Kamis, 14 Juni 2012

ESOK PENUH HARAPAN


ESOK PENUH HARAPAN

I.                         Isi Ringkas Buku
1.1.                  Pasal 1[1]
Ø                        Mengenal dan Mengerti Tuhan Harus dengan Hati
Dalam menjalani suatu proses kadangkala Tuhan membuat kita tidak sabar. Oleh karena itu, kita harus mengingat akan sesuatu itu adalah indah pada waktunya (Pkh 3:11), inilah yang harus kita jadikan pedoman agar kita menjadi sabar dalam menjalani suatu pekerjaan kita. Dalam hal ketidaksabaran kadang kita memberontak dan menggerutu terhadap para pemimpin gereja untuk menghindari suatu permasalahan, kesusahan, dan penderitaan ataupun ingin agar gereja, pekerja-pekerjanya dan kegiatannya sesuai dengan keinginan kita.
Adanya permasalahan di dalam keluarga dan juga di dalam pernikahan yang telah di anggap sepele oleh manusia. Dalam hal ini, pasangan hidup harus lah seimbang, jika tidak seimbang, maka hal ini dapat menghancurkan kehidupan pernikahan. Begitu juga sama halnya dengan pernikahan campuran. Jika hal ini terjadi maka pasangan tersebut akan menjadi sasaran iblis yang akan menimbulkan dosa. Dalam pasal 9 lah kita akan menyelesaikan dan membahas akan dosa.
Ø                        Kalender Surga dan Agenda Tuhan.
Dalam hal ini yang di maksud dengan kalender surga dan Agenda Tuhan ialah bahwa Tuhan tidak pernah lupa akan Janji-Nya, Dia selalu setia dalam mengenapi janji-janji-Nya. kita harus percaya bahwa Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang hidup dan setia. Maka dengan begitu Tuhan bekerja menurut agenda-Nya.
Ø                        Kalender dan Agenda Dunia mempunyai awal dan akhir. Tetapi kalender dan Agenda Tuhan adalah dari kekekalan sampai kekekalan.
Dalam hal ini masalah waktu adalah masalah yang penting dan kritis dalam pengiringan kita kepada Tuhan, persepsi dan pengertian waktu yang ada dibenak dan hati kita harus disamakan dahulu dengan persepsi Tuhan. Kalau tidak maka pengiringan kita akan mengalami hambatan, salah pengertian, dan akhirnya menyesatkan kita. Dibawah ini dapatlah kita ketahui Persepsi, Reaksi, Aksi, dan Prestasi. Persepsi adalah cara kita melihat dan mengartikan dunia ini lebih kurang bukan didasarkan atas pandangan jasmani kita, tetapi berdasarkan pengertian, penafsiran, dan perasaan. Persepsi akan menimbulkan suatu reaksi atau sikap. Reaksi atau sikap akan menghasilkan aksi atau tindakan. Aksi atau tindakan akan membuahkan hasil atau Prestasi. Jadi dalam hal ini sangatlah berkaitan antara Persepsi, Reaksi, Aksi, dan Hasil. Yang menjadi pangkalnya adalah Persepsi.
Ø                        Menyamakan Persepsi Waktu
Dalam hal ini waktu adalah Jiwa. Rasul Paulus juga mengingatkan tentang masalah persepsi waktu yang berbeda antara Tuhan dan dunia. Dalam 2 Petrus 3:4 “kata mereka : di manakah janji tentang kedatangan-Nya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan.” Dan dalam 2 Petrus 3:8 “akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan (Petrus sedang menekankan pentingnya Persepsi Waktu), yaitu bahwa dihadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari.” Maka dengan begitu satu-satunya hal yang dapat menjadikan waktu sebagai sahabat anda adalah di dalam alam Rohani (Spiritual).

Ø                        Persepsi merupakan faktor penentu dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan suatu tindakan atau aksi. Sedangkan reaksi atau sikap menentukan kualitas tindakan atau keputusan kita.
Di dalam Daniel 2:21 dikatakan “Dia mengubah saat dan waktu…” Ini berarti bahwa Allah sanggup, dan hanya Dialah yang mampu mengubah saat dan waktu. Artinya kita harus hidup berdasarkan kalender dan Agenda Tuhan. Persamaan persepsi waktu kita dengan waktu surga dimulai dari hati. Di dunia ini kita berjalan dengan akal, dalam kerajaan-Nya kita berjalan dengan hati.
Ø                        Akal kita tidak dapat mengerti Tuhan. Kalau Tuhan dapat dimengerti dengan akal manusia, maka Dia sudah pasti bukan Tuhan yang luar biasa.
Di dalam hal ini yang perlu diketahui ialah tentang proses Tuhan yanjg berlangsung di dalam kehidupan manusia. Seperti conthnya proses penghukuman yang dari Tuhan bagi anggapan manusia, yang sebenarnya ialah proses dimana manusia itu ialah suatu proses yang harus di jalankan oleh manusia dan bukanlah suatu proses penghukuman Tuhan. Maka dalam hal ini proses Penghukuman atau penghakiman tidaklah sama dengan proses Tuhan. Contoh dalam hal ini ialah Dapur api bagi ketiga pahlawan iman yaitu Sadrakh, Mesakh, dan Abednego. Sangatlah jelas bukan suatu penghukuman karena mereka telah bersalah. Tetapi Dapur Api ini lebih dimaksudkan sebagai suatu proses yang harus dilalui oleh mereka (Dan. 3). Begitu pula dengan gua singa bagi Daniel. Ini hanya lah bagian dari proses Ilahi yang harus dilalui oleh Daniel.
Ø                        Rela berarti kita mau menerima kenyataan yang tidak sesuai dengan keinginan dan harapan kita. Rela berarti kita tidak menuntut apa yang menjadi hak atau bagian kita.
Inilah yang membuat Daud menjadi seorang yang dekat dengan hati Tuhan dan Tuhan selalu mengingat keturunannya. Hal ini dibuktikan oleh karena Tuhan setia akan janjinya, maka seluruh keturunannyapun dipakai oleh Tuhan untuk memimpin umatnya Israel, bahkan Yesus Kristus sendiri berasal dari keturunan Daud. Daud yang menjadi contoh bagi kita haruslah dipahami bahwa kerelaan hati akan dapat membuat kita dekat dengan Allah., karena itu “Relakanlah hatimu dan bertobatlah!” (Wahyu 3:9).

1.2.                  Paasal 2[2]
Ø                        Menanggapi Panggilan Allah
Panggilan ini sifatnya bukanlah suatu paksaan. Ini sepenuhnya adalah pilihan dan keputusan kita sendiri. Menurut sejarah dari Israel, ternyata banyak di antara mereka yang memilih untuk tetap tinggal di Babel. Itu sebabnya Babel menjadi pusat yang penting bagi orang-orang Yahudi untuk mendapatkan pengetahuan, sampai kota itu dihanguskan pada akhir abad keempat Sebelum Masehi. Sebagai contoh ketika Tuhan memanggil Abraham keluar dari kaum keluarganya untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa. Dan begitu juga ketika Musa dipanggil Tuhan untuk menjadi pembebas bagi bangsa Israel (Kel. 4). Dari kedua contoh tersebut keduanya memilih untuk menaati panggilan itu.
Dalam hal ini begitu pentingnya suatu Panggilan dalam pekerjaan Tuhan, apalagi dalam konteks pemulihan, pembaharuan, kebangunan rohani, dan kesempurnaan dalam Gereja. Dalam kitab Ezra pasal dua kita dapat melihat daftar orang-orang Israel yang kembali dari Babel. Diantaranya ada kelompok Imam (orang-orang Lewi), para penyanyi, kaum penunggu pintu gerbang, dan para budak di bait Allah (Ezr 2:2,36,40-42,55). Inilah panggilan dalam pelayanan.
Ø                        Suatu kebangunan rohani dan pemulihan dalam gereja akan terjadi apabila ada suatu “tim inti” yang mengenal dan memakai panggilannya masng-masing.
Dalam hal ini setiap orang Kristen diharapkan mampu menjalankan perannya untuk membimbing dan mengajarkan firman Tuhan. Tetapi tidak setiap orang dipanggil menjadi guru. Maka dalam hal ini orang Kristen seharusnya lebih memfokuskan dirinya kepada Panggilan-Nya. dalam hal ini panggilan sangatlah penting karena:
a.      Prasyarat atau langkah awal.
Dalam hal ini panggilan merupakan suatu Prasyarat atau langkah awal dalam perjalanan rohani. Seperti yang tertulis dalam Wahyu 17:14 yang mengatakan, “… mereka bersama-sama dengan Dia juga akan menang, yaitu mereka yang terpanggil, yang telah dipilih, dan yang setia”.
b.      Tidak pernah Tersandung.
   Dalam hal ini panggilan akan membuat kita tidak pernah tersandung dalam pengiringan kita kepada Tuhan. Seperti yang tertulis dalam surat Rasul Petrus dalam 2 Petrus 1:10 “Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung.” Dengan demikian, apabila kita berusaha sungguh-sungguh akan panggilan kita, maka menurut firman Tuhan kita tidak akan pernah tersandung!
c.       Urapan Allah semakin nyata
   Dalam hal ini bagi mereka yang menekuni panggilannya, maka akan nyatalah pengurapan Allah di dalam diri mereka (1 Ptr 5:10). Seperti contohnya Mukjizat-mukjizat yang menyertai Musa yang tidak hanya tongkat yang berubah menjadi ular, dan terus berlanjut, beragam, dan semakin besar kuasa dan pengaruhnya. Musa yang menekuni panggilannya sebagai pembebas bangsa Israel dilengkapi dengan pengurapan khusus dari Tuhan yang semakin lama semakin terasa kekuatannya. Begitu juga dengan Nabi Yesaya yang mengakui pentingnya panggilan Tuhan dalam dirinya. Panggilan itulah yang membuatnya memperoleh pengurapan dari Tuhan secara khusus untuk menyampaikan kabar baik (Yes 6:8 ; 61:1).
d.      Memiliki pengharapan
   Dalam hal ini menunjukkan bahwa panggila Tuhan menimbulkan pengharapan. Inilah yang memberikan kekuatan bagi kita, bagaikan sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita yang mendapatkan panggilan Tuhan. Contoh dalam kehidupan sehari-hari ialah dimana saat seseorang dipanggil untuk wawancara di suatu perusahaan. Maka untuk seorang tersebut akan timbul pengharapannya didalam wawancara tersebut agar dapat diterima diperusahaan tersebut. Maka untuk mewujudkan pengharapan tersebut, seseorang itu haruslah mempersiapkan segala keperluannya untuk dapat berhasil.
e.       Mengarahkan pelayanan kita
   Dalam hal ini panggilannya akan mengarahkan langkah dan hidupnya. Begitu juga di dalam pelayanannya Tuhan akan mengarahkan tujuan di dalam pelayanan orang yang terpanggil. Seperti Paulus yang mengetahui secara persis bahwa tujuannya adalah panggilan Sorgawi. Dengan demikian inilah yang menjadi pemacu dan yang membuat langkah pelayanan Paulus menjadi selalu terarah dan efektif. Setiap orang Kristen yang belum mengetahui secara pasti panggilannya dalam tubuh Kristus, maka sangatlah perlu untuk menemukan karunia-karunia rohani yang diberikan Tuhan kepada dirinya, namun setelah ia berhasil menemukannya haruslah dengan penuh ketekunan dalam menjalani panggilan tersebut demi kepentingan Tubuh Kristus bukan kebutuhan pribadi.

1.3.                  Pasal 3[3]
Ø                        Membangun landasan yang Kokoh dengan Doa, Puji, dan Sembah.
Dalam membangun landasan yang kokoh bagi umat Israel dalam hal ini mereka membangun Mezbah (Bait Suci) untuk Allah (Ezra 3 : 3). Sebelum membuat dasar bangunan mereka mempersembahkan korban bakaran terlebih dahulu sebagai doa mereka, begitu juga disaat peletakan dasar bangunan telah diletakkan. Para Imam memakai pakaian jabatannya dan membawa nafiri, dan orang-orang Lewi, bani Asaf, dengan membawa ceracap yang bertujuan untuk memuji-muji Tuhan sebagai pujian syukur mereka. (Ezra 3: 10-11).
Dalam hal mendirikan Mezbah bagi Tuhan adalah bertujuan agar seluruh umat Israel dapat berkumpul dan juga menjadi sebuah pusat penyembahan bagi umat Israel. Begitu juga dengan Doa yang dipanjatkan umat Israel diawal pembangunan mezbah tersebut, bertujuan sebagai sebuah permohonan berkat di dalam pembangunannya.

Ø                        Hubungan kita yang sempat terganggu oleh karena dosa harus dikembalikan pada posisinya yang semula melalui doa. Inilah langkah awal untuk hidup berkemenangan.
Dalam hal ini yang menjadi perusak hubungan kita dengan Tuhan adalah karena adanya dosa yang telah kita perbuat dalam kehidupan kita. Dalam hal ini sangatlah diperlukan doa dan penyembahan pada awalnya., karena seperti yang dilakukan umat Israel dalam pembangunan mezbah mereka selalu memprioritaskan doa sebagai awal dari pembangunannya. Demikian juga dengan hidup kita, doa dan penyembahan ialah sesuatu hal yang dapat menyatukan kembali hubungan kita dengan Tuhan. Begitu juga sama halnya dengan “penyaliban” yaitu untuk membangun kehidupan, doa yang kokoh sangatlah diperlukan. Penyaliban tersebut sangatlah berguna atas keinginan daging, keinginan mata, dan keangkuhan hidup agar tidak terjadi.

Ø                        Segala sesuatu dapat dijangkau melalui doa. Doa tidak pernah mempunyai batasan. Tidak ada yang dapat membatasi jangkauan dari doa-doa kita.
Yang dimaksudkan dalam perikop ini adalah dimana Doa ialah yang menjadi langkah awal di dalam memulai sebuah pekerjaan yang akan dilakukan. Demikan sama halnya dengan pembangunan Mezbah yang dimulai dengan sebuah awal, yaitu Doa yang disimbolkan dengan korban bakaran. Selain doa ada juga proses yang diperlukan dalam membangun Mezbah tersebut diantaranya adalah :
1.      Para ahli bangunan (Rasul dan Nabi)
2.      Firman Tuhan (Alkitab)
3.      Kualitas bahan yang baik (Kayu Aras)
4.      Komitmen dan pengorbanan (kesetiaan)
5.      Kerjasama (kekompakkan)

Ø                        Pujian dan penyembahan jangan dianggap remeh. Banyak orang Kristen menganggap pujian dan penyembahan hanya bagian dari ibadah. Tetapi sesungguhnya, pujian dan penyembahan itu sendiri adalah ibadah!
Penyembahan yang dimaksud disini diartikan sebagai tiangpengenalan akan Tuhan, karena penyembahan adalah ungkapan isi hati kita atas kebesaran dan keagungan-Nya, dan juga hubungan pribadi kita bersama Tuhan. Dalam Ezra 3:10-11 ada beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai pujian dan penyembahan bersama atau secara korporat (corporate praise and worship). Pertama, orang yang terlibat. Kedua, cara memuji dan menyembah. Ketiga, kandungan (isi) dari pujian dan penyembahan. Dan terakhir, sikap hati dalam memuji dan menyembah. Keempat komponen ini juga perlu diperhatikan dan dimengerti. Maka dibawah ini dapat kita lihat penjabarannya sebagai berikut:
1.      Orang yang terlibat
Orang yang terlibat yang dimaksud ialah para Imam, orang-orang Lewi, bani Asaf, dan umat Israel. Keempat kelompok ini menggambarkan para penatua dan hamba Tuhan (Imam dan Lewi); bani Asaf mewakili para pemimpin pujian (song leader), penyannyi (singer), dan musisi; sedangkan umat Israel merupakan gambaran jemaat Tuhan (gereja). Orang-orang ini harus terlibat dan semua harus dapat bekerja sama secara baik.
2.      Cara memuji dan menyembah
Dalam hal ini pada mazmur Daud kita dapat mempelajari banyak hal tentang bagaimana seharusnya kita memuji dan menyembah Tuhan. Kita haruslah memuji dan menyembah dengan mulut dan hati kita, bukan dengan tubuh kita saja (Mzm. 51:17; 57:8). Mengangkat tangan juga merupakan salah satu petunjuk Daud dalam memuji dan menyembah Tuhan (Mzm. 134:1-2).
Selain itu dalam ibadah secara bersama pujian dan penyembahan hendaknya serasi sehingga membentuk suatu paduan suara yang indah, serentak (bersama-sama), dan selaras dengan tinggi nada dan tempo dari music yang dimainkan. Pengaturan suara (sound system) pun harus bagus, baik dari segi peralatannya terlebih lagi dari segi pengaturan suara antara pemimpin pujian, penyanyi, dan musik.
3.      Kandungan (isi) pujian
Kandungan (isi) dari pujian terdiri dari nyanyian pujian dan nyanyian syukur (ayat 11). Nyanyian pujian merupakan ungkapan hati atas kehebatan karya-karya Tuhan yang telah kita alami, sedangkan nyanyian syukur merupakan ungkapan rasa terimakasih atas kebaikan, kesetiaan, dan kemurahan Tuhan yang berlaku dalam diri kita.
4.      Sikap hati
Sikap hati adalah gambaran dari umat Tuhan yang sungguh-sungguh memuji dan menyembah Tuhan, sehingga dikap hati ini dapat menggemakan suara Tuhan dan meradiasikan hadirat-Nyahadirat-Nya kepada lingkungan kita dan bahkan sampai jauh – mulai dari Yerusalem, Yudea, Samaria, dan sampai keujung bumi (Kis. 1:8).

1.4.                  Pasal 4[4]
Ø                        Menguak Rahasia dan Strategi Musuh)
a.       Kitab Ezra pasal yang ke 4-5, menceritakan tentang tantangan dan hambatan dalam pembangunan rumah Tuhan yang baru sebagian selesai. Dan ayat  6-23 menjelang kedatangan Ezra diceritakan tentang hambatan dan tantangan dalam rencana pembangunan tembok kota Yerusalem. Tetapi kedua peristiwa berbeda periode dan disajikan menjadi satu dalam pasal empat dengan rahasia dan strategi musuh. Zerubabel bin Sealriel dan bin Yozadak yang bersemangat dalam pembangunan rumah Tuhan itu. Namun terhenti selama kurang lebih 16 tahun. Ada beberapa sebab mengapa Tuhan berdiam diri di saat kita membutuhkan pertolongan dan jawaban dari Tuhan : Manusia belum siap menerima penjelasan dari Tuhan. Tuhan dapat berdiam diri sama kita apabila ada hal-hal yang memang belum bisa dijawab pada masa sekarang ini. Seperti pesan Tuhan kepada Daniel yang mengatakan untuk merahasiakan apa yang di perlihatkan Tuhan kepadanya sampai pada akhir jaman. Karena di akhir jaman, pengetahuan akan bertambah dan segalanya akan menjadi jelas (Dan. 12:4).
b.      Merupakan proses belajar bagi manusia
Ada kalanya seorang pemimpin perusahaan membiarkan karyawanya melakukan sesuatu sendiri. Dimana tujuannya supaya Sang karyawan memperoleh pengalaman dan pengetahuan dari apa yang dikerjakannya. Biasanya apa yang dialami dan diketahui dari pengalaman tersebut akan melekat dalam ingatan dan hatinya. Inilah disebut pengalaman.
c.       Dia mempunyai rencana lain
Dimana Tuhan mempunyai rencana lain jauh lebih indah buat kita daripada yang pernah kita pikirkan. Seperti tokoh Yusuf yang berada dalam sumur, di rumah Potifar dan di dalam penjara. Tuhan sudah menetapkan suatu rencana yang besar bagi Dia yaitu sebagai orang kepercayaan Mesir, Firaun.
d.      Kebenaran dan kepalsuan dapat terungkap
Allah menghendaki agar apa yang tidak baik dan yang baik akan terungkap sepenuhnya. Seperti contoh pada matius 13: 24-30 yaitu perumpamaan tentang lalang diantara gandum dimana situasi ini menggambarkan bahwa Allah membiarkan lalang tumbuh tampak jelas dan tidak membiarkan manusia mencabutnya karena bila mencabutnya gandum akan ikut tercabut. Dan Tuhan mengatakan biarlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai.
ü      Proses dan Pelaku pembangunan
Proses Tuhan dalam suatu pelayan dilakukan dengan berurusan pada para pemimpinn. Cara yang dilakukan Allah yaitu membenahi dan membereskan pemimpin. Karena tidak ada perubahan yang sejati apabila tidak didahului dari dalam diri kita sendiri.
ü      Rahasia dan strategi Musuh
Rahasia dan strategi musuh untuk menghambat pekerjaan Tuhan tidaklah sedikit. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu musuh dapat melemahkan dan membuat kita menjadi merasa takut dan memanfaatkan pemimpin  (majikan, pendeta, pejabat dll). Bahkan musuh menuduh umat Tuhan. Iblis dapat menyerang pikiran dan akal manusia dengan memberi alasan-alasan. Musuh juga sering menyingkapakan hanya sebagian dari kebenaran sesungguhnya. Maka dengan mengetahui siapa yang menjadi “Dalang” dari semua hambatan dan persoalan ini maka:
1.      Kita harus bisa terbebas dari rasa tidak suka terhadap orang-orang yang menghambat pelayanan dan pekerjaan kita. Dimana kita dapat mendoakan dan mengasihi mereka.
2.      Kita dapat berperang secara tepat. Fokus kita tidak lagi pada manusianya.
3.      Kita tahu akan kemenangan kita karena salibNya sudah mengalahkan musuh kita.
Konsep sukseks dalam duniawi dan sorgawi berbeda. bagi orang duniawi sukses dikaitkan dengan materi, kedudukan, popularitas, penghargaaan dan kenyamanan. Bagi umat Tuhan, sukses ditemukan pada saat situasi yang menurut dunia merupakan suatu kegagalan. Menurut Kent dan Barbara Hughes, sukses adalah kesetiaan dan ketaatan kepada Tuhan dan firman-Nya, melayani Tuhan dan sesama, mengasihi Tuhan, mempercayainya dan berdoa kepadaNya, mengejar kekudusan, mengembangkan sikap yang baik dan positif.


1.5.                  Pasal 5[5]
Ø                        Mulut dan Mata yang tidak kelihatan
Tuhan selalu bergerak tepat pada waktunya, Tuhan pasti membela umatNya yang taat dan berani membayar “harga” dari ketaatan tersebut. Pembelaan Tuhan akan dinyatakan pada waktunya (1 Pet 5:6). Sehingga pemulihan atau restorasi harus dimulai dari Tuhan sendiri.
ü      Sekarang Belum tiba Waktunya
Disaat umat Yahudi tidak bersemangat lagi membangun rumah Allah keadaan menjadi lebih buruk. Ketika menghadapi masalah dan persoalan hidup, mereka menganggap bahwa Tuhan tidak berpihak kepada mereka. Tidak adanya jawaban daar Tuhan akhirnya mendorong mereka untuk mencari alternatif lain, dan alternatif itu bukan untuk kebaikan dan pertumbuhan rohaninya tetapi malah menghancurkan kerohanian mereka.
ü      Perhatikanlah Keadaanmu
Semangat umat Yahudi menjadi berkurang, mereka melupakan Tuhan dan pekerjaanNya. Apa yang mereka lakukan semuanya salah. Jikalau kita meninggalkan Tuhan maka pekerjaan kita akan sama seperti orang menggali kolam bocor yang tidak dapat menahan air (Yer 2:13), dan celakanya jika manusia tidak menyadari kondisinya. Mereka tetap asyik bekerja dan bekerja terus. Tuhan mengingatkan umat Yahudi hingga dua kali melalui Hagai (Hag 1:5,7). Lewat pelayanan Hagai, Tuhan mulai membangkitkan semangat umat Yahudi, baik semangat para pemimpin, maupun semangat umat Tuhan yang lain.
ü      Nabi, Hamba Tuhan Yang Khusus di Hati Allah
Pelayan kenabian (prophetic ministry) adalah suatu pelayanan yang paling dekat kepada pelayan yang dikasihiNya. Tuhan mengutus Hagai dan Zakharia utuk memberi tahu keputusunNya untuk melanjutkan pembangunan rumah Tuhan. melalui Hagai dan Zakharia umat Tuhan dan pemimpinnya kembali bersemangat untuk membangun kembali rumah Tuhan. Nabi adalah pelayan penting dalam pembentukan pembangunan grumah Tuhan. mereka menyampaika suara yang memebeikan pengarahan bagi gereja mula-mula di tahun pertama pembentukan gereja.
ü      Pelayanan Nabi
Pelayanan Nabi tidak sama denagn pelayanan gembala. Nabi diberikan kemampuan untuk mengaktifkan karunia yang ada pada umat Tuhan dan pelayannya melaui penumpangan kata dan Nubuat. Pelayanan Nabi sangat dibutuhkan gereja di akhir jaman ini. Gereja membutuhkan pelayan seorang Nabi yang berperan seperti Yohanes pembabtis dan Nabi Elia yang sangggup memberantas nabi palsu yang sanggup mengubah alam dengan menahan hujan  selama 3,5 tahun dan memulihkan keluarganya.
ü      Suara Tuhan melalui Nubuat
Karunia yang paling menonjol dari seorang nabi adalah bernubuat. Nubuat adalah sesuatu yang penting bagi gereja perjanjian baru Melalui nubuat umat Tuhan atau gereja dibangun, dinasehati, dan dihibur (1 Kor 14:3). Sarana Tuhan untuk menyampaikan suaranya kepada gereja Tuhan. Nubuat yang disampaikan oleh Zakaria  dan Hagai sangat penting dalam pembangunan kembali rumah Tuhan. Melalui nubuat itu suara Tuhan dapat didengar oleh umat Tuhan.
ü      Mendengar atau mendengarkan
Ada suatu perbedaan yang besar antara mendengar dan mendengarkan. Mendengarkan itu lebh dari sekedar mendengar. Mendengarkan berarti mendengar dengan penuh perhatian, kesungguhan, dan penuh dengan ketaatan.
1.6.                  Pasal 6[6]
Ø                        Membuat segala sesuatu indah pada waktunya
Segala sesuatu ada masa dan waktunya. Penting bagi umat Tuhan untuk mengetahui rencana dan kehendakNya secara tepat. Sebagai langkah awal untuk dapat mengetahui kehendakNya adalah dengan melakukan penyelidikan firman Tuhan. Hal ini mutlak perlu dilakukan oleh setiap orang kristen. Keadaan dan lingkungan kita dapat saja berubah tetapi kita harus dapat percaya, bahwa Dia tidak pernah berubah janji dan rencanaNya untuk kita tidak pernah berubah. Pertumbuhan kerohanian kita dalam memenuhi kehendakNya sangat ditentukan oleh ketaatan kita, baik kepada Tuhan maupun kepada para pemimpin yang ditetapkan Tuhan kepada kita. Dalam keadaan dunia yang serba kalut yang tidak menentu ini, umat manusia pada umumnya sulit untuk bisa mempunyai sukacita yang sejati. Kebanyakan mereka memperoleh sukactita yang semu dan sementara sifatnya. Tetapi bagi umat Tuhan yang selalu hidup dalam kekudusan, sukactita yang sejati yaitu buah Roh Kudus, dapat diperoleh dengan berkelimpahan.

1.7.                  Pasal 7[7]
Ø                        Ciri-ciri Pemimpin yang Membangkitkan Pengharapan
Guru yang baik adalah seoarang yang mampu membawa orang lain kejalan yang benar. Kalo seorang penginjil bertugas membawa seorang kepada pertobatan, maka seorang guru bertugas menuntun seorang kepada kebenaran. Seorang guru membentuk kekekalan dalam diri orang-orang yang dibimbing tau diajarnya. Ezra merupakan ciri pemimpin yang membangkitkan pengharapan, dapat dilihat dari cara Ezra memimpin rombongan kedua dari umat Yahudi melalui surat perintah yang dikeluarkan oleh Raja Arthasasta. Ciri-ciri Pemimpin yang Membangkitkan Pengharapan adalah:
1.      Menguasai Firman Tuhan dengan Baik
2.      Bergaul dengan Tuhan
3.      Mempunyai Komitmen dan Tekad yang Kuat
4.      Meneladani dan Membimbing
5.      Bisa Dipercaya
6.      Berpegang pada Hikmat Tuhan
7.      Memuliakan dan Memuji Tuhan
8.      Kemampuan dan Kapasitas Seorang Pemimpin
9.      Memahami Pentingnya Pengawasan
10.  Memanfaatkan Waktu secara Baik
11.  Pendoa Syafaat
12.  Beriman Teguh dan menjaga nama Tuhan dan;
13.  Bekerja dalam Tim
Seorang yang mengenal Fiman Tuhan secara baik akan mengenal betul perintah-perintahNya. Ia tidak hanya mereka-reka saja, ia tahu persis apa yang menjadi kehendak Tuhan. Ia tidak muda diombing-ambingkan oleh berbagai angin pengajaran (Ef. 4:14). Ezra tidak pernah ragu-ragu untuk bertindak, karena ia tahu dengan pasti apa yang menjadi kehendak dan perintahnya. Langkah-langkagnya pasti karena Firman Tuhan menjadi terang bagi jalannya dan pelita bagi kakinya (Maz. 119:105). Mengenal dan menguasai Firman Tuhan berarti juga kita mengenal watak dan sifat Tuhan secara baik.
Pergaulan pribadi Ezra bersama Tuhan Begitu mengesankan banyak orang, termasuk juga raja. Tuhan yampak begitu nyata dalam kehidupan Ezra. Bagi Ezra, Tuhan adalah satu pribadi yang mudah didekati, dapat dimengerti dan dapat “dialami” setiap hari dalam kehidupannya.
Komitmen dan Tekad sering kali menjadi kekuatan dari bagian terdalam manusia yang menyebabkan manusia itu tidak mudah untuk menyerah kepada keadaan. Kekuatan ini sanggup menerobos setiap penghalang dan rintangan yang ada di hadapan kita. Pemimpin rohani adalah seorang yang memiliki pandangan rohani dan yang membimbing orang-orang yang dipimpinnya kejalan yang sudah pernah ditempuh olehnya. Seorang pemimpin menunjukkan jalan menuju kepada kedewasaan rohani dan memberikan alasannya secara tepat. Seorang pembimbing yag baik tidak berpikir untuk orang lain tetapi Ia membantu orang lain untuk berpikir bagi dirinya sendiri. Seorang hamba Tuhan atau pemimpin yang bisa dipercaya akan membangkitkan  semangat orang-orang yang dipmpinnya, karena semangat memberi yang ada dalam diri orang-orang yang dipimpin akan terus berkobar. Seorang pemimpin seperti Ezra sangat diperlukan bagi gereja di akhir zaman. Gereja sudah terlalu lama terlelap dalam tidur yang nyeyak. Tidak sedikit pula yang sudah kehilangan harapannya dengan Tuhan. Ezra adalah figur seorang pemimpin yang mempunyai ciri-ciri yang dapat membangkitkan  pengharapan umat Tuhan.

1.8.                  Pasal 8[8]
Ø                        Kasih Allah yang menimbulkan Pengharapan
Kasih Tuhan selalu memberikan pengharapan. KasihNya memang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Kasih Tuhan hanya bisa kita rasakan. Ia sama seperti panas matahari, meskipun meskipun tidak berwujud tetapi dapat kita rasakan. Kasih Tuhan harus diserap dan dialami setiap hari, supaya kita tidak muda berpaling kepada dosa kasih Tuhan yang hanya dimengerti dengan otak akan membuat kita kembali jatu kedalam dosa. Rentan terhadap Dosa. Sangat disayangkan setelah ditolong dan dibebaskan dari pembuangan di Babel, umat Tuhan berbuat dosa kembali dengan menikahi perempuan asing (Ayat 2). Mereka begitu cepat berpaling dari kasih Tuhan kepada dosa.
Dosa Para Pemimpin Rohani. Seorang pemimpin rohani harus selalu waspada. Ia harus sadar bahwa dirinya menjadi incaran setan. Pemimpin yang hidup dalam dosa akan menyingkirkan kasih Tuhan. Tanpa kasihNya tidak mungkin ada pewahyuan. Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat (Ams. 29:18). Mereka berjalan menurut kehendak hati mereka masing-masing dan melakukan dosanya sendiri, inilah yang terjadi jika seorang pemimpin itu itu berdosa. Apa yang menjadi reaksi pemimpin yang sejati jika pemimpin rohani telah berbuat dosa? Reaksi Pemimpin Yang Sejati, layaknya Ezra yang disebut seorang pemimpin sejati ketika ia mendengar perbuatan para pemimpin, reaksi Ezra yang pertama mengoyakkan pakaiannya, mencabut rambut kepala dan janggutnya (ayat 3). Inilah yang seharusnya timbul dari seorang pemimpin yang sejati. Pakaian menggambarkan kebenaran, ia mencabik-cabik kebenarannya sendiri, ia tidak berusaha membenarkan dirinya sendiri dalam perkara itu. Bagi Ezra Kesalehannya (kebenaran diri sendiri) bagaikan kain kotor. Bagi Tuhan mencabut rambut dikepala dan janggut adalah tanda berkabung (Yes. 15:2; Yer. 41:5-6), Ezra berkabung karena perbuatan para pemimpin Israel yang begitu mudah melupakan kasih Tuhan.
Reaksi dan sikap Ezra sangat jelas. Ia hanya mau menceritakan dosa para pemimpin kepada Tuhan saja. Ia tidak mau menceritakan kepada pihak-pihak lain. Bukankah ada Firman Tuhan yang berkata: “Kasih menutupi banyak sekali dosa” (1 Ptr. 4:8). Ezra yang dipenuhi kasih Tuhan tidak mau mengutaraka atau menceritakan dosa orang lain melainkan ia menutupi dengan doa dan puasa. Kasih menghapuskan dosa, tetapi dosa tidak akan sanggup menghapuskan kasih. Dosa hanya mampu menyinhkirkan kasih. Inilah keajaiban dari kasih Tuhan. Meskipun kita telah berbuat dosa, kasihNy tetap tersedia dan berkelimpahan. kasihNya siap untuk menghapuskan dosa-dosa kita, apabila kita berani menghadap hadiratNya dengan seluruh pengakuan dan pertobatan. Kasih Allah selalu dan pasti menimbulkan pengharapan.

1.9.                  Pasal 9[9]
Ø                        Masih Ada Harapan
Perbuatan dosa yang dilakukan oleh para pemimpin Israel sempat membuat Ezra putus asa dan bahkan meninggalkan tugas-tugasnya. Tetapi Ezra mendapat dukungan atau pendampingan dari Sekhaya dan rekn-reknnya yang lain dan berkata kepada Ezra “Bangkitlah, karena hal itu adalah tugasmu. Kami akan mendampingi engkau. Kuatkanlah hatimu, dan bertindaklah! (Ayat 4)”.
Ø                        Berdoa Dalam Kasih dan Kerendahan Hati
Di dalam kasih Tuhan, Ezra berdoa dan mengaku dosa sambil menangis dan bersujud di depan rumah Tuhan (Ayat 1). Motif Ezra dalam berdoa hanya satu, yaitu supaya umat Israel dan para pemuka Israel diselamatkan dan diampuni Tuhan. Doa yang penuh kasih ternya meradiasi keseluruh jemaat yang bersama-sama Ezra berdoa syafaat. Seperti halnya dengan dosa yang akibatnya terkadang di luar dugaan dan hitungan manusia, demikian pila dengan kasih Tuhan. Manusia sering kali tidak menyadari betapa dasyatnya pengaruh kasih dalam kehidupan manusia. Kasih Allah membawa pengaruh berlipat kali ganda.
Ø                        Kejarlah kasih itu
Melayani Tuhan haruslah dilandasi dengan kasih Agape. Tanpa kasih, pelayanan kita akan menjadi sia-sia. Pelayanan tanpa kasih Agape akan mempunyai ciri-ciri seperti:
1.      Bosan dan hambar, Pelayan akan menjadi satu kewajiban dan tugas saja, tidak ada lagi keindahan dan kesukaan dari pelayan itu.
2.      Mudah terpengaruh oleh keadaan, Ketika menghadapi keadaan yang kurang menggembirakan, maka pelayanan akan menjadi kurang menggairahkan. Sebaliknya apabila keadaan menyenangkan, pelayan menjadi bersemangat kembali.
3.      Kurang sensitive, Tanpa kasih Tuhan hati kita menjadi kurang sensitif, baik terhadap suara Tuhan maupun terhadap perasaan dan kesusahan orang lain. Tuhan Yesus dalam pelayananNya, selalu digerakkan oleh belas kasihan. Dia sensitif terhadap kesulitan dan kesusahan orang.
4.      Membebani, bukannya mengangkat, Pendekataan orang-orang Farisi terhadap orang lain (umat Tuhan) yang memerlukan pertolongan adalah dengan menambahai beban kepada mereka. Misalnya, mereka diharuskan (diwajibkan) syarat agamawi yang berat. Pendekatan Yesus terhadap mereka adalah justru dengan mengangkat bebannya. Mereka ditolong terlebih dahulu, barulah diminta mengerjakan sesuatu.
5.      Mencari dan membahas kekurangan orang lain, Kasih menutup banyak dosa. Orang-orang yang tidak memiliki kasih Tuhan memiliki kecendrungan untuk mencari dan membahas kekurangan orang lain. Mereka lebih senang mengkritik dari pada berdoa. Mereka lebih suka menunjukan kekurangan dari pada mencoba mengisi atau memperbaiki kekurangan tersebut.
6.      Membenarkan diri sendiri, Kasih tidak memegahkan diri. Umat Tuhan yang sudah kehilangan kasih selalu saja membenarkan diri sendiri. Mereka tidak lagi mau menguji dan memeriksa hatinya dihadapan Tuhan. Dengan menyalahkan orang lain mereka sudah membenarkan diri sendiri.
Ø                        Langkah Praktis untuk Memerangi Pengaruh Dosa
Pengaruh dosa memang luar biasa. Ezra begitu sedih dan putus asa ketika ia melihat keadaan bangsa Israel yang telah jatu kedalam dosa. Oleh karena itulah Ezra dan Sekhaya berdoa syafaat, memberikan langkah-langkah praktis untuk memerangi pengaruh dosa dan bagaimana cara bangsa Israel untuk menghadapi dosa dan supaya memperoleh kemenangan atas dosa tersebut. Langkah-langkah praktis itu ialah:
1.      Mengikat perjanjian dengan Allah
2.      Meninggalkan dosa dan perbuatan jahat
3.      Bangkit dan lakukan tugas kita
4.      Kuatkan hati dan bertindak
5.      Mengakui dosa dan kesalahan
6.      Melakukan yang diperkenan dan;
7.      Memisahkan diri dari lingkungan lama (Dosa)

II.                      Tanggapan
2.1.                  Kepemimpinan Ezra[10]
Seperti Ezra, seorang pemimpin Kristen harus menyelidiki firman Tuhan sebagai sebuah perenungan atau meditasi rohani melalui doa dan saat teduh setiap hari. Roh Kudus akan memberi kekuatan mental melalui doa-doa yang kita naikkan. Sama seperti Ezra, pemimpin Kristen yang baik akan hancur hati, meskipun bukan berarti berlarut-larut dalam kesedihan ketika melihat jemaat atau orang-orangnya jatuh dalam dosa. Dari hati yang hancur itulah muncul doa yang tulus kepada Tuhan. Sebagai seorang pemimpin kepercayaan, Ezra diberi wewenang oleh raja untuk mengangkat pemimpin-pemimpin lainnya. Artahsasta memberinya  tugas dan otoritas: "hai Ezra, angkatlah pemimpin-pemimpin dan hakim-hakim sesuai dengan hikmat Allahmu yang menjadi peganganmu, supaya mereka menghakimi seluruh rakyat yang diam di daerah seberang sungai Efrat, yakni semua orang yang mengetahui hukum Allahmu (Ezra 7:25).
Kepemimpinan Ezra sendiri sangat menonjol di kalangan orang-orag Israel yang merindukan tanah air mereka. Dengan penuh kewibawaan, Ezra menghimpun orang-orang Israel dan memimpin mereka untuk pulang (Ezra 7:28b). Bangsa Israel menghormati Ezra sebagai seorang pemimpin dalam pengajaran firman Tuhan. Mereka mengakui kepakaran Ezra dalam (pengetahuan tentang) Taurat. Mereka menghormati urapan jabatan sebagai pengajar yang Tuhan berikan kepada hamba-Nya itu. Setelah pendirian tembok kota Yerusalem selesai, Ezra mengajarkan Taurat kepada seluruh rakyat sehingga mereka menjadi sadar dan bertobat (Nehemia 8:1-10:39).[11]

2.2.                  Kehidupan Doanya
Ezra pastilah seorang pemimpin yang memiliki kehidupan doa yang kuat. Alkitab mencatat bahwa tangan Tuhan melindunginya (Ezra 7:6c) dan Allah begitu melimpahkan kemurahan atas kehidupan dan pelayanan kepemimpinannya (Ezra 7:9). Orang yang dekat dan mengandalkan Tuhan pasti diberkati-Nya secara khusus. Kehidupan doa Ezra, dalam arti hubungan akrabnya dengan Tuhan, dibangun di atas dasar firman Tuhan. Ezra memiliki tekad yang sangat kuat untuk meneliti Taurat Tuhan (Ezra 7:10). Ezra melakukan penyelidikan itu tidak semata-mata sebagai sebuah studi atau riset ilmiah karena ia seorang pakar Taurat, tetapi juga sebagai perenungan atau meditasi rohani sehari-hari karena ia seorang imam.
Sebelum memimpin bangsa Israel pulang ke Yerusalem, Ezra melakukan tindakan berikut ini: "Aku menguatkan hatiku, karena tangan Tuhan, Allahku, melindungi aku" (Ezra 7:28b). Ezra memantapkan hati, pikiran, dan mental, sebelum menjalankan kepemimpinannya. Dari kalimat itu, tampak bahwa Ezra memohon kekuatan yang dari Tuhan. Demikian juga pemimpin Kristen masa kini, Roh Kudus akan memberi kekuatan mental melalui doa-doa yang kita naikkan. Spirit doa Ezra sangat terlihat dari tindakannya menggerakkan umat Israel untuk berdoa puasa secara massal. Karena telah memperoleh banyak harta serta dukungan moral dari raja Artahsasta, Ezra merasa malu meminta lagi bantuan pengawalan militer dari kerajaan Persia itu (Ezra 8:22). Di sisi lain, ia menyadari bahwa perjalanan pulang menuju Yerusalem sangat berisiko, apalagi rombongannya besar dan membawa banyak barang berharga.
Ezra percaya bahwa Tuhan sanggup melindungi perjalanan pulang mereka. Karena itu, Ezra memaklumkan doa puasa, memerintahkan umat Israel untuk merendahkan diri dan memohon perlindungan dari Tuhan (Ezra 8:21). Ada kalanya kita tidak bisa lagi meminta bantuan manusia. Dalam hal ini, seorang pemimpin dituntut untuk mengandalkan Tuhan, bergantung pada perlindungan-Nya yang ajaib.

2.3.                  Doa Pertobatan
Ezra melihat bahwa orang-orang Israel yang pulang itu sudah menyimpang dari perintah Tuhan. Sampai-sampai para imam pun telah mengambil perempuan kafir menjadi istri-istri mereka. Perilaku menyimpang dari perintah Tuhan itu merupakan kekejian di hadapan Allah Israel (Ezra 9:1-2, 14). Melihat dosa itu, Ezra berkabung,: "Ketika aku mendengar perkataan itu, maka aku mengoyakkan pakaianku dan jubahku dan aku mencabut rambut kepalaku dan janggutku dan duduklah aku tertegun" (Ezra 9:3). Seorang pemimpin sejati akan hancur hati ketika rakyat atau jemaatnya jatuh di dalam dosa.
Hancur hati merupakan modal dasar bagi sebuah doa yang berkenan. Sering kali pemimpin Kristen tidak merasa bersalah apa pun ketika ada anak buahnya yang jatuh dalam dosa. Ia tidak menyesal karena gagal membina domba-dombanya. Pemimpin Kristen yang baik akan hancur hati, meskipun bukan berarti berlarut-larut dalam kesedihan, ketika melihat jemaat atau orang-orangnya jatuh dalam dosa. Dari hati yang hancur itulah muncul doa yang tulus kepada Tuhan, sama seperti Ezra yang kemudian berdoa memohon pengampunan bagi umat Israel.[12]
Sangat menarik jika kita mencermati reaksi Ezra kepada kaum Israel yang berdosa itu. Ia tidak marah, dongkol, atau kecewa kepada mereka. Ezra bukan tipe pemimpin yang suka menghakimi, menuduh, dan mempersalahkan orang-orangnya. Tetapi, Ezra juga sangat merindukan pertobatan kaumnya itu. Ezra adalah seorang pemprakarsa kebangunan rohani. Akan tetapi ia mempertobatkan orang bukan dengan khotbahnya yang berapi-api; ia mempertobatkan orang banyak melalui doa yang dinaikkannya dengan penuh penghayatan mendalam. Ia tidak berdiri di podium untuk menyampaikan khotbah, tetapi ia berdiri di depan jemaah untuk menaikkan doa-doa penyesalan (Ezra 9:5-15). Ezra berlutut, mengoyakkan pakaian dan jubahnya, lalu menadahkan tangannya ke hadirat Tuhan, serta menaikkan doa-doa penyesalan (Ezra 9:5).
Apa yang terjadi kemudian? Sementara Ezra berdoa dan mengaku dosa sambil menangis, umat Israel berbondong-bondong datang dalam jumlah yang sangat besar. Orang-orang itu menangis keras-keras (Ezra 10:1). Terjadilah pertobatan dan pembaharuan komitmen kepada Tuhan. Terkadang pemimpin Kristen tidak perlu berkhotbah untuk menyadarkan kesalahan jemaatnya; mereka cukup berdoa, dan Roh Kudus menjamah setiap orang yang didoakannya sehingga mereka pun bertobat.[13]
Godaan kedudukan adalah salah satu kejatuhan utama para hamba Tuhan. Kepemimpinan rohani bukanlah bergaya majikan, bos atau direktur perusahaan. Pemimpin wajib memiliki hati hamba dan sifat pelayan (Yoh 13:4-17, Mark 9:35). Para pemimpin harus berjiwa pelayan. (Ep 6:6-8) seperti Yesus, berfungsi sebagai pelayan (Luk 22:27). Jadi, para pemimpin harus bergantung total kepada Tuhan, bukan kepada manusia, kekuatan uang, ekonomi, politik, atau sikon.[14] Gereja memerlukan pemimpin-pemimpin. Jikalau tidak ada pemimpin, jatuhlah bangsa (Ams11:14). Gereja tidak akan bertumbuh mencapai kedewasaan, tanpa kepemimpinan (Ep 4:11-16). Negara yang sedang bergumul dalam dunia yang penuh goncangan dan krisis, memerlukan pimpinan yang solid, yang kekuatannya bertumpu pada Roh Kudus.

2.4.                  Ciri-Ciri Pemimpin yang Rendah hati
Layaknya Ezra memimpin bangsa Israel keluar dari pembuangan, melayani bangsa itu dengan rendah hati. Bagimana seorang itu dikatakan pemimpin yang mempunyai sifat rendah hati sehingga dalam kepemipinannya seorang pemimpin berhasil untuk menghandel dan mengatur semua yang menjadi  tanggung jawabnya. Dalam HKBP juga diperlukan seorang pemimpin yang memimpin dengan rendah hati dan untuk mengetahui bagaimana seorang pemimpin itu disebut sebagia pemimpin yang rendah hati yaitu:

2.5.                  Mau melayani
Kepemimpinan ini diperkenalkan oleh Tuhan Yesus, tatkala ia mengatakan bahwa Anak Manusia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani (Markus 10:43-44). Dalam konsep kepemimpinan hamba, seorang pemimpin adalah hamba Tuhan dan sekaligus juga hamba jemaat (dalam tugas pelayanan).Terminologi kata hamba diterjemahkan dari bahasa Ibrani “Eved”, yang mempunyai arti budak, hamba, pelayan. Hamba adalah pekerja yang menjadi milik tuannya. Konsep hamba Tuhan telah digambarkan Tuhan Yesus melalui hidup, karya dan kepemimpinan-Nya selama berada di dunia sekitar 2000 tahun yang lalu. Hamba Tuhan itu telah menjadikan diri-Nya teladan, baik saat dimuliakan umat maupun di dalam kesengsaraan-Nya.
Yang menjadi kendala yaitu Manusia lebih cenderung ingin dilayani, diberi hak-hak istimewa, diutamakan dan dihormati. Kepemimpinan justru sering diartikan dengan jabatan formal, yang justru menuntut untuk mendapat fasilitas dan pelayanan dari konstituen yang seharusnya dilayani. Bahkan hampir tidak ada pemimpin yang sungguh-sungguh menerapkan kepemimpinan dari hati, yaitu kepemimpinan yang melayani. Sifat mau melayani dimulai dari dalam diri kita. Mau melayani menuntut suatu transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter. Hal tersebut dimulai dari dalam dan kemudian bergerak ke luar untuk melayani orang lain. Kembali kita diingatkan bahwa sifat mau melayani berarti memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang dilayani. Kasih itu mewujud dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian dan harapan dari orang lain yang membutuhkan pelayanannya.
Kepemimpinan bukanlah suatu kuasa jabatan melainkan kerelaan untuk melayani dan Kristus adalah kepala. Kerelaan melayani itu akan ditunjukkan oleh pemimpin gereja melalui sikap rendah hati, menjadi hamba bukan tuan, yang bekerja di ladang Allah. Kepemimpinan Kristen diterima sebagai panggilan Kristus untuk melayani. Pemimpin Kristen adalah pewaris kepemimpinan yang dilaksanakan Yesus dan diteruskan kepada murid-muridNya dan kini dilanjutkan orang-orang yang menerima tugas panggilan tersebut. Demikian juga halnya di HKBP, kepemimpinan harus dipahami sebagai pelayanan. Jabatan Ephorus, Sekjend, Kepala Departemen, Praeses, Pendeta Resort, Pimpinan Jemaat berfungsi untuk melayani Tuhan dengan menggembalakan domba-domba, meneguhkan orang percaya dan membangkitkan iman orang yang belum percaya. Kepemimpinan yang melayani adalah suatu perjalanan menuju kebesaran dan kekuasaan sejati.[15]

2.6.                  Memandang orang dengan rasa hormat dan mau berkerja sama
Seorang pemimpin harus mampu memandang dengan rasa hormat terhadap rekan kerjanya Dalam 1 Kor. 3:9 dikatakan “ kami adalah kawan sekerja Allah”. Hal ini dapat dimengerti bahwa para pelayan Tuhan terpanggil untuk bekerjasama dengan Allah memimpin umatNya[16]. Di dalam sikap kerjasama tersebut, para pelayan Tuhan terpanggil untuk tidak mencari kepentingan sendiri, sebab tujuan akhir dari semua pelayan adalah bukan untuk kemuliaan diri sendiri melainkan untuk kemuliaan Allah[17].  Dalam tugas melayani dan memimpin jemaat, para pelayan di beri tanggung jawab yang berbeda-beda dalam keanekaragaman pekerjaan. Keanekaragaman tersebut bertujuan untuk mempersatukan. Kesatuan itu akan terlihat di dalam bentuk kerjasama yang erat antara sesama pelayan Tuhan sebagai kawan sekerja Allah. Mereka bekerja bukan sebagai musuh yang harus bertentangan, melainkan sebagai sekutu yang saling menghormati dan menghargai[18]. Allah adalah pemilik lahan untuk dikerjakan para pelayan, sehingga mereka harus memelihara hubungan dan bekerjasama denganNya[19]. Bentuk hubungan dan kerjasama itu adalah antara tuan dan pelayan, artinya posisi Allah lebih tinggi dan lebih luhur dibandingkan dengan posisi para pelayan sebagai kawan sekerjaNya ( bnd. 2 Kor. 6:1).[20] Dalam bekerja para pelayan berpusat pada Allah, sebab Dia yang mengatur pelayanan atau pekerjaan tersebut,[21] Tanpa campur tangan Allah dalam pekerjaan para pelayan, maka usaha para pelayan itu akan sia-sia,[22] dan tujuan akhir dari pekerjaan para pelayan adalah sama yaitu membawa orang-orang menjadi percaya kepadaNya (1 Kor. 3:5).[23]
Demikian juga halnya dengan jabatan kepemimpinan di HKBP dimana para pelayan bekerja sebagai pelayan Tuhan dan Tuhan adalah pemimpin tertinggi. Keanekaragaman jabatan itu berfungsi untuk mempersatukan dalam tugas pelayanan sehingga para pemegang jabatan tersebut saling menghargai dan bekerjasama dan bukan menonjolkan posisi kedudukan jabatan masing-masing. Jabatan Ephorus, Sekjend, Kepala Departemen, Praeses, dan lain-lain, merupakan jabatan fungsional pelayanan gerejawi untuk bekerja bersama-sama sebagai kawan sekerja Allah. Tugas pelayanan tersebut bukan untuk mencari posisi jabatan, bukan untuk menyombongkan diri atau mencari  kekayaan melainkan untuk menggembalakan jemaat sebagai domba-domba Allah dalam rangka menghadirkan Kerajaan Allah sehingga Allah dipermuliakan.

2.7.                  Mau mendengarkan kritik dan saran dari orang lain
Untuk menjadi pemimpin yang memiliki sifat rendah hati yaitu dengan cara mau menerima kritik yang di berikan oleh rekan kerja, karena setiap manusia pastilah mepunyai kesalahan dalam pekerjaan atau perbuatanya yang membuat pekerjaan itu menjadi terkendala. Dalam hal ini lah dibutuhkan suatu sifat yang rendah hati untuk meminta kritikan dari teman sekerjaan agar pekerjaan yang dilakukan itu tidak menjadi terkendala. Mampu menerima nasehat dan saran yang diberikan agar membuat kita lebih berkembang dengan pengetahuan yang diberikan oleh orang.[24] Namun hal ini tidak lagi dipergunakan oleh para pemimpin di HKBP dimana mereka telah mengangap diri mereka sebagai pemimpin yang harus dipuja-puja dan mampu memimpin dengan pengetahuan sendiri. Sifat inilah yang ahrus dihindari karena hal ini akan manimbulkan suatu permasalahan atau pengetahuan yang pas-pasan.

2.8.                  Berani mengakui kesalahan dan setiap kesalahan selalu meminta maaf
Salah satu ciri manusia rendah hati adalah senantiasa berani mengakui kesalahan dan meminta maaf jika melakukan kesalahan atau menyinggung perasaan orang lain. Manusia rendah hati adalah manusia yang sangat peduli dengan perasaan orang lain. Bedakan dengan mereka yang senantiasa peduli dengan apa yang dikatakan orang lain. Orang seperti ini bukan rendah hati, tetapi rendah diri atau tidak memiliki rasa percaya diri, sehingga dia selalu khawatir dengan apa yang akan dipikirkan atau dikatakan orang lain tentang dirinya.

III.                   Kesimpulan dan Saran
3.1.                  Kesimpulan
Dalam Hidup Orang Percaya, Esok Selalu Penuh Harapan! Demikian inti dari buku ini. Esok penuh harapan lebih dari sekedar optimis tetapi juga keyakinan, bahwa di dalam Tuhan segala sesuatunya Pasti Baik. Dan tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Pembahasan kitab dibuku ini banyak dikutip dari Kitab Ezra. Pembahasan banyak mengarah kepada Tuhan, Pujian dan Penyembahan juga Dosa yang merupakan penghalang Tuhan bekerja maksimal dalam hidup manusia.
Dengan pembahasan isi ringkas buku Esok Penuh harapan ini maka kelompok menyimpulkan hal-hal sebagai berikut:
·         Mengenal dan mengerti Tuhan harus dengan hati. Untuk dapat mengerti proses Tuhan yang sedang berlaku dalam hidup kita, kita tidak mungkin menggunakan akal atau ratio, melainkan dengan hati. Jadi, kerelaan hati kita sangat menentukan berhasil tidaknya kita melewati prosesNya.
·         Menanggapi panggilan Allah. Untuk dapat menjadi seorang kristen yang efektif, kita perlu mengetahui, menanggapi, dan memenuhi panggilanNya, dan bukan sekedar menjalankan peran kekristenan saja.
·         Membangun landasan yang kokoh dengan Doa, Pujian dan Penyembahan, hal inilah yang lebih perlu dibandingkan dari pembangunan gereja, jatuh bangunnya kerohanian seseorang atau sebuah gereja ditentukan oleh “menyala” atau tidak mezbah doa.
·         Menguak rahasia dan strategi musuh. Dengan mengetahui siapa yang menjadi dalang dari semua hambatan dn persoalan maka kita bisa terbebas dari orang-orang yang hendak menghambat pelayanan kita.
·         Mulut dan mata yang tidak kelihatan. Untuk memulai sesuatu, Tuhan selalu memakai nabi-nabiNya untuk memberitahukan keputusan-keputusannya. Itu sebabbya nabi merupakan hambaNya yang mendapat tempat khusus di hati Tuhan. Melalui nubuat yang du ucapkan nabi, maka suara Tuhan akan terdengar untuk umat Tuhan.
·         Ia membuat segala sesuatu indah pada waktuNya. Segala sesuatunya pasti ada waktunya. Keadaan dan lingkungan kita akan berubah tetapi janji dan rencana Tuhan tidak akan pernah berubah. Oleh karena itu kita perlu menyelidiki Firman Tuhan.
·         Ciri-ciri pemimpin yang membangkitkan pengharapan yaitu Menguasai firman tuhan dengan baik, bergaul dengan tuhan, mempunyai komitmen dan tekad yang kuat, meneladani dan membimbing, bisa dipercaya, berpegang pada hikmat tuhan, memuliakan dan memuji tuhan, kemampuan dan kapasitas seorang pemimpin, memahami pentingnya pengawasan, memanfaatkan waktu secara baik, pendoa syafaat, beriman teguh dan menjaga nama tuhan dan mau bekerja di dalam tim.
·         Kasih Allah menimbulkan pengharapan. Karena Kasih Allah menutupi banyak sekali dosa yang kita lakukan yang menjadi penghalang bagi rencana Allah terjadi dalam hidup kita. Sehingga, sedalam apapun kita jatuh Tuhan akan selalu sanggup untuk menolong, akan selalu ada pengharapan dan tidak pernah ada kata putus asa dalam hidup orang percaya.
·         Masih ada harapan. Di dalam Tuhan selalu ada harapan, kita jangan mudah dan cepat menjadi putus asa. Kita dapat memiliki pengharapan bukannya pada saat masalah kita sudah selesai. Justru ketika kita sedang menghadapi masalah yang berat sekali, pengharapan kepada Tuhan dapat diandalkan dan hanya kasih Allah yang dapat memberikan pengharapan.

3.2.                  Saran
Buku ini sangat memberi suatu harapan bagi pembacanya dimana harapan yang dimaksudkan adalah pengharapan akan penyertaan Tuhan di dalam kehidupan setiap manusia. Setelah pembahasan di atas maka kelompok menyarankan  beberapa langkah penting yang perlu kita ambil agar jaminan masa depan yang penuh harapan itu benar kita miliki. diantaranya:
·         Perlunya mengenal Allah dengan hati.
·         Memenuhi panggilan Allah dalam hidup kita orang percaya dan;
·         Membangun landasan yang kokoh dengan Doa, Pujian dan Penyembahan.



[1] Leonardo A. Sjiamsuri, Esok Penuh Harapan, Jakarta : Nafiri Gabriel, 2003 cetakan ke-2, hlm. 1-18.
[2] Leonardo A. Sjiamsuri, Op. Cit., hlm. 19-28.
[3] Leonardo A. Sjiamsuri, Op. Cit., hlm. 29-52.
[4] Leonardo A. Sjiamsuri, Op. Cit., hlm. 52-72.
[5]  Leonardo A. Sjiamsuri, Op. Cit., hlm. 73-80
[6] Leonardo A. Sjiamsuri, Op. Cit., hlm. 89-104
[7] Leonardo A. Sjiamsuri, Op. Cit., hlm. 105-120
[8] Leonardo A. Sjiamsuri, Op. Cit., hlm. 121-130
[9] Leonardo A. Sjiamsuri, Op. Cit., hlm. 131-145
[10] Haryadi Baskoro, Mezbah Doa Para Pemimpin, Yogyakarta: Yayasan ANDI, 2008, hlm. 57-62
 
 
 
[11] Jhon Adair, Kepemimpinan Yang Memotivasi, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008, hlm. 60
[12] Phillip Yancey, Mengenal Tuhan, Batam: Gospel Press, 2003, hlm. 111
[13] Karl Barth, Gottingen Dogmatics: Instruction in the Christian Religions I, Eerdmans: Grand Rapids, 1991, hlm. 54
[14] Malcolm Brownlee, Tugas Manusia Dalam Dunia Milik Tuhan, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004, hlm. 77
[15] M. C Ginnis Alan Lay, Menumbuhkan Motivasi, Memupuk Semangat, Memetik Yang Terbaik, Jakarta: Pustaka Tangga, 1991, hlm. 180
[16] F. F. Bruce, The New Century Bible Commentary I & II Corinthians, Wm. B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids Michigan 1986:  hlm. 43
[17] James Moffat, The First Epistle Of Paul To The Corinthians, New York: Harper & Brothers Publishing, 1990, hlm. 38
[18] C. K. Barret, A Commentary On The First Epistle To The Corinthians, London: Adam and Charles Black, 1983, hlm. 85
[19] R. C. H. Lenski, Interpretation Of St. Paul’s : First and Second Epistle To The Corinthians, Ohio: Wartburg Press, 1946, hlm. 130-131
[20] Gottfried Osei-Mensah, Dicari Pemimpin yang Menjadi Pelayan, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2006, hlm. 11-12
[21] R. C. H. Lenski, Op-cit., hlm. 131
[22] Gordon D. Fee, The First Epistle To The Corinthians, Grand Rapids Michigan: Wm. B. Eerdmans Publishing Company, 1989, hlm. 131
[23] V. C. Pfitzer, Chi Rho Commentary Series; First Corinthians, Adelaide: Lutheran Publ. House, 1985, hlm. 50-51
[24] M. C Ginnis Alan Lay, Op. Cit., hlm. 180

Tidak ada komentar:

Posting Komentar