lembaga. TQM harus dilaksanakan dengan sistem
koordinasi kepada anggota karena peningkatan kualitas bukan saja tanggung jawab
manajer semata melainkan tanggung jawab bersama dan harus disesuaikan dengan
keadaan, termasuk misalnya lembaga gereja supaya tidak mengalami banyak
kesalahan dan kegagalan.
1.2.3.
Manajemen Konflik(MK)
Gereja
Konflik
adalah pencecokan, perselisihan, pertentangan yang disebabkan oleh adanya dua gagasan
atau lebih atau keinginan yang saling bertentangan untuk menguasai diri
sehingga mempengaruhi tingkah laku. Konflik tidak hanya terjadi di
tengah-tengah lingkungan keluarga, lingkungan pekerjaan baik di pemerintahan
maupun di Swasta tetapi juga di ingkungan masyarakat dan juga di lingkungan
gereja di mana dan kapan pun kita berinteraksi dengan orang lain. Sumber
timbulnya konflik menurut Yakob Tomatala desebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain :
·
Konflik
timbul dikarenakan adanya salah pengertian dari seseorang terhadap yang lain.
·
Konflik
timbul bisa juga dikarenakan salah tafsir dari seseorang terhadap yang lain
·
Konflik
timbul diakibatkan karena kurang mengerti.
·
Konflik
timbul karena adanya pertentangan ide.
Sedangkan
menurut Sugiyanto Wiryoputro, faktor-faktor pendorong timbulnya konflik adalah
:
·
Keterbatasan
sumber daya yang diperlukan bersama-sama.
·
Perbedaan
tujuan masing-masing bagian.
·
Keterkaitan
masing-masing kegiatan.
·
Perbedaan
dalam nilai dan persepsi.
·
Gaya
individual.
·
Ketidak
jelasan dalam organisasi.
Di
bawah ini ada beberapa langkah untuk menyelesaikan konflik, antara lain :
·
Libatkan
diri anda dan biarkan semua pihak yang sedang bertikai tahu bahwa anda telah
melibatkan diri.
·
Bersikaplah
bijaksana untuk memisahkan orang-orang yang sedang konflik dengancara yang
adil.
·
Jadilah
pendengar yang baik dari kedua belah pihak dalam konflik untuk mendapatkan
solusi yang terbaik.
·
Jelaskan
solusi kepada kedua belah pihak
Ada
beberapa hal yang harus dimiliki seorang pemimpin dalam menyelesaikan konflik,
antaralain :
·
Seorang
pemimpin dapat mengambil sikap “ diam atau mengabaikan”.hal ini dilakukan
seorang pemimpin jika memang konflik ini, tidak memiliki dampak sosial.
·
Pemimpin
dapat mengambil tindakan bersikap tanggung jawab dengan mengambil langkah-langkah
memahami dan menjelaskan masalah secara jelas. Dalam hal ini pemimpin harus
bersikap spektif, meneliti masalah lebih dalam lagi, ia juga menguraikan
masalah-masalah menjadi bagian kecil sampai akhirnya menemukan bukti yang telah
ada hingga mendapatkan pilihan terhadap solusi yang terbaik, sehingga dapat
menjalankan keputusan dengan bijaksana.
·
Pemimpin
dapat bersikap tanggap terhadap sesuatu yang sedang terjadi dan
menyelesaikannya sebelum hal itu menjadi rumit.
1.3.
Fungsi Manajerial dalam
Gereja
Sondang
P. Siagian mendefenisikan organisasi merupaka persekutuan antara satu orang
atau lebih yang bekerjasama untuk mencapai tujuan yang sama dan terikat secara
formal dalam suatu ikatan hierarki dimana selalu terdapat hubungan antara satu
seseorang atau sekelompok yang dipimpin atau disebut bawahan. James D. Mooney
menyebutkan bahwa organisasi adalah perkumpulan manusia untuk tujuan bersama.
D. Roosingh menyebutkan bahwa organisasi adalah perhimpunan manusia yang
bekerjasama dengan maksud melalui kerja sama itu tercapai tujuan secara
individual maupun kelompok. Dapat disimpulkan bahwa organisasi mencakup
beberapa unusr pokok yakni: sekelompok orang yang bekerjasama, memiliki tujuan
bersama dan adanya pembagian tugas dalam satu ikatan yang hierarkhi/struktural.
Sugiyanto
W berpendapat bahwa pengorganisasian adalah sebuah proses yang mengatur
bagaimana pekerjaan disusun dan diakoni kepada anggota-anggota organisasi itu
tercapai secara efisien. Pengorganisasian merupakan sebuah langkah
multi-dimensional yaitu perincian pekerjaan, pembagian pekerjaan, pemisahan
pekerjaan, koordinasi pekerjaan. Langkah-langkah proses pengorganisasian
diantaranya:
·
Merinci
kegiatan-kegiatan yang dilakukan organisasi guna mencapai tujuan
·
Memilih
dan menetapkan personalia atau sumber daya manusia yang diperlakukan oleh
organisasi dalam rangka mencapai tujuan
·
Membagi
kegiatan yang dilakukan oleh organisasi tersebut
·
Menetapkan
tujuan pekerjaan kepada setiap organisasi
·
Mengkombinasikan
kegiatan-kegiatan anggota organisasi dengan cara logis yang membungkinkan
organiasai yang efektif da efisien
·
Menyiapkan
mekanisme untuk mengkoordinasikan kegiatan anggota organisasi sehingga menjadi
satu kesatuan yang harmonis, kompak dan terpadu.
·
Mengadakan
tindakan penyesuaian untuk mempertahankan atau meningkatkan efektifitas dan
efisiensi.
Fungsi
manajerial pegorganisasian bersifat dinamis. Karena itu organisasi harus dapat
memberikan segala sesuatu demi tercapainya tujuan dari organisasi itu. Dalam
sebuah organisasi pengorganisasian merupakan hal yang penting. Karena dengan
hal itu semua proses yang dilalui menjadi lebih hidup karena melalui
pengorganisasian perencanaan dapat diimplementasikan sebagai suatau kinerja
yang dinamis. Sugiyanto menyebutkan bahwa asas organisasi diantaranya: asas
tujuan, the right person on the right place, pembagian kerja, pendelegasian
wewenang, kerjasama, koordinasi, system, ekonomi atau efektivitas dan
efisiensi, pengendalian atau control, dan asas tanggungjawab.
Perencanaan
merupakan hal yang sangat mendasar perlu dilakukan yang paling awal dalam
manajemen. Karena itu perencanaan harus dikukan lebih baik untuk mendapatkan
hasil yang lebih baik. Perencanaan adalah proses untuk memilih sasaran
organisasi, menentukan kebijaksanaan dan program-program strategi yang
diperlukan dalam rangka mencapais sasaran dan menetapkan metode yang diperlukan
untuk menjamin bahwa kebijaksanaan dan program strategi itu dilakukan.
Perencanaan dapat memberikan dorongan kepada kelompok untuk berusaha mencapai
suatu tujuan dengan penuh ketekunan dalam melakukan perencanaan yang
ditetapkan. Langkah-langkah menetapkan suatau perencanaan, yaitu:
·
Menetapkan
suatu sasaran atau seperengkat sasaran
·
Mendefeniskan
situasi saat ini
·
Mengidentifikasikan
hal-hal yang membantu dan rintngan-rintangan pada sasasran-sasaran
·
Mengembangkan
suatu rencana atau perangkat tindakan
untuk mencapai sasaran
Beberapa
prinsip perencanan, diantaranya:
·
Perencanaan
harus didahulukan
·
Perencanaan
harus mampu menerobos
·
Perencanaan
harus efisien
·
Perencanaan
harus mengakui adanya hal-hal yang tidak terduga
·
Azas
perencanaan harus kuat
·
Perencanaan
menuntut kesungguhan
·
Perencanaan
senantiasa harus direvisi
·
Perencanaan
dikaitkan dengan fakta
Fungsi
manajemen perencanaan adalah supaya pekerjaan itu lebih teratur. Dapat
diperinci bahwa manfaat ataupun fungsi manajemen perencanaan adalahl:
mengarahkan pada tindakan bertujuan, menghindari kesalahan atau resiko,
memungkinkan pendelegasian kekuasaan, metode yang lebih baik, memungkinkan
koordinasi, ekonomis, menghemat tenaga manjemen, sebagai dasar untuk
pengendalian.
Motivasi
adalah doronga yang timbul dari diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk
melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi juga dapat diartikan
serangkaian hal yang menyebakan manusia merasakan kebutuhan dank arena
kebutuhan itu tergerak atau digerakkan untuk melakukan sesuatu.
Beberapa
cara untuk melakukan motivasi diantaranya:
·
Motivasi
melalui sentuhan tubuh
·
Motivasi
melalui sentuhan rohani
·
Motivasi
melalui prosesindividu fsikologi
·
Motivasi
sukses
·
Motivasi
diri
Dalam
memotivasi diperlukan adanya taktik atau strategi agar motivasi tersebut dapat
dijalankan. Hal yang sagat mendasar bagi seorang pemimpin adalah bagaimna pengaruhnya
dalam menjual gagasan-gagasan untuk
mendapatkan penerimaan dari kebijakan-kebijakan dan rencana-rencananya dan
bagaimana pula pengaruhnya dalam memotivasi orang lain agar mendukung
keputusannya. Beberapa strategi yang perlu dilakukan agar motivasi yang
diberikan pemimpin dapat dijalankan, diantaranya:
·
Permintaan
inspirasional
·
Konsultasi
·
Permintaan
pribadi
·
Taktik
pertukaran
Dalam hal organisasi seorang pemimpin harus
mampu menjadi seorang komunikator yang baik. Manajer adalah orang yang mengatur
pekerjaan atau kerjasama yang baik dengan menggunakan orang untuk mencapai
sasaran, orang yang berwewenang atau bertanggungjawab, membuat rencana,
mengatur, memimpin dan mengendalikan pelaksanaannya untuk mencapai sasaran tertentu.
Dalam memprakarsai kegiatan komunikasi, setiap bagian dalam organisasi,
manajemen dan administrasi haruslah mengetahui bagian ini, yakni: siapa,
mengatakan apa, melalui sarana apa, kepada siapa, dengan efek atau pengaruh
apa. Unsur-unsur yang harus diketahui dalam proses komunikasi, yaitu:
·
Komunikator
(encoder)
·
Pesan
(message)
·
Komunikan
(communicant)
·
Efek
(effect)
Jadi dapat disimpulkan bahwa proses komunikasi
adalah bertindak sebagai encoder yang memberikan data (code) kepada komunikan
(decoder) sehingga pesan yang disampaikan dapat memberikan pengaruh (effect).
Kreatifitas
berarti kemampuan untuk mencipta, daya cipta, atau perihal berkreasi. Kata ini
berasal dari kata kreatif artinya daya cipta atau kemampuan untuk menciptakan.
Jadi manajerial kreatifitas adalah orang yang memiliki kemampuan, kecakapan,
atau keahlian tertentu untuk menciptakan atau berkreasi secara efektif. Fungsi
manajaerial kreatifitas diantaranya:
·
Meneledani
integritas dengan setiap orang yang berhubungan dengan pemimpin
·
Menghargai
orang lain
·
Memperlihatkan
kepercayaan kepada orang lain supaya mereka percaya kepada diri sendiri.
·
Mampu
mendengarkan pendapat orang lain supaya pemimpin dapat membina hubungan yang
baik dengan bawahan.
·
Pemimpin
harus mampu memahami orang lain.
·
Pemimpin
harus mengenal bawahannya.
·
Memperlengkapi
anggota supaya anggota mampu memahami sipa diri mereka.
·
Adanya
sistem pengkaderan terhadap pemimpin yang akan datang.
Dalam
ilmu manajemen masalah mengontrol
merupakan hal yang lebih diutamakan, karena sejauh manapun baiknya
perencanaan, pengorganisasian, pengkordinasian, tetapi tanpa adanya kontroling,
atau pengawasan maka organisasi itu tidak berjalan sesuai dengan yang
diharapkan. Kontrol berarti memeriksa, memerintah atau mengawasi. Mengontrol
dapat diartikan sebagai pengendalian. Pengendalian merupakan suatu proses
menetapkan pekerjaan yang sudak dilaksanakan, menilainya dan mengawasinya.
Beberapa hal yang dilakukan dalam melakukan tindakan pengendalian atau
kontroling, yaitu:
·
Melaporkan
hasil kerja atau kegiatan
·
Menilai
laporan; menetapkan standar untuk penilaian, membandingkan antara hasil kerja
dengan standar yang telah ditetapkan.
·
Melakukan
tindakan perbaikan bila dipandang perlu.
Fungsi
manajerial kontroling adalah mengaharapkan agar seluruh kegiatan berjalan
sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan dalam kebijaksanaan dan prosedur.
1.4.
Kepemimpinan Gereja
1.4.1.
Jenis-Jenis Kepemimpinan[13]
Ada
empat jenis kepemimpinan, antaralain :
·
Kharismatik:
kepemimpinan kharismatik adalah suatu bentuk kepemimpinan yang dianggap
memiliki kekuatan gaib ataupun mistis, sehingga para pengikutnya sangat percaya
kepada pemimpinnya tersebut. Pemimpin karismatik menggunakan gaya yang
dikatatorial bahkan juga menggunakan paternalistic sebagai gaya
kepemimpinannya.
·
Otokratik
: kepemimpinan otoriter adalah jenis kepemimpinan berdasarkan kekuasaan mutlak
dengan kata lain ia mengarahkan segala sesuatunya sesuai dengan kehendaknya.
Tipe kepemimpinan seperti ini beranggapan bahwa tujuan organisasi identik
dengan tujuan pribadi pemimpin.
·
Paternalistik
: kepemimpinan ini ditandai oleh suatu sikap pemimpin yang bersikap seperti
seorang bapa yaitu sebagai pendidik, pengasuh, pembimbing, dan penasihat dengan
memperhatikan kesenangan dan kesejahteraan yang dipimpinnya. Kepemimpinan ini
banyak digunakan dalam masyarakat tradisional.
·
Demokratis:
Kepemimpinan ini ditandai oleh adanya partisipasi kelompok dalam penentuan
tujuan dan pemanduan pemikiran untuk menentukan atau memutuskan cara-cara terbaik
dalam melaksanakan pekerjaan.
Selain
itu ada jenis-jenis kepemimpinan yang ditinjau dari aspek psikologi,
antaralain:
·
Kepemimpinan
yang bertahan atau serba terima : dimana pemimpin merasa sumber kebaikkan itu
berasal dari luar, sehingga untuk mendapatkannya maka ia hanya bisa menerima.
·
Kepemimpinan
yang serba menimbul : Pemimpinan yang seperti ini tidak mempercayakan hal-hal
dari luar sehingga ia lebih suka mengasingkan diri terhadap perubahan.
·
Kepemimpinan
yang bersifat menyerang atau menghisap : Pemimpin yang seperti ini merasa bahwa
kebaikan yang berasal di luar harus direbut dari orang lain dengan cara apapun
demi kepentingan pribadinya.
·
Kepemimpinan
Marketing : Pemimpin yang seperti ini, memperlakukan dirinya sebagai barang
dagangan, sehingga ia harus menyesuaikan diri dengan perkembangan dan selera
masyarakat.
·
Kepemimpinan
primitive : Pemimpin yang seperti ini harus dapat mendayagunakan kekuatan dan
tenaganya untuk merealisasikan harapannya.
Namun
dalam kespesifikannya terdapat jenis kepemimpinan menurut Kristiani.
Kepemimpinan Kristiani merupakan panggilan dan harus bersikap sebagai pelayan
atau hamba dan bukan merupakan sesuatu jabatan atau kekuasaan yang harus
diperjuangkan atau diperebutkan seperti jabatan politis.
Untuk
memahami kepemimpinan Kristiani, maka seorang pemimpin harus terlebih dahulu
mengetahui akan hakikat kepemimpinannya, dengan beberapa cara, antaralain:
1.
Menyadari
bahwa Tuhan telah memanggil seorang untuk menjadi pemimpin.
2.
Pemimpin
perlu memiliki dan menerapkan model kepemimpinan yang integrative Alkitabiah.
Selain itu juga menggunakan kepemimpinan model organisasi “tubuh Kristus” dan pendekatan konstektual sebagai upaya untuk
mengaktualisasikan kepemimpinan Kristen dalam konteks dimanapun.
3.
Pemimpin
Kristen harus mampu memimpin dengan pola kasih, memimpin dengan hati, serta
bertindak dengan penuh hikmat.
Selain
itu, sebagai pemimpin Kristen kita juga harus mengembangkan dan memenejemeni
kharisma-kharisma yang ada dalam diri kita, baik dalam perkatan, maupun dengan
pengetahuan. Dan talenta itu disatupadukan dalam ikatan Roh dan damai sejahtera
menjadi kekuatan pemimpin yang sangat luar biasa.
1.4.2.
Aspek-Aspek Kepemimpinan[14]
Dalam
hal ini ada beberapa aspek dari kepemimpinan, yakni:
·
Visi:
kemampuan untuk melihat kepada inti persoalan, pandanngan luas. Visi beradal
dari bahasa Latin “ vidare” yang berarti penglihatan. Dengan kata lain, visi
dapat diartikan sebagimotor penggerak dari aspek lainnya, sebab tanpa visi
tidak akan mampu mamimpin ataupun melakukan tugas kepemimpinannya.
·
Integritas:
kebulatan, keutuhan kejujuran. Jadi, Integritas adalah sikap yang muncul dalam
diri seseorang yang muncul dari dalam diri orang tersebut. Integritas merupakan
bagian positip dalam hidup dan aspek ini
dapat berkembang dalam diri manusia. Ciri utama dari pemimpin yang berintegrasi
adalah memiliki karakter Kristus.
·
Pengaruh
: Pengaruh itu hanya dapat diberikan dan dilakukan dengan pelayanan. Untuk
mempengaruhi orang lain yang paling dibutuhkan adalah “hati”. Hati yang
digerakkan secara tulus ikhlas tanpa ada syarat dan prasyarat yang lain.
·
Multiplikasi
: Puncak keberhasilan seorang pemimpin adalah apabila pemimpin tersebut sudah dapat melahirkan
pemimpin-pemimpin berikutnya.
·
Kreatifitas
: Seorang pemimpin harus memiliki kreatifitas yang tinggi dengan tujuan untuk menciptakan hasil yang
lebih maksimal dari sesuatu yang sudah direncanakan. Seorang pemimpin yang
kreatif mampu menciptakan suasana yang harmonis, dinamis, dan produktif.
·
Doa
: Doa adalah senjata terampuh dan sekaligus tembok pertahanan yang kuat dari seseorang pemimpin.
1.4.3.
Efektifitas dan
Efisiensi Kepemimpinan[15]
Efektif
berarti ada efeknya, manjur atau mujarab, dapat membawa hasil, berhasil guna.
Keefektifan berarti keadaan berpengaruh, hal berkesan, kemanjuran,
keberhasilan. Jadi efektifitas berhubungan dengan kualitas. Pemimpin yang
efektif dapat dilihat dari lima sisi penting, antara lain :
·
Kebiasaan
: Pemimpin harus mengembangkan sikap untuk mewujudkan kebiasaan-kebiasaan yang
baik berhubungan dengan kepribadian dan pekerjaannya. Pemimpin harus senantiasa
berada di tempat kerja, keberadaan dan disiplin diri, seorang pemimpin untuk
selalu berada di tempat kerja pada waktu kerja akan mempengaruhi bawahannya.
·
Penampilan
: Penampilan pemimpin akan menentukan pengaruh yang besar terhadap bawahan.
Seorang pemimpin harus senantiasa tampil penuh semangat dan optimis.
·
Sikap
: Sikap khusus merupakan ketrampilan sistematis, komunikatif dan terbuka
bawahan.
·
Kaderisasi
: Pemimpin yang efektif akan selalu memikirkan dan berurusan dengan pemimpin yang
baru untuk kelangsungan kerja. Pengkaderan begitu penting untuk peningkatan
mutu secara intensitas serta kontinuitas kerja.
·
Perilaku
: Pemimpin yang efektif memiliki perilaku kepemimpinan dalam bekerja. Perilaku
kepemimpinan ini berkaitan dengan bidang-bidang berikut: a. Pemimpin harus
menetapkan, mengkomunikasikan dan menjaga tujuan sehingga tetap jelas bagi diri
sendiri dan para bawahan.
b. Pemimpin harus
membuat keputusan menjelaskan dan mementingkan efektifitasnya
c. Pemimpin harus terus
secara konsisten mengangkat, mengendalikan, dan mengembangkan SDM demi menopang
kualitas dan kuantitas produktivitas.
d. Pemimpin harus tetap
memelihara standard kerja prima bagi diri dan semua bawahannya.
e. Pemimpin harus mampu
mengantisipasi dan mengatasi perubahan.
1.4.4.
Hakikat Kepemimpinan[16]
Hakikat
kepemimpinan merupakan fenomena sosial yang selalu hadir dalam segala interaksi
social dan juga merupakan pengalaman semua orang yang telah dimulai sejak
manusia. Hakikat berarti inti sari atau dasar, kenyataan yang sebenarnya atau
sesungguhnya. Dalam Perjanjian Lama istilah pemimpin berasal dari kata bahasa
Ibrani yakni nagid yang berarti
menceritakan, menyampaikan bagian dan pergi ke luar, memimpin dan membawa. Ada
juga kata halak artinya menjadi ke
luar, memimpin dan membawa. Dalam PB kata pemimpin berasal dari kata bahasa
Yunani hodegos yang artinya memimpin,
penuntun, dan pembimbing. Dalam bentuk kata kerja dipakai kata hodegain yang
artinya memimpin, menuntun dan membimbing. Jadi, pemimpin dalam PB dapat
dimengerti sebagai seorang yang menunjukkan jalan terutama berjalan di depan,
menuntun, membimbing, mengambil langkah awal, serta mempengaruhi dan
menggerakkan orang lain dengan pemikiran dan tindakan. Dengan kata lain
kepemimpinan adalah bagaimana cara mempengaruhi, memberdayakan dan menggerakkan
yang dipimpin untuk mengetahui, memahami, menyikapi dan memiliki visi dan misi
bersama sehingga seluruh jajaran digerakkan untuk ikut memberikan yang terbaik
bagi terwujudnya visi dan misi bersama sehingga mencapai tujuan yang disepakati
bersama.
1.4.5. Kuasa
Kepemimpinan[17]
Kuasa
kepemimpinan juga dapat dilihat dari beberapa sisi, yakni: kuasa dari segi
social dan sebagai petonsi pertukaran sosial, kuasa yang personal dan
posisional, serta kuasa dalam situasi yang berbeda.
·
Kuasa
dari segi social dan sebagai potensi pertukaran social : Menurut Bass, kuasa
social dapat dibagi dalam dua bagian
yakni: kekuasaan sebagai potensi kekuatan social dan sebagai potensi pertukaran
dalam proses social.
·
Kuasa
personal dan posisional: kuasa ini adalah kuasa yang datang dari pribadi
seseorang berdasarkan posisi tugasnya, yang memberikan kepada orang lain.
Kuasa
dalam situasi yang berbeda : Struktur masyarakat, status social dan organisasi
formil menjadi situasi yang harus dihadapi oleh seorang pemimpin untuk
menerapkan kuasanya.
Inti
kepemimpinan yang efektif adalah pengaruhnya terhadap bawahan. Jika bawahan
penuh komitmen, mereka bergairah melaksanakan permintaan pemimpin dan akan
berusaha semaksimal mungkin. Bawahan dengan komitmen akan menerima saran dari
pemimpin dan mengeluarkan usaha yang maksimum untuk mencapainya. Dalam konteks
gereja,sebagai lembaga keagamaan yang di dalamnya tradisi Kriten yang hierarkis
dengan implikasinya terhadap kepemimpinan, seperti yang telah ditawarkan oleh Paulus
kepada jemaat di Galatia: “ karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus
telah mengenakan Kristus. Dalam hal ini tidak ada lagi orang Yahudi dan orang
Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan
karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus”(Gal 3: 27-28),bahwa kita harus
memasuki hidup yang tidak mengenal perbedaan kelas maupun status. Senada dengan
hal di atas dalam peranan sebagai pemimpin umat mendukung dan menuntun berbagai
pelayanan.
Manajer
atau pemimpin yang efektif adalah mereka yang mengerti kekuasaan serta
penggunaannya, dapat membawakan dan menghindari pertentangan dalam organisasi.
Makna kekuasaan pemimpin mampu menunjukkan dimensi-dimensi kekuasaan personal
yakni keterampilan organisasional yang diperlukan, maupun ketegasan personal
yang diperlukan mengilhami keterlibatan dan komitmen ketika mereka mengusahakan
keseimbangan antara ketegasan personal dan gaya kepemimpinan. Dengan penggunaan
yang benar, kekuasaan dapat merupakan tombol untuk menyalakan performa terbaik
bagi bawahan,tetapi jika disalah-gunakan kekuasaan dapat menghancurkan.
Realitas
kehidupan sebagian kepemimpinan gereja pada masa ini hendaknya mengarah kepada
fungsi pelayanan bukan berdasarkan kuasa, jabatan, yang dimiliki ataupun yang
dipentingkan. Keutuhan dan eksistensi gereja sangat tergantung kepada ketaatan
para pemimpin gereja menghandalkan kuasa Tuhan, bukan mengandalkan kuasa dan
ketaatan dirinya. Pemimpin yang tampil sebagai pelayan dan gembala akan membawa
gereja sadar kembali akan pimpinan dan tuntunan Roh Kudus yang mempersatukan
dan mempersekutukan.
II.
Tanggapan
2.1.
Total Quality Manajemen
(TQM )Gereja[18]
Program untuk perbaikan
mutu, yaitu:
·
Memahami
pelanggan, dimana pelayan harus hidup untuk melayani kebutuhan SDM jemaat.
Dalam hal ini pelayan gereja harus mampu memperbaiki mutu bisnis untuk memenuhi
SDM.Untuk dapat memperbaiki mutu maka penting sekali dilakukan cara untuk
memahami jemaat dan mengidentifikasi proses kerja di dalam pelayanan untuk
memenuhi kebutuhan SDM.
·
Perencanaan
untuk perbaikan mutu yang bertujuan untuk memastikan tanggung jawab manajemen
senior aktif terhadap perbaikan mutu yang berkesinambungan, menentukan
cara-cara penerapan mutu dalam gereja, mengembangkan sebuah rencana untuk
penerapan perbaikan mutu.
·
Memahami
biaya mutu, dimana biaya-biaya yang tidak sesuai timbul karena hal-hal yang
berjalan salah. Oleh karena itu penting sekali bahwa program perbaikan mutu
mengidentifikasi besarnya biaya-biaya mutu dan dimana biaya-biaya itu timbul.
·
Kesadaran
mutu, yaitu sebuah program perbaikan mutu harus mengandalkan komitmen SDM.
Setiap orang harus dididik untuk menjamin bahwa mereka memahami peran mereka,
dan dapat memberikan sumbangan pada perbaikan mutu. SDM juga perlu memperoleh
informasi kemajuan yang telah dicapai.
·
Pengukuran
kerja bertujuan untuk memusatkan perhatian pada kinerja dalam perbaikan jika
perbaikan kinerja itu dalam proses yang dapat diukur. Tujuannya dapat
ditempatkan sebagai sasaran dan perbaikan-perbaikan.
·
Pencegahan,
tindakan ini dilakukan untuk memastikan bahwa setiap masalah dapat dicegah
melalui perbaikan mutu yang ditandai dan ditindaklanjuti dengan pembetulan yang
diterapkan untuk menghapuskan kesalahan-kesalahan yang ada. Sebuah sistem perlu
dilakukan untuk mencapai hal ini dengan dasar agar dapat terus berjalan.
2.2.
Kepemimpinan dalam
Gereja dan Alkitab
·
Dasar
teologis kepemimpinan Kristen selalu dihubungkan dengan pemanggilan dan pemilihan Allah. Bahkan
dalam seluruh Alkitab sebagian besar perjumpaan ilahi (divine encounters)
selalu dihubungkan secara langsung dengan panggilan Allah. Pemanggilan dan
pemilihan terhadap manusia itu merupakan panggilan untuk melayani Allah dan
umatNya. Di samping itu kepemimpinan gerejawi seringkali mengambil kepemimpinan
Yesus sebagai model kepemimpinan yang ideal. Yesus menyebut diriNya sebagai
gembala yang baik (Yoh.10:10). Ia juga menerapkan kepemimpinan seorang hamba
(Servant Leader) yang tetntunya bertentangan dengan model kepemimpinan duniawi
yang bersifat tangan besi.
·
Dalam
kepemimpinan gerejawi, setiap pemimpin gereja harus menjalankan kepemimpinannya sebagai
ketaatan kepada Allah yang nampak dalam perkataan dan perbuatannya. Bagi setiap
pemimpin Kristen , panggilan Allah telah menjadi semacam pokok pewahyuan yang
menjadi pondasi dari pelayanan mereka. Dengan demikian kepemimpinan Kristen
bukan merupakan suatu kepentingan pribadi melainkan untuk memimpin orang lain
kepada pengenalan akan Allah dalam Yesus Kristus, sekaligus memuliakan namaNya.
·
Kepemimpinan
itu semua harus berdasarkan kepada Yesus Kristus yang diukur dari sudut
kualitas moral pelayanan kepada Firman Allah. Sebagaimana Gembala yang setia
menggembalai domba-dombanya, demikianlah hendaknya Pemimpin kristiani mampu
menjadi pemimpin yang melayani, dengan mempertaruhkan hidupnya demi keselamatan
yang dipimpinnya (Bd. Mat. 18:12; Luk. 15:4).
·
Kepemimpinan
dalam Perjanjian Baru bukan bersifat otoriter, secara sangat sederhana dapat
dikatakan, kepemimpinan Kristen bukanlah control otoriter atas pikiran dan
tingkah laku orang lain[19].
·
Pemimpin
haruslah berbicara secara berwibawa, seperti Paulus yang bersaksi dihadapan
Kaisar, bahwa Kapal yang hancur dan karam sekalipun bukan pengahalang bagi dia
karena ia memegang janji keselamatan dari TUHAN, oleh karena itu Paulus berani
bicara dengan sangat berani dan mantap. Kepercayaan yang teguh ini tidak
sekedar didorong oleh rasa percaya diri melainkan oleh kepastian bahwa Allah
sungguh-sungguh melakukan apa yang diucapkannya.[20]
·
Pemimpin
juga berfungsi sebagai Imamat yang
bersifat pelayanan kependetaan. Luther menyebutkan 8 tugas yang eksplisit di
dalam “Concerning the Ministry”, 1523. Ia menunjukkan, fungsi-fungsi dari
seorang Imam adalah sebagai berikut: mengajar, berkhotbah, membaptis,
menguduskan atau menyelenggarakan ekaristi, mengikatkan dan melepaskan dosa-dosa,
berdoa bagi orang lain, mempersembahkan korban, dan menilai semua ajaran dan
roh.[21]
2.3.
Peran dan Tanggung Jawab
Pemimpin Gereja[22]
·
Pemimpin
sebagai administrator, dalam hal ini administrator harus menyadari banyaknya
jumlah waktu yang akan digunakan dalam segi-segi yang lebih kelihatan duniawi.
Pemimpin harus menyediakan waktunya untuk berbicara dengan orang-orang tentang
masalah yang bagi mereka penting. Ia harus mempunyai waktu untuk berpikir.
Pentingnya inisiatif dan gagasan merupakan dasar untuk menghasilkan
administrasi yang kreatif, maka administrator harus mempunyai waktu untuk
memproduksi jumlah.
·
Pemimpin
sebagai Organisator, dimana administrasi bergantung pada organisasi yang
efektif. Salah satu tugas dari kepemimpinan itu adalah mengatur atau mengorganisasi
tugas-tugas administrative, seprti mengangkat pegawai, mengawasi dan
mendelegasi. Oleh karena itu, aspek-aspek dari perkerjaan ini akan lebih mudah
dan membentuk administrasi akan menjadi positif.
·
Pemimpin
sebagai pembuat keputusan, yakni: karena tanggung jawab pelaksanaan akahirnya
keputusan terletak pada yang memimpin itu sendiri yang mengahasilkan
pelaksanaan dan harus diberikan kepada orang-orang yang memikul tanggung jawab.
Tentu saja pemimpin mendelegasikan otoritasnya untuk membuat keputusan, dan ada bagian proses
pendelegasian. Pembuatan keputusan berada hampir dalam setiap bidang
kepemimpinan, namun secara sadar/tidak sadar tugas itu ditakuti orang-orang
yang mempunyai kedudukan bertanggung jawab dalam program pendidikan gereja.
·
Pemimpin
sebagai fasilitator, pemimpin harus mempunya jaringan yang dapat mengembangkan
sumber daya manusia dengan fasilitas yang memadai. Jika ini tidak terpenuhi
maka orang-orang yang dipimpim akan mengalami ketinggalan dengan apa yang
sedang mereka hadapi.
III.
Kesimpulan dan Saran
3.1.
Kesimpulan
v
Kepemimpinan
adalah perihal memimpin yang merupakan suatu seni tata cara atau kemampuan
untuk membimbing, menuntun seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan
tertentu. Dengan kata lain kemampuan mempengaruhi, menuntun, dan membimbing
seseorang atau kelompok dan mempunyai visi dalam pribadinya sebagai landasan
berpijak untuk mencapai cita-cita ataupun tujuan organisasi tersebut . Pada
dasarnya Manajemen dan Kepemimpinan mempunyai persamaan yakni menggerakkan
orang lain untuk mencapai tujuan bersama, walaupun dalam prosesnya mempunyai
perbedaan tertentu sesuai dengan konteksnya. Dalam konteks gereja, maka ilmu
manajemen dan kepemimpinan sangatlah penting untuk diketahui dan dilaksanakan,
agar yang diharapkan oleh gereja dapat berjalan dengan baik, demi dan untuk
kemuliaan Tuhan dan kebahagiaan warga jemaat.
v
Namun
dalam kespesifikannya terdapat jenis kepemimpinan menurut Kristiani.
Kepemimpinan Kristiani merupakan panggilan dan harus bersikap sebagai pelayan
atau hamba dan bukan merupakan sesuatu jabatan atau kekuasaan yang harus
diperjuangkan atau diperebutkan seperti jabatan politis.
v
Untuk
memahami kepemimpinan Kristiani, maka seorang pemimpin harus terlebih dahulu
mengetahui akan hakikat kepemimpinannya, dengan beberapa cara, antara lain:
a. Menyadari bahwa Tuhan
telah memanggil seorang untuk menjadi pemimpin.
b. Pemimpin perlu memiliki
dan menerapkan model kepemimpinan yang integrative Alkitabiah. Selain itu juga
menggunakan kepemimpinan model organisasi “tubuh
Kristus” dan pendekatan konstektual sebagai upaya untuk mengaktualisasikan
kepemimpinan Kristen dalam konteks dimanapun.
c. Pemimpin Kristen harus
mampu memimpin dengan pola kasih, memimpin dengan hati, serta bertindak dengan
penuh hikmat.
3.2.
Saran
v
Kelebihan
Dalam
buku ini, ada beberapa kelebihan yang ditemukan, dan berguna bagi siapa saja
yang kelak menjadi seorang pemimpin yang sejati. Diantaranya adalah :
a.
Dalam
tulisan dibuku ini, hal yang sangat bagus di dapat yakni bagaimana kita menjadi
pemimpin yang bermanajemen dimasa depan.
b.
Dalam
berbagai tujuan dibuku ini diberikan cara mengatasi solusi dalam menyelesaikan
masalah.
v
Kekurangan
Manusia
adalah makhluk yang tidak luput dari kekurangan, hanya Allah sajalah yang Maha
Sempurna. Dalam buku karangan Jahenos Saragih, kami menemukan
kekurangan-kekurangan yang tidak terlalu dipaparkan dalam buku ini, berikut
kekurangannya:
a.
Buku
ini tidak membahas lebih dalam bagaimana pemimpin menemukan karakter
kepemimpinan yang sejati dari dalam dirinya.
b.
Buku
ini juga tidak memberikan contoh, tokoh-tokoh mana di dalam Alkitab yang layak
diteladani jiwa kepemimpinannya.
[1]
Jahenos Saragih, Manajemen Kepemimpinan
Gereja, Jakarta: Suara GKYE
Peduli Bangsa, 2008, hlm.5-7
[2]
Ibid.: Jahenos Saragih, hlm. 7-8.
[3]
Ibid.: Jahenos Saragih, hlm. 9-11.
[4]
Ibid.: Jahenos Saragih, hlm. 12-14.
[5]
Ibid.: Jahenos Saragih, hlm. 19-31.
[6]Ibid.:
Jahenos Saragih, hlm. 31-35.
[7]
Ibid.: Jahenos Saragih, hlm. 57-61.
[8]
Ibid.: Jahenos Saragih, hlm. 67-73.
[9]
Ibid.: Jahenos Saragih, hlm. 77-84.
[10]
Ibid.: Jahenos Saragih, hlm. 88-90.
[11]
Ibid.: Jahenos Saragih, hlm. 97-101.
[12]
Ibid.: Jahenos Saragih, hlm. 105-107.
[13]
Ibid.: Jahenos Saragih, hlm.117-127.
[14]
Ibid.: Jahenos Saragih, hlm. 127-133.
[15]
Ibid.: Jahenos Saragih,
hlm. 134-144.
[16]
Ibid.: Jahenos Saragih, hlm.145-154.
[17]
Ibid.: Jahenos Saragih,
hlm. 155-161
[18]
Lesley Munro Faure & Malcolm Munro Faure, Implementing Total Quality Management (Menerapkan Manajemen Mutu
Terpadu), Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2002, hlm. 114-136
[19] Kenneth O. Gangel, Membina Pemimpin Pendidikan Kristen,
Malang: Gandum Mas, 2001, hlm. 90-91.
[20]
John Mac Arthur, Kitab Kepemimpinan; 26
Karakter Pemimpin Sejati, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2011, hlm. 40-41.
[21]
Andar Ismail, Awam & Pendeta; Mitra
Membina Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005, hlm. 5.
[22]
Ibid : Membina Pemimpin Pendidikan
Kristen,hlm. 141-175.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar