ESOK PENUH
HARAPAN
I.
Isi Ringkas Buku
1.1.
Pasal 1[1]
Ø
Mengenal dan Mengerti
Tuhan Harus dengan Hati
Dalam
menjalani suatu proses kadangkala Tuhan membuat kita tidak sabar. Oleh karena
itu, kita harus mengingat akan sesuatu itu adalah indah pada waktunya (Pkh
3:11), inilah yang harus kita jadikan pedoman agar kita menjadi sabar dalam
menjalani suatu pekerjaan kita. Dalam hal ketidaksabaran kadang kita
memberontak dan menggerutu terhadap para pemimpin gereja untuk menghindari
suatu permasalahan, kesusahan, dan penderitaan ataupun ingin agar gereja,
pekerja-pekerjanya dan kegiatannya sesuai dengan keinginan kita.
Adanya
permasalahan di dalam keluarga dan juga di dalam pernikahan yang telah di anggap
sepele oleh manusia. Dalam hal ini, pasangan hidup harus lah seimbang, jika
tidak seimbang, maka hal ini dapat menghancurkan kehidupan pernikahan. Begitu
juga sama halnya dengan pernikahan campuran. Jika hal ini terjadi maka pasangan
tersebut akan menjadi sasaran iblis yang akan menimbulkan dosa. Dalam pasal 9
lah kita akan menyelesaikan dan membahas akan dosa.
Ø
Kalender Surga dan
Agenda Tuhan.
Dalam
hal ini yang di maksud dengan kalender surga dan Agenda Tuhan ialah bahwa Tuhan
tidak pernah lupa akan Janji-Nya, Dia selalu setia dalam mengenapi
janji-janji-Nya. kita harus percaya bahwa Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan
yang hidup dan setia. Maka dengan begitu Tuhan bekerja menurut agenda-Nya.
Ø
Kalender dan Agenda
Dunia mempunyai awal dan akhir. Tetapi kalender dan Agenda Tuhan adalah dari
kekekalan sampai kekekalan.
Dalam
hal ini masalah waktu adalah masalah yang penting dan kritis dalam pengiringan
kita kepada Tuhan, persepsi dan pengertian waktu yang ada dibenak dan hati kita
harus disamakan dahulu dengan persepsi Tuhan. Kalau tidak maka pengiringan kita
akan mengalami hambatan, salah pengertian, dan akhirnya menyesatkan kita.
Dibawah ini dapatlah kita ketahui Persepsi, Reaksi, Aksi, dan Prestasi.
Persepsi adalah cara kita melihat dan mengartikan dunia ini lebih kurang bukan
didasarkan atas pandangan jasmani kita, tetapi berdasarkan pengertian,
penafsiran, dan perasaan. Persepsi akan menimbulkan suatu reaksi atau sikap.
Reaksi atau sikap akan menghasilkan aksi atau tindakan. Aksi atau tindakan akan
membuahkan hasil atau Prestasi. Jadi dalam hal ini sangatlah berkaitan antara
Persepsi, Reaksi, Aksi, dan Hasil. Yang menjadi pangkalnya adalah Persepsi.
Ø
Menyamakan Persepsi Waktu
Dalam
hal ini waktu adalah Jiwa. Rasul Paulus juga mengingatkan tentang masalah
persepsi waktu yang berbeda antara Tuhan dan dunia. Dalam 2 Petrus 3:4 “kata
mereka : di manakah janji tentang kedatangan-Nya itu? Sebab sejak bapa-bapa
leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia
diciptakan.” Dan dalam 2 Petrus 3:8 “akan tetapi, saudara-saudaraku yang
kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan (Petrus sedang menekankan
pentingnya Persepsi Waktu), yaitu
bahwa dihadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama
seperti satu hari.” Maka dengan begitu satu-satunya hal yang dapat menjadikan
waktu sebagai sahabat anda adalah di dalam alam Rohani (Spiritual).
Ø
Persepsi merupakan
faktor penentu dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan suatu tindakan atau
aksi. Sedangkan reaksi atau sikap menentukan kualitas tindakan atau keputusan
kita.
Di
dalam Daniel 2:21 dikatakan “Dia mengubah saat dan waktu…” Ini berarti bahwa
Allah sanggup, dan hanya Dialah yang mampu mengubah saat dan waktu. Artinya
kita harus hidup berdasarkan kalender dan Agenda Tuhan. Persamaan persepsi
waktu kita dengan waktu surga dimulai dari hati. Di dunia ini kita berjalan
dengan akal, dalam kerajaan-Nya kita berjalan dengan hati.
Ø
Akal kita tidak dapat
mengerti Tuhan. Kalau Tuhan dapat dimengerti dengan akal manusia, maka Dia
sudah pasti bukan Tuhan yang luar biasa.
Di
dalam hal ini yang perlu diketahui ialah tentang proses Tuhan yanjg berlangsung
di dalam kehidupan manusia. Seperti conthnya proses penghukuman yang dari Tuhan
bagi anggapan manusia, yang sebenarnya ialah proses dimana manusia itu ialah
suatu proses yang harus di jalankan oleh manusia dan bukanlah suatu proses
penghukuman Tuhan. Maka dalam hal ini proses Penghukuman atau penghakiman
tidaklah sama dengan proses Tuhan. Contoh dalam hal ini ialah Dapur api bagi ketiga
pahlawan iman yaitu Sadrakh, Mesakh, dan Abednego. Sangatlah jelas bukan suatu
penghukuman karena mereka telah bersalah. Tetapi Dapur Api ini lebih
dimaksudkan sebagai suatu proses yang harus dilalui oleh mereka (Dan. 3).
Begitu pula dengan gua singa bagi Daniel. Ini hanya lah bagian dari proses
Ilahi yang harus dilalui oleh Daniel.
Ø
Rela berarti kita mau
menerima kenyataan yang tidak sesuai dengan keinginan dan harapan kita. Rela
berarti kita tidak menuntut apa yang menjadi hak atau bagian kita.
Inilah
yang membuat Daud menjadi seorang yang dekat dengan hati Tuhan dan Tuhan selalu
mengingat keturunannya. Hal ini dibuktikan oleh karena Tuhan setia akan
janjinya, maka seluruh keturunannyapun dipakai oleh Tuhan untuk memimpin
umatnya Israel, bahkan Yesus Kristus sendiri berasal dari keturunan Daud. Daud
yang menjadi contoh bagi kita haruslah dipahami bahwa kerelaan hati akan dapat
membuat kita dekat dengan Allah., karena itu “Relakanlah hatimu dan
bertobatlah!” (Wahyu 3:9).
1.2.
Paasal 2[2]
Ø
Menanggapi Panggilan
Allah
Panggilan
ini sifatnya bukanlah suatu paksaan. Ini sepenuhnya adalah pilihan dan
keputusan kita sendiri. Menurut sejarah dari Israel, ternyata banyak di antara
mereka yang memilih untuk tetap tinggal di Babel. Itu sebabnya Babel menjadi
pusat yang penting bagi orang-orang Yahudi untuk mendapatkan pengetahuan,
sampai kota itu dihanguskan pada akhir abad keempat Sebelum Masehi. Sebagai
contoh ketika Tuhan memanggil Abraham keluar dari kaum keluarganya untuk
menjadi berkat bagi bangsa-bangsa. Dan begitu juga ketika Musa dipanggil Tuhan
untuk menjadi pembebas bagi bangsa Israel (Kel. 4). Dari kedua contoh tersebut
keduanya memilih untuk menaati panggilan itu.
Dalam
hal ini begitu pentingnya suatu Panggilan dalam pekerjaan Tuhan, apalagi dalam
konteks pemulihan, pembaharuan, kebangunan rohani, dan kesempurnaan dalam
Gereja. Dalam kitab Ezra pasal dua kita dapat melihat daftar orang-orang Israel
yang kembali dari Babel. Diantaranya ada kelompok Imam (orang-orang Lewi), para
penyanyi, kaum penunggu pintu gerbang, dan para budak di bait Allah (Ezr
2:2,36,40-42,55). Inilah panggilan dalam pelayanan.
Ø
Suatu kebangunan rohani
dan pemulihan dalam gereja akan terjadi apabila ada suatu “tim inti” yang
mengenal dan memakai panggilannya masng-masing.
Dalam
hal ini setiap orang Kristen diharapkan mampu menjalankan perannya untuk
membimbing dan mengajarkan firman Tuhan. Tetapi tidak setiap orang dipanggil
menjadi guru. Maka dalam hal ini orang Kristen seharusnya lebih memfokuskan
dirinya kepada Panggilan-Nya. dalam hal ini panggilan sangatlah penting karena:
a.
Prasyarat atau langkah
awal.
Dalam
hal ini panggilan merupakan suatu Prasyarat atau langkah awal dalam perjalanan
rohani. Seperti yang tertulis dalam Wahyu 17:14 yang mengatakan, “… mereka
bersama-sama dengan Dia juga akan menang, yaitu mereka yang terpanggil, yang
telah dipilih, dan yang setia”.
b.
Tidak pernah Tersandung.
Dalam
hal ini panggilan akan membuat kita tidak pernah tersandung dalam pengiringan
kita kepada Tuhan. Seperti yang tertulis dalam surat Rasul Petrus dalam 2
Petrus 1:10 “Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya
panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu
tidak akan pernah tersandung.” Dengan demikian, apabila kita berusaha
sungguh-sungguh akan panggilan kita, maka menurut firman Tuhan kita tidak akan
pernah tersandung!
c.
Urapan Allah semakin
nyata
Dalam
hal ini bagi mereka yang menekuni panggilannya, maka akan nyatalah pengurapan
Allah di dalam diri mereka (1 Ptr 5:10). Seperti contohnya Mukjizat-mukjizat
yang menyertai Musa yang tidak hanya tongkat yang berubah menjadi ular, dan
terus berlanjut, beragam, dan semakin besar kuasa dan pengaruhnya. Musa yang
menekuni panggilannya sebagai pembebas bangsa Israel dilengkapi dengan
pengurapan khusus dari Tuhan yang semakin lama semakin terasa kekuatannya.
Begitu juga dengan Nabi Yesaya yang mengakui pentingnya panggilan Tuhan dalam
dirinya. Panggilan itulah yang membuatnya memperoleh pengurapan dari Tuhan
secara khusus untuk menyampaikan kabar baik (Yes 6:8 ; 61:1).
d.
Memiliki pengharapan
Dalam
hal ini menunjukkan bahwa panggila Tuhan menimbulkan pengharapan. Inilah yang
memberikan kekuatan bagi kita, bagaikan sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita
yang mendapatkan panggilan Tuhan. Contoh dalam kehidupan sehari-hari ialah
dimana saat seseorang dipanggil untuk wawancara di suatu perusahaan. Maka untuk
seorang tersebut akan timbul pengharapannya didalam wawancara tersebut agar
dapat diterima diperusahaan tersebut. Maka untuk mewujudkan pengharapan
tersebut, seseorang itu haruslah mempersiapkan segala keperluannya untuk dapat
berhasil.
e.
Mengarahkan pelayanan
kita
Dalam
hal ini panggilannya akan mengarahkan langkah dan hidupnya. Begitu juga di
dalam pelayanannya Tuhan akan mengarahkan tujuan di dalam pelayanan orang yang
terpanggil. Seperti Paulus yang mengetahui secara persis bahwa tujuannya adalah
panggilan Sorgawi. Dengan demikian inilah yang menjadi pemacu dan yang membuat
langkah pelayanan Paulus menjadi selalu terarah dan efektif. Setiap orang
Kristen yang belum mengetahui secara pasti panggilannya dalam tubuh Kristus,
maka sangatlah perlu untuk menemukan karunia-karunia rohani yang diberikan
Tuhan kepada dirinya, namun setelah ia berhasil menemukannya haruslah dengan
penuh ketekunan dalam menjalani panggilan tersebut demi kepentingan Tubuh
Kristus bukan kebutuhan pribadi.
1.3.
Pasal 3[3]
Ø
Membangun landasan yang
Kokoh dengan Doa, Puji, dan Sembah.
Dalam
membangun landasan yang kokoh bagi umat Israel dalam hal ini mereka membangun
Mezbah (Bait Suci) untuk Allah (Ezra 3 : 3). Sebelum membuat dasar bangunan
mereka mempersembahkan korban bakaran terlebih dahulu sebagai doa mereka,
begitu juga disaat peletakan dasar bangunan telah diletakkan. Para Imam memakai
pakaian jabatannya dan membawa nafiri, dan orang-orang Lewi, bani Asaf, dengan
membawa ceracap yang bertujuan untuk memuji-muji Tuhan sebagai pujian syukur
mereka. (Ezra 3: 10-11).
Dalam
hal mendirikan Mezbah bagi Tuhan adalah bertujuan agar seluruh umat Israel
dapat berkumpul dan juga menjadi sebuah pusat penyembahan bagi umat Israel.
Begitu juga dengan Doa yang dipanjatkan umat Israel diawal pembangunan mezbah
tersebut, bertujuan sebagai sebuah permohonan berkat di dalam pembangunannya.
Ø
Hubungan kita yang
sempat terganggu oleh karena dosa harus dikembalikan pada posisinya yang semula
melalui doa. Inilah langkah awal untuk hidup berkemenangan.
Dalam
hal ini yang menjadi perusak hubungan kita dengan Tuhan adalah karena adanya
dosa yang telah kita perbuat dalam kehidupan kita. Dalam hal ini sangatlah
diperlukan doa dan penyembahan pada awalnya., karena seperti yang dilakukan
umat Israel dalam pembangunan mezbah mereka selalu memprioritaskan doa sebagai
awal dari pembangunannya. Demikian juga dengan hidup kita, doa dan penyembahan
ialah sesuatu hal yang dapat menyatukan kembali hubungan kita dengan Tuhan.
Begitu juga sama halnya dengan “penyaliban” yaitu untuk membangun kehidupan,
doa yang kokoh sangatlah diperlukan. Penyaliban tersebut sangatlah berguna atas
keinginan daging, keinginan mata, dan keangkuhan hidup agar tidak terjadi.
Ø
Segala sesuatu dapat
dijangkau melalui doa. Doa tidak pernah mempunyai batasan. Tidak ada yang dapat
membatasi jangkauan dari doa-doa kita.
Yang
dimaksudkan dalam perikop ini adalah dimana Doa ialah yang menjadi langkah awal
di dalam memulai sebuah pekerjaan yang akan dilakukan. Demikan sama halnya
dengan pembangunan Mezbah yang dimulai dengan sebuah awal, yaitu Doa yang
disimbolkan dengan korban bakaran. Selain doa ada juga proses yang diperlukan
dalam membangun Mezbah tersebut diantaranya adalah :
1.
Para
ahli bangunan (Rasul dan Nabi)
2.
Firman
Tuhan (Alkitab)
3.
Kualitas
bahan yang baik (Kayu Aras)
4.
Komitmen
dan pengorbanan (kesetiaan)
5.
Kerjasama
(kekompakkan)
Ø
Pujian dan penyembahan
jangan dianggap remeh. Banyak orang Kristen menganggap pujian dan penyembahan
hanya bagian dari ibadah. Tetapi sesungguhnya, pujian dan penyembahan itu
sendiri adalah ibadah!
Penyembahan
yang dimaksud disini diartikan sebagai tiangpengenalan akan Tuhan, karena
penyembahan adalah ungkapan isi hati kita atas kebesaran dan keagungan-Nya, dan
juga hubungan pribadi kita bersama Tuhan. Dalam Ezra 3:10-11 ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan mengenai pujian dan penyembahan bersama atau secara
korporat (corporate praise and worship).
Pertama, orang yang terlibat. Kedua, cara memuji dan menyembah. Ketiga,
kandungan (isi) dari pujian dan penyembahan. Dan terakhir, sikap hati dalam
memuji dan menyembah. Keempat komponen ini juga perlu diperhatikan dan
dimengerti. Maka dibawah ini dapat kita lihat penjabarannya sebagai berikut:
1.
Orang yang terlibat
Orang
yang terlibat yang dimaksud ialah para Imam, orang-orang Lewi, bani Asaf, dan
umat Israel. Keempat kelompok ini menggambarkan para penatua dan hamba Tuhan
(Imam dan Lewi); bani Asaf mewakili para pemimpin pujian (song leader), penyannyi (singer),
dan musisi; sedangkan umat Israel merupakan gambaran jemaat Tuhan (gereja).
Orang-orang ini harus terlibat dan semua harus dapat bekerja sama secara baik.
2.
Cara memuji dan
menyembah
Dalam
hal ini pada mazmur Daud kita dapat mempelajari banyak hal tentang bagaimana
seharusnya kita memuji dan menyembah Tuhan. Kita haruslah memuji dan menyembah
dengan mulut dan hati kita, bukan dengan tubuh kita saja (Mzm. 51:17; 57:8).
Mengangkat tangan juga merupakan salah satu petunjuk Daud dalam memuji dan menyembah
Tuhan (Mzm. 134:1-2).
Selain
itu dalam ibadah secara bersama pujian dan penyembahan hendaknya serasi
sehingga membentuk suatu paduan suara yang indah, serentak (bersama-sama), dan
selaras dengan tinggi nada dan tempo dari music yang dimainkan. Pengaturan
suara (sound system) pun harus bagus, baik dari segi peralatannya terlebih lagi
dari segi pengaturan suara antara pemimpin pujian, penyanyi, dan musik.
3.
Kandungan (isi) pujian
Kandungan
(isi) dari pujian terdiri dari nyanyian pujian dan nyanyian syukur (ayat 11).
Nyanyian pujian merupakan ungkapan hati atas kehebatan karya-karya Tuhan yang
telah kita alami, sedangkan nyanyian syukur merupakan ungkapan rasa terimakasih
atas kebaikan, kesetiaan, dan kemurahan Tuhan yang berlaku dalam diri kita.
4.
Sikap hati
Sikap
hati adalah gambaran dari umat Tuhan yang sungguh-sungguh memuji dan menyembah
Tuhan, sehingga dikap hati ini dapat menggemakan suara Tuhan dan meradiasikan
hadirat-Nyahadirat-Nya kepada lingkungan kita dan bahkan sampai jauh – mulai
dari Yerusalem, Yudea, Samaria, dan sampai keujung bumi (Kis. 1:8).
Ø
Menguak Rahasia dan
Strategi Musuh)
a.
Kitab
Ezra pasal yang ke 4-5, menceritakan tentang tantangan dan hambatan dalam
pembangunan rumah Tuhan yang baru sebagian selesai. Dan ayat 6-23 menjelang kedatangan Ezra diceritakan
tentang hambatan dan tantangan dalam rencana pembangunan tembok kota Yerusalem.
Tetapi kedua peristiwa berbeda periode dan disajikan menjadi satu dalam pasal
empat dengan rahasia dan strategi musuh. Zerubabel bin Sealriel dan bin Yozadak
yang bersemangat dalam pembangunan rumah Tuhan itu. Namun terhenti selama
kurang lebih 16 tahun. Ada beberapa sebab mengapa Tuhan berdiam diri di saat
kita membutuhkan pertolongan dan jawaban dari Tuhan : Manusia belum siap
menerima penjelasan dari Tuhan. Tuhan dapat berdiam diri sama kita apabila ada
hal-hal yang memang belum bisa dijawab pada masa sekarang ini. Seperti pesan
Tuhan kepada Daniel yang mengatakan untuk merahasiakan apa yang di perlihatkan
Tuhan kepadanya sampai pada akhir jaman. Karena di akhir jaman, pengetahuan
akan bertambah dan segalanya akan menjadi jelas (Dan. 12:4).
b.
Merupakan
proses belajar bagi manusia
Ada kalanya seorang
pemimpin perusahaan membiarkan karyawanya melakukan sesuatu sendiri. Dimana
tujuannya supaya Sang karyawan memperoleh pengalaman dan pengetahuan dari apa
yang dikerjakannya. Biasanya apa yang dialami dan diketahui dari pengalaman
tersebut akan melekat dalam ingatan dan hatinya. Inilah disebut pengalaman.
c.
Dia
mempunyai rencana lain
Dimana Tuhan mempunyai rencana
lain jauh lebih indah buat kita daripada yang pernah kita pikirkan. Seperti
tokoh Yusuf yang berada dalam sumur, di rumah Potifar dan di dalam penjara.
Tuhan sudah menetapkan suatu rencana yang besar bagi Dia yaitu sebagai orang
kepercayaan Mesir, Firaun.
d.
Kebenaran
dan kepalsuan dapat terungkap
Allah menghendaki agar
apa yang tidak baik dan yang baik akan terungkap sepenuhnya. Seperti contoh
pada matius 13: 24-30 yaitu perumpamaan tentang lalang diantara gandum dimana
situasi ini menggambarkan bahwa Allah membiarkan lalang tumbuh tampak jelas dan
tidak membiarkan manusia mencabutnya karena bila mencabutnya gandum akan ikut
tercabut. Dan Tuhan mengatakan biarlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu
menuai.
ü Proses dan Pelaku
pembangunan
Proses
Tuhan dalam suatu pelayan dilakukan dengan berurusan pada para pemimpinn. Cara
yang dilakukan Allah yaitu membenahi dan membereskan pemimpin. Karena tidak ada
perubahan yang sejati apabila tidak didahului dari dalam diri kita sendiri.
ü Rahasia dan strategi
Musuh
Rahasia
dan strategi musuh untuk menghambat pekerjaan Tuhan tidaklah sedikit. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu musuh dapat melemahkan dan membuat
kita menjadi merasa takut dan memanfaatkan pemimpin (majikan, pendeta, pejabat dll). Bahkan musuh
menuduh umat Tuhan. Iblis dapat menyerang pikiran dan akal manusia dengan
memberi alasan-alasan. Musuh juga sering menyingkapakan hanya sebagian dari
kebenaran sesungguhnya. Maka dengan mengetahui siapa yang menjadi “Dalang” dari
semua hambatan dan persoalan ini maka:
1.
Kita
harus bisa terbebas dari rasa tidak suka terhadap orang-orang yang menghambat
pelayanan dan pekerjaan kita. Dimana kita dapat mendoakan dan mengasihi mereka.
2.
Kita
dapat berperang secara tepat. Fokus kita tidak lagi pada manusianya.
3.
Kita
tahu akan kemenangan kita karena salibNya sudah mengalahkan musuh kita.
Konsep
sukseks dalam duniawi dan sorgawi berbeda. bagi orang duniawi sukses dikaitkan
dengan materi, kedudukan, popularitas, penghargaaan dan kenyamanan. Bagi umat
Tuhan, sukses ditemukan pada saat situasi yang menurut dunia merupakan suatu
kegagalan. Menurut Kent dan Barbara Hughes, sukses adalah kesetiaan dan
ketaatan kepada Tuhan dan firman-Nya, melayani Tuhan dan sesama, mengasihi
Tuhan, mempercayainya dan berdoa kepadaNya, mengejar kekudusan, mengembangkan
sikap yang baik dan positif.
1.5.
Pasal 5[5]
Ø
Mulut dan Mata yang
tidak kelihatan
Tuhan
selalu bergerak tepat pada waktunya, Tuhan pasti membela umatNya yang taat dan
berani membayar “harga” dari ketaatan tersebut. Pembelaan Tuhan akan dinyatakan
pada waktunya (1 Pet 5:6). Sehingga pemulihan atau restorasi harus dimulai dari
Tuhan sendiri.
ü Sekarang Belum tiba
Waktunya
Disaat
umat Yahudi tidak bersemangat lagi membangun rumah Allah keadaan menjadi lebih
buruk. Ketika menghadapi masalah dan persoalan hidup, mereka menganggap bahwa
Tuhan tidak berpihak kepada mereka. Tidak adanya jawaban daar Tuhan akhirnya
mendorong mereka untuk mencari alternatif lain, dan alternatif itu bukan untuk
kebaikan dan pertumbuhan rohaninya tetapi malah menghancurkan kerohanian
mereka.
ü Perhatikanlah Keadaanmu
Semangat
umat Yahudi menjadi berkurang, mereka melupakan Tuhan dan pekerjaanNya. Apa
yang mereka lakukan semuanya salah. Jikalau kita meninggalkan Tuhan maka
pekerjaan kita akan sama seperti orang menggali kolam bocor yang tidak dapat
menahan air (Yer 2:13), dan celakanya jika manusia tidak menyadari kondisinya.
Mereka tetap asyik bekerja dan bekerja terus. Tuhan mengingatkan umat Yahudi
hingga dua kali melalui Hagai (Hag 1:5,7). Lewat pelayanan Hagai, Tuhan mulai
membangkitkan semangat umat Yahudi, baik semangat para pemimpin, maupun
semangat umat Tuhan yang lain.
ü Nabi, Hamba Tuhan Yang
Khusus di Hati Allah
Pelayan
kenabian (prophetic ministry) adalah suatu pelayanan yang paling dekat kepada
pelayan yang dikasihiNya. Tuhan mengutus Hagai dan Zakharia utuk memberi tahu
keputusunNya untuk melanjutkan pembangunan rumah Tuhan. melalui Hagai dan
Zakharia umat Tuhan dan pemimpinnya kembali bersemangat untuk membangun kembali
rumah Tuhan. Nabi adalah pelayan penting dalam pembentukan pembangunan grumah
Tuhan. mereka menyampaika suara yang memebeikan pengarahan bagi gereja
mula-mula di tahun pertama pembentukan gereja.
ü Pelayanan Nabi
Pelayanan
Nabi tidak sama denagn pelayanan gembala. Nabi diberikan kemampuan untuk mengaktifkan
karunia yang ada pada umat Tuhan dan pelayannya melaui penumpangan kata dan
Nubuat. Pelayanan Nabi sangat dibutuhkan gereja di akhir jaman ini. Gereja
membutuhkan pelayan seorang Nabi yang berperan seperti Yohanes pembabtis dan
Nabi Elia yang sangggup memberantas nabi palsu yang sanggup mengubah alam
dengan menahan hujan selama 3,5 tahun
dan memulihkan keluarganya.
ü Suara Tuhan melalui
Nubuat
Karunia yang paling menonjol dari seorang nabi
adalah bernubuat. Nubuat adalah sesuatu yang penting bagi gereja perjanjian
baru Melalui nubuat umat Tuhan atau gereja dibangun, dinasehati, dan dihibur (1
Kor 14:3). Sarana Tuhan untuk menyampaikan suaranya kepada gereja Tuhan. Nubuat
yang disampaikan oleh Zakaria dan Hagai
sangat penting dalam pembangunan kembali rumah Tuhan. Melalui nubuat itu suara
Tuhan dapat didengar oleh umat Tuhan.
ü Mendengar atau
mendengarkan
Ada
suatu perbedaan yang besar antara mendengar dan mendengarkan. Mendengarkan itu
lebh dari sekedar mendengar. Mendengarkan berarti mendengar dengan penuh
perhatian, kesungguhan, dan penuh dengan ketaatan.
Ø
Membuat segala sesuatu
indah pada waktunya
Segala
sesuatu ada masa dan waktunya. Penting bagi umat Tuhan untuk mengetahui rencana
dan kehendakNya secara tepat. Sebagai langkah awal untuk dapat mengetahui
kehendakNya adalah dengan melakukan penyelidikan firman Tuhan. Hal ini mutlak
perlu dilakukan oleh setiap orang kristen. Keadaan dan lingkungan kita dapat
saja berubah tetapi kita harus dapat percaya, bahwa Dia tidak pernah berubah
janji dan rencanaNya untuk kita tidak pernah berubah. Pertumbuhan kerohanian
kita dalam memenuhi kehendakNya sangat ditentukan oleh ketaatan kita, baik
kepada Tuhan maupun kepada para pemimpin yang ditetapkan Tuhan kepada kita.
Dalam keadaan dunia yang serba kalut yang tidak menentu ini, umat manusia pada
umumnya sulit untuk bisa mempunyai sukacita yang sejati. Kebanyakan mereka
memperoleh sukactita yang semu dan sementara sifatnya. Tetapi bagi umat Tuhan
yang selalu hidup dalam kekudusan, sukactita yang sejati yaitu buah Roh Kudus,
dapat diperoleh dengan berkelimpahan.
1.7.
Pasal 7[7]
Ø
Ciri-ciri Pemimpin yang
Membangkitkan Pengharapan
Guru
yang baik adalah seoarang yang mampu membawa orang lain kejalan yang benar.
Kalo seorang penginjil bertugas membawa seorang kepada pertobatan, maka seorang
guru bertugas menuntun seorang kepada kebenaran. Seorang guru membentuk
kekekalan dalam diri orang-orang yang dibimbing tau diajarnya. Ezra merupakan
ciri pemimpin yang membangkitkan pengharapan, dapat dilihat dari cara Ezra
memimpin rombongan kedua dari umat Yahudi melalui surat perintah yang
dikeluarkan oleh Raja Arthasasta. Ciri-ciri Pemimpin yang Membangkitkan
Pengharapan adalah:
1.
Menguasai
Firman Tuhan dengan Baik
2.
Bergaul
dengan Tuhan
3.
Mempunyai
Komitmen dan Tekad yang Kuat
4.
Meneladani
dan Membimbing
5.
Bisa
Dipercaya
6.
Berpegang
pada Hikmat Tuhan
7.
Memuliakan
dan Memuji Tuhan
8.
Kemampuan
dan Kapasitas Seorang Pemimpin
9.
Memahami
Pentingnya Pengawasan
10. Memanfaatkan Waktu
secara Baik
11. Pendoa Syafaat
12. Beriman Teguh dan
menjaga nama Tuhan dan;
13. Bekerja dalam Tim
Seorang
yang mengenal Fiman Tuhan secara baik akan mengenal betul perintah-perintahNya.
Ia tidak hanya mereka-reka saja, ia tahu persis apa yang menjadi kehendak
Tuhan. Ia tidak muda diombing-ambingkan oleh berbagai angin pengajaran (Ef.
4:14). Ezra tidak pernah ragu-ragu untuk bertindak, karena ia tahu dengan pasti
apa yang menjadi kehendak dan perintahnya. Langkah-langkagnya pasti karena
Firman Tuhan menjadi terang bagi jalannya dan pelita bagi kakinya (Maz.
119:105). Mengenal dan menguasai Firman Tuhan berarti juga kita mengenal watak
dan sifat Tuhan secara baik.
Pergaulan
pribadi Ezra bersama Tuhan Begitu mengesankan banyak orang, termasuk juga raja.
Tuhan yampak begitu nyata dalam kehidupan Ezra. Bagi Ezra, Tuhan adalah satu
pribadi yang mudah didekati, dapat dimengerti dan dapat “dialami” setiap hari
dalam kehidupannya.
Komitmen
dan Tekad sering kali menjadi kekuatan dari bagian terdalam manusia yang
menyebabkan manusia itu tidak mudah untuk menyerah kepada keadaan. Kekuatan ini
sanggup menerobos setiap penghalang dan rintangan yang ada di hadapan kita.
Pemimpin rohani adalah seorang yang memiliki pandangan rohani dan yang
membimbing orang-orang yang dipimpinnya kejalan yang sudah pernah ditempuh olehnya. Seorang pemimpin menunjukkan jalan menuju
kepada kedewasaan rohani dan memberikan alasannya secara tepat. Seorang
pembimbing yag baik tidak berpikir untuk orang lain tetapi Ia membantu orang
lain untuk berpikir bagi dirinya sendiri. Seorang hamba Tuhan atau pemimpin
yang bisa dipercaya akan membangkitkan
semangat orang-orang yang dipmpinnya, karena semangat memberi yang ada
dalam diri orang-orang yang dipimpin akan terus berkobar. Seorang pemimpin
seperti Ezra sangat diperlukan bagi gereja di akhir zaman. Gereja sudah terlalu
lama terlelap dalam tidur yang nyeyak. Tidak sedikit pula yang sudah kehilangan
harapannya dengan Tuhan. Ezra adalah figur seorang pemimpin yang mempunyai
ciri-ciri yang dapat membangkitkan
pengharapan umat Tuhan.
1.8.
Pasal 8[8]
Ø
Kasih Allah yang
menimbulkan Pengharapan
Kasih
Tuhan selalu memberikan pengharapan. KasihNya memang sulit dijelaskan dengan
kata-kata. Kasih Tuhan hanya bisa kita rasakan. Ia sama seperti panas matahari,
meskipun meskipun tidak berwujud tetapi dapat kita rasakan. Kasih Tuhan harus
diserap dan dialami setiap hari, supaya kita tidak muda berpaling kepada dosa
kasih Tuhan yang hanya dimengerti dengan otak akan membuat kita kembali jatu
kedalam dosa. Rentan terhadap Dosa. Sangat
disayangkan setelah ditolong dan dibebaskan dari pembuangan di Babel, umat Tuhan
berbuat dosa kembali dengan menikahi perempuan asing (Ayat 2). Mereka begitu
cepat berpaling dari kasih Tuhan kepada dosa.
Dosa Para Pemimpin
Rohani. Seorang
pemimpin rohani harus selalu waspada. Ia harus sadar bahwa dirinya menjadi
incaran setan. Pemimpin yang hidup dalam dosa akan menyingkirkan kasih Tuhan.
Tanpa kasihNya tidak mungkin ada pewahyuan. Bila tidak ada wahyu, menjadi
liarlah rakyat (Ams. 29:18). Mereka berjalan menurut kehendak hati mereka
masing-masing dan melakukan dosanya sendiri, inilah yang terjadi jika seorang
pemimpin itu itu berdosa. Apa yang menjadi reaksi pemimpin yang sejati jika
pemimpin rohani telah berbuat dosa?
Reaksi Pemimpin Yang Sejati, layaknya Ezra yang disebut seorang pemimpin
sejati ketika ia mendengar perbuatan para pemimpin, reaksi Ezra yang pertama
mengoyakkan pakaiannya, mencabut rambut kepala dan janggutnya (ayat 3). Inilah
yang seharusnya timbul dari seorang pemimpin yang sejati. Pakaian menggambarkan
kebenaran, ia mencabik-cabik kebenarannya sendiri, ia tidak berusaha
membenarkan dirinya sendiri dalam perkara itu. Bagi Ezra Kesalehannya
(kebenaran diri sendiri) bagaikan kain kotor. Bagi Tuhan mencabut rambut
dikepala dan janggut adalah tanda berkabung (Yes. 15:2; Yer. 41:5-6), Ezra
berkabung karena perbuatan para pemimpin Israel yang begitu mudah melupakan
kasih Tuhan.
Reaksi
dan sikap Ezra sangat jelas. Ia hanya mau menceritakan dosa para pemimpin
kepada Tuhan saja. Ia tidak mau menceritakan kepada pihak-pihak lain. Bukankah
ada Firman Tuhan yang berkata: “Kasih menutupi banyak sekali dosa” (1 Ptr.
4:8). Ezra yang dipenuhi kasih Tuhan tidak mau mengutaraka atau menceritakan
dosa orang lain melainkan ia menutupi dengan doa dan puasa. Kasih menghapuskan
dosa, tetapi dosa tidak akan sanggup menghapuskan kasih. Dosa hanya mampu
menyinhkirkan kasih. Inilah keajaiban dari kasih Tuhan. Meskipun kita telah
berbuat dosa, kasihNy tetap tersedia dan berkelimpahan. kasihNya siap untuk
menghapuskan dosa-dosa kita, apabila kita berani menghadap hadiratNya dengan
seluruh pengakuan dan pertobatan. Kasih Allah selalu dan pasti menimbulkan
pengharapan.
1.9.
Pasal 9[9]
Ø
Masih Ada Harapan
Perbuatan
dosa yang dilakukan oleh para pemimpin Israel sempat membuat Ezra putus asa dan
bahkan meninggalkan tugas-tugasnya. Tetapi Ezra mendapat dukungan atau
pendampingan dari Sekhaya dan rekn-reknnya yang lain dan berkata kepada Ezra
“Bangkitlah, karena hal itu adalah tugasmu. Kami akan mendampingi engkau.
Kuatkanlah hatimu, dan bertindaklah! (Ayat 4)”.
Ø
Berdoa Dalam Kasih dan
Kerendahan Hati
Di
dalam kasih Tuhan, Ezra berdoa dan mengaku dosa sambil menangis dan bersujud di
depan rumah Tuhan (Ayat 1). Motif Ezra dalam berdoa hanya satu, yaitu supaya
umat Israel dan para pemuka Israel diselamatkan dan diampuni Tuhan. Doa yang
penuh kasih ternya meradiasi keseluruh jemaat yang bersama-sama Ezra berdoa
syafaat. Seperti halnya dengan dosa yang akibatnya terkadang di luar dugaan dan
hitungan manusia, demikian pila dengan kasih Tuhan. Manusia sering kali tidak
menyadari betapa dasyatnya pengaruh kasih dalam kehidupan manusia. Kasih Allah
membawa pengaruh berlipat kali ganda.
Ø
Kejarlah kasih itu
Melayani
Tuhan haruslah dilandasi dengan kasih Agape. Tanpa kasih, pelayanan kita akan
menjadi sia-sia. Pelayanan tanpa kasih Agape akan mempunyai ciri-ciri seperti:
1.
Bosan dan hambar, Pelayan akan menjadi
satu kewajiban dan tugas saja, tidak ada lagi keindahan dan kesukaan dari
pelayan itu.
2.
Mudah terpengaruh oleh
keadaan, Ketika
menghadapi keadaan yang kurang menggembirakan, maka pelayanan akan menjadi
kurang menggairahkan. Sebaliknya apabila keadaan menyenangkan, pelayan menjadi
bersemangat kembali.
3.
Kurang sensitive, Tanpa kasih Tuhan hati
kita menjadi kurang sensitif, baik terhadap suara Tuhan maupun terhadap
perasaan dan kesusahan orang lain. Tuhan Yesus dalam pelayananNya, selalu
digerakkan oleh belas kasihan. Dia sensitif terhadap kesulitan dan kesusahan
orang.
4.
Membebani, bukannya
mengangkat, Pendekataan
orang-orang Farisi terhadap orang lain (umat Tuhan) yang memerlukan pertolongan
adalah dengan menambahai beban kepada mereka. Misalnya, mereka diharuskan
(diwajibkan) syarat agamawi yang berat. Pendekatan Yesus terhadap mereka adalah
justru dengan mengangkat bebannya. Mereka ditolong terlebih dahulu, barulah
diminta mengerjakan sesuatu.
5.
Mencari dan membahas
kekurangan orang lain, Kasih menutup banyak dosa. Orang-orang yang tidak memiliki
kasih Tuhan memiliki kecendrungan untuk mencari dan membahas kekurangan orang
lain. Mereka lebih senang mengkritik dari pada berdoa. Mereka lebih suka
menunjukan kekurangan dari pada mencoba mengisi atau memperbaiki kekurangan
tersebut.
6.
Membenarkan diri
sendiri, Kasih
tidak memegahkan diri. Umat Tuhan yang sudah kehilangan kasih selalu saja
membenarkan diri sendiri. Mereka tidak lagi mau menguji dan memeriksa hatinya
dihadapan Tuhan. Dengan menyalahkan orang lain mereka sudah membenarkan diri
sendiri.
Ø
Langkah Praktis untuk
Memerangi Pengaruh Dosa
Pengaruh
dosa memang luar biasa. Ezra begitu sedih dan putus asa ketika ia melihat
keadaan bangsa Israel yang telah jatu kedalam dosa. Oleh karena itulah Ezra dan
Sekhaya berdoa syafaat, memberikan langkah-langkah praktis untuk memerangi
pengaruh dosa dan bagaimana cara bangsa Israel untuk menghadapi dosa dan supaya
memperoleh kemenangan atas dosa tersebut. Langkah-langkah praktis itu ialah:
1.
Mengikat
perjanjian dengan Allah
2.
Meninggalkan
dosa dan perbuatan jahat
3.
Bangkit
dan lakukan tugas kita
4.
Kuatkan
hati dan bertindak
5.
Mengakui
dosa dan kesalahan
6.
Melakukan
yang diperkenan dan;
7.
Memisahkan
diri dari lingkungan lama (Dosa)
II.
Tanggapan
Seperti
Ezra, seorang pemimpin Kristen harus menyelidiki firman Tuhan sebagai sebuah
perenungan atau meditasi rohani melalui doa dan saat teduh setiap hari. Roh
Kudus akan memberi kekuatan mental melalui doa-doa yang kita naikkan. Sama
seperti Ezra, pemimpin Kristen yang baik akan hancur hati, meskipun bukan
berarti berlarut-larut dalam kesedihan ketika melihat jemaat atau
orang-orangnya jatuh dalam dosa. Dari hati yang hancur itulah muncul doa yang
tulus kepada Tuhan. Sebagai seorang pemimpin kepercayaan, Ezra diberi wewenang
oleh raja untuk mengangkat pemimpin-pemimpin lainnya. Artahsasta
memberinya tugas dan otoritas: "hai
Ezra, angkatlah pemimpin-pemimpin dan hakim-hakim sesuai dengan hikmat Allahmu
yang menjadi peganganmu, supaya mereka menghakimi seluruh rakyat yang diam di
daerah seberang sungai Efrat, yakni semua orang yang mengetahui hukum Allahmu
(Ezra 7:25).
Kepemimpinan
Ezra sendiri sangat menonjol di kalangan orang-orag Israel yang merindukan
tanah air mereka. Dengan penuh kewibawaan, Ezra menghimpun orang-orang Israel
dan memimpin mereka untuk pulang (Ezra 7:28b). Bangsa Israel menghormati Ezra
sebagai seorang pemimpin dalam pengajaran firman Tuhan. Mereka mengakui
kepakaran Ezra dalam (pengetahuan tentang) Taurat. Mereka menghormati urapan
jabatan sebagai pengajar yang Tuhan berikan kepada hamba-Nya itu. Setelah
pendirian tembok kota Yerusalem selesai, Ezra mengajarkan Taurat kepada seluruh
rakyat sehingga mereka menjadi sadar dan bertobat (Nehemia 8:1-10:39).[11]
2.2.
Kehidupan Doanya
Ezra
pastilah seorang pemimpin yang memiliki kehidupan doa yang kuat. Alkitab
mencatat bahwa tangan Tuhan melindunginya (Ezra 7:6c) dan Allah begitu
melimpahkan kemurahan atas kehidupan dan pelayanan kepemimpinannya (Ezra 7:9).
Orang yang dekat dan mengandalkan Tuhan pasti diberkati-Nya secara khusus.
Kehidupan doa Ezra, dalam arti hubungan akrabnya dengan Tuhan, dibangun di atas
dasar firman Tuhan. Ezra memiliki tekad yang sangat kuat untuk meneliti Taurat
Tuhan (Ezra 7:10). Ezra melakukan penyelidikan itu tidak semata-mata sebagai
sebuah studi atau riset ilmiah karena ia seorang pakar Taurat, tetapi juga
sebagai perenungan atau meditasi rohani sehari-hari karena ia seorang imam.
Sebelum
memimpin bangsa Israel pulang ke Yerusalem, Ezra melakukan tindakan berikut
ini: "Aku menguatkan hatiku, karena tangan Tuhan, Allahku, melindungi
aku" (Ezra 7:28b). Ezra memantapkan hati, pikiran, dan mental, sebelum
menjalankan kepemimpinannya. Dari kalimat itu, tampak bahwa Ezra memohon
kekuatan yang dari Tuhan. Demikian juga pemimpin Kristen masa kini, Roh Kudus
akan memberi kekuatan mental melalui doa-doa yang kita naikkan. Spirit doa Ezra
sangat terlihat dari tindakannya menggerakkan umat Israel untuk berdoa puasa
secara massal. Karena telah memperoleh banyak harta serta dukungan moral dari
raja Artahsasta, Ezra merasa malu meminta lagi bantuan pengawalan militer dari
kerajaan Persia itu (Ezra 8:22). Di sisi lain, ia menyadari bahwa perjalanan
pulang menuju Yerusalem sangat berisiko, apalagi rombongannya besar dan membawa
banyak barang berharga.
Ezra
percaya bahwa Tuhan sanggup melindungi perjalanan pulang mereka. Karena itu,
Ezra memaklumkan doa puasa, memerintahkan umat Israel untuk merendahkan diri
dan memohon perlindungan dari Tuhan (Ezra 8:21). Ada kalanya kita tidak bisa
lagi meminta bantuan manusia. Dalam hal ini, seorang pemimpin dituntut untuk
mengandalkan Tuhan, bergantung pada perlindungan-Nya yang ajaib.
2.3.
Doa Pertobatan
Ezra
melihat bahwa orang-orang Israel yang pulang itu sudah menyimpang dari perintah
Tuhan. Sampai-sampai para imam pun telah mengambil perempuan kafir menjadi
istri-istri mereka. Perilaku menyimpang dari perintah Tuhan itu merupakan
kekejian di hadapan Allah Israel (Ezra 9:1-2, 14). Melihat dosa itu, Ezra
berkabung,: "Ketika aku mendengar perkataan itu, maka aku mengoyakkan
pakaianku dan jubahku dan aku mencabut rambut kepalaku dan janggutku dan
duduklah aku tertegun" (Ezra 9:3). Seorang pemimpin sejati akan hancur
hati ketika rakyat atau jemaatnya jatuh di dalam dosa.
Hancur
hati merupakan modal dasar bagi sebuah doa yang berkenan. Sering kali pemimpin
Kristen tidak merasa bersalah apa pun ketika ada anak buahnya yang jatuh dalam
dosa. Ia tidak menyesal karena gagal membina domba-dombanya. Pemimpin Kristen
yang baik akan hancur hati, meskipun bukan berarti berlarut-larut dalam
kesedihan, ketika melihat jemaat atau orang-orangnya jatuh dalam dosa. Dari
hati yang hancur itulah muncul doa yang tulus kepada Tuhan, sama seperti Ezra
yang kemudian berdoa memohon pengampunan bagi umat Israel.[12]
Sangat
menarik jika kita mencermati reaksi Ezra kepada kaum Israel yang berdosa itu.
Ia tidak marah, dongkol, atau kecewa kepada mereka. Ezra bukan tipe pemimpin
yang suka menghakimi, menuduh, dan mempersalahkan orang-orangnya. Tetapi, Ezra
juga sangat merindukan pertobatan kaumnya itu. Ezra adalah seorang pemprakarsa
kebangunan rohani. Akan tetapi ia mempertobatkan orang bukan dengan khotbahnya
yang berapi-api; ia mempertobatkan orang banyak melalui doa yang dinaikkannya
dengan penuh penghayatan mendalam. Ia tidak berdiri di podium untuk
menyampaikan khotbah, tetapi ia berdiri di depan jemaah untuk menaikkan doa-doa
penyesalan (Ezra 9:5-15). Ezra berlutut, mengoyakkan pakaian dan jubahnya, lalu
menadahkan tangannya ke hadirat Tuhan, serta menaikkan doa-doa penyesalan (Ezra
9:5).
Apa
yang terjadi kemudian? Sementara Ezra berdoa dan mengaku dosa sambil menangis,
umat Israel berbondong-bondong datang dalam jumlah yang sangat besar.
Orang-orang itu menangis keras-keras (Ezra 10:1). Terjadilah pertobatan dan
pembaharuan komitmen kepada Tuhan. Terkadang pemimpin Kristen tidak perlu
berkhotbah untuk menyadarkan kesalahan jemaatnya; mereka cukup berdoa, dan Roh
Kudus menjamah setiap orang yang didoakannya sehingga mereka pun bertobat.[13]
Godaan
kedudukan adalah salah satu kejatuhan utama para hamba Tuhan. Kepemimpinan
rohani bukanlah bergaya majikan, bos atau direktur perusahaan. Pemimpin wajib
memiliki hati hamba dan sifat pelayan (Yoh 13:4-17, Mark 9:35). Para pemimpin
harus berjiwa pelayan. (Ep 6:6-8) seperti Yesus, berfungsi sebagai pelayan (Luk
22:27). Jadi, para pemimpin harus bergantung total kepada Tuhan, bukan kepada
manusia, kekuatan uang, ekonomi, politik, atau sikon.[14]
Gereja memerlukan pemimpin-pemimpin. Jikalau tidak ada pemimpin, jatuhlah
bangsa (Ams11:14). Gereja tidak akan bertumbuh mencapai kedewasaan, tanpa
kepemimpinan (Ep 4:11-16). Negara yang sedang bergumul dalam dunia yang penuh
goncangan dan krisis, memerlukan pimpinan yang solid, yang kekuatannya bertumpu
pada Roh Kudus.
2.4.
Ciri-Ciri Pemimpin yang
Rendah hati
Layaknya
Ezra memimpin bangsa Israel keluar dari pembuangan, melayani bangsa itu dengan
rendah hati. Bagimana seorang itu dikatakan pemimpin yang mempunyai sifat
rendah hati sehingga dalam kepemipinannya seorang pemimpin berhasil untuk
menghandel dan mengatur semua yang menjadi
tanggung jawabnya. Dalam HKBP juga diperlukan seorang pemimpin yang
memimpin dengan rendah hati dan untuk mengetahui bagaimana seorang pemimpin itu
disebut sebagia pemimpin yang rendah hati yaitu:
2.5.
Mau melayani
Kepemimpinan
ini diperkenalkan oleh Tuhan Yesus, tatkala ia mengatakan bahwa Anak Manusia
datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani (Markus 10:43-44). Dalam
konsep kepemimpinan hamba, seorang pemimpin adalah hamba Tuhan dan sekaligus
juga hamba jemaat (dalam tugas pelayanan).Terminologi kata hamba diterjemahkan
dari bahasa Ibrani “Eved”,
yang mempunyai arti budak, hamba, pelayan. Hamba adalah pekerja yang menjadi
milik tuannya. Konsep hamba Tuhan telah digambarkan Tuhan Yesus melalui hidup,
karya dan kepemimpinan-Nya selama berada di dunia sekitar 2000 tahun yang lalu.
Hamba Tuhan itu telah menjadikan diri-Nya teladan, baik saat dimuliakan umat
maupun di dalam kesengsaraan-Nya.
Yang
menjadi kendala yaitu Manusia lebih cenderung ingin dilayani, diberi hak-hak
istimewa, diutamakan dan dihormati. Kepemimpinan justru sering diartikan dengan
jabatan formal, yang justru menuntut untuk mendapat fasilitas dan pelayanan
dari konstituen yang seharusnya dilayani. Bahkan hampir tidak ada pemimpin yang
sungguh-sungguh menerapkan kepemimpinan dari hati, yaitu kepemimpinan yang
melayani. Sifat mau melayani dimulai dari dalam diri kita. Mau melayani
menuntut suatu transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter. Hal
tersebut dimulai dari dalam dan kemudian bergerak ke luar untuk melayani orang lain.
Kembali kita diingatkan bahwa sifat mau melayani berarti memiliki kasih dan
perhatian kepada mereka yang dilayani. Kasih itu mewujud dalam bentuk
kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian dan harapan dari orang lain yang
membutuhkan pelayanannya.
Kepemimpinan
bukanlah suatu kuasa jabatan melainkan kerelaan untuk melayani dan Kristus
adalah kepala. Kerelaan melayani itu akan ditunjukkan oleh pemimpin gereja
melalui sikap rendah hati, menjadi hamba bukan tuan, yang bekerja di ladang
Allah. Kepemimpinan Kristen diterima sebagai panggilan Kristus untuk melayani.
Pemimpin Kristen adalah pewaris kepemimpinan yang dilaksanakan Yesus dan
diteruskan kepada murid-muridNya dan kini dilanjutkan orang-orang yang menerima
tugas panggilan tersebut. Demikian juga halnya di HKBP, kepemimpinan harus
dipahami sebagai pelayanan. Jabatan Ephorus, Sekjend, Kepala Departemen,
Praeses, Pendeta Resort, Pimpinan Jemaat berfungsi untuk melayani Tuhan dengan
menggembalakan domba-domba, meneguhkan orang percaya dan membangkitkan iman
orang yang belum percaya. Kepemimpinan yang melayani adalah suatu perjalanan
menuju kebesaran dan kekuasaan sejati.[15]
2.6.
Memandang orang dengan
rasa hormat dan mau berkerja sama
Seorang
pemimpin harus mampu memandang dengan rasa hormat terhadap rekan kerjanya Dalam
1 Kor. 3:9 dikatakan “ kami adalah kawan sekerja Allah”. Hal ini dapat
dimengerti bahwa para pelayan Tuhan terpanggil untuk bekerjasama dengan Allah
memimpin umatNya[16].
Di dalam sikap kerjasama tersebut, para pelayan Tuhan terpanggil untuk tidak
mencari kepentingan sendiri, sebab tujuan akhir dari semua pelayan adalah bukan
untuk kemuliaan diri sendiri melainkan untuk kemuliaan Allah[17]. Dalam tugas melayani dan memimpin jemaat,
para pelayan di beri tanggung jawab yang berbeda-beda dalam keanekaragaman
pekerjaan. Keanekaragaman tersebut bertujuan untuk mempersatukan. Kesatuan itu
akan terlihat di dalam bentuk kerjasama yang erat antara sesama pelayan Tuhan
sebagai kawan sekerja Allah. Mereka bekerja bukan sebagai musuh yang harus
bertentangan, melainkan sebagai sekutu yang saling menghormati dan menghargai[18].
Allah adalah pemilik lahan untuk dikerjakan para pelayan, sehingga mereka harus
memelihara hubungan dan bekerjasama denganNya[19].
Bentuk hubungan dan kerjasama itu adalah antara tuan dan pelayan, artinya
posisi Allah lebih tinggi dan lebih luhur dibandingkan dengan posisi para
pelayan sebagai kawan sekerjaNya ( bnd. 2 Kor. 6:1).[20]
Dalam bekerja para pelayan berpusat pada Allah, sebab Dia yang mengatur
pelayanan atau pekerjaan tersebut,[21]
Tanpa campur tangan Allah dalam pekerjaan para pelayan, maka usaha para pelayan
itu akan sia-sia,[22]
dan tujuan akhir dari pekerjaan para pelayan adalah sama yaitu membawa
orang-orang menjadi percaya kepadaNya (1 Kor. 3:5).[23]
Demikian
juga halnya dengan jabatan kepemimpinan di HKBP dimana para pelayan bekerja
sebagai pelayan Tuhan dan Tuhan adalah pemimpin tertinggi. Keanekaragaman
jabatan itu berfungsi untuk mempersatukan dalam tugas pelayanan sehingga para
pemegang jabatan tersebut saling menghargai dan bekerjasama dan bukan
menonjolkan posisi kedudukan jabatan masing-masing. Jabatan Ephorus, Sekjend,
Kepala Departemen, Praeses, dan lain-lain, merupakan jabatan fungsional
pelayanan gerejawi untuk bekerja bersama-sama sebagai kawan sekerja Allah.
Tugas pelayanan tersebut bukan untuk mencari posisi jabatan, bukan untuk
menyombongkan diri atau mencari kekayaan
melainkan untuk menggembalakan jemaat sebagai domba-domba Allah dalam rangka
menghadirkan Kerajaan Allah sehingga Allah dipermuliakan.
2.7.
Mau mendengarkan kritik
dan saran dari orang lain
Untuk
menjadi pemimpin yang memiliki sifat rendah hati yaitu dengan cara mau menerima
kritik yang di berikan oleh rekan kerja, karena setiap manusia pastilah
mepunyai kesalahan dalam pekerjaan atau perbuatanya yang membuat pekerjaan itu
menjadi terkendala. Dalam hal ini lah dibutuhkan suatu sifat yang rendah hati
untuk meminta kritikan dari teman sekerjaan agar pekerjaan yang dilakukan itu
tidak menjadi terkendala. Mampu menerima nasehat dan saran yang diberikan agar
membuat kita lebih berkembang dengan pengetahuan yang diberikan oleh orang.[24]
Namun hal ini tidak lagi dipergunakan oleh para pemimpin di HKBP dimana mereka
telah mengangap diri mereka sebagai pemimpin yang harus dipuja-puja dan mampu
memimpin dengan pengetahuan sendiri. Sifat inilah yang ahrus dihindari karena
hal ini akan manimbulkan suatu permasalahan atau pengetahuan yang pas-pasan.
2.8.
Berani mengakui
kesalahan dan setiap kesalahan selalu meminta maaf
Salah
satu ciri manusia rendah hati adalah senantiasa berani mengakui kesalahan dan
meminta maaf jika melakukan kesalahan atau menyinggung perasaan orang lain.
Manusia rendah hati adalah manusia yang sangat peduli dengan perasaan orang
lain. Bedakan dengan mereka yang senantiasa peduli dengan apa yang dikatakan
orang lain. Orang seperti ini bukan rendah hati, tetapi rendah diri atau tidak
memiliki rasa percaya diri, sehingga dia selalu khawatir dengan apa yang akan
dipikirkan atau dikatakan orang lain tentang dirinya.
III.
Kesimpulan dan Saran
3.1.
Kesimpulan
Dalam
Hidup Orang Percaya, Esok Selalu Penuh Harapan! Demikian inti dari buku ini.
Esok penuh harapan lebih dari sekedar optimis tetapi juga keyakinan, bahwa di
dalam Tuhan segala sesuatunya Pasti Baik. Dan tidak ada yang mustahil bagi
Tuhan. Pembahasan kitab dibuku ini banyak dikutip dari Kitab Ezra. Pembahasan
banyak mengarah kepada Tuhan, Pujian dan Penyembahan juga Dosa yang merupakan
penghalang Tuhan bekerja maksimal dalam hidup manusia.
Dengan
pembahasan isi ringkas buku Esok Penuh harapan ini maka kelompok menyimpulkan
hal-hal sebagai berikut:
·
Mengenal
dan mengerti Tuhan harus dengan hati. Untuk dapat mengerti proses Tuhan yang
sedang berlaku dalam hidup kita, kita tidak mungkin menggunakan akal atau
ratio, melainkan dengan hati. Jadi, kerelaan hati kita sangat menentukan berhasil
tidaknya kita melewati prosesNya.
·
Menanggapi
panggilan Allah. Untuk dapat menjadi seorang kristen yang efektif, kita perlu
mengetahui, menanggapi, dan memenuhi panggilanNya, dan bukan sekedar
menjalankan peran kekristenan saja.
·
Membangun
landasan yang kokoh dengan Doa, Pujian dan Penyembahan, hal inilah yang lebih
perlu dibandingkan dari pembangunan gereja, jatuh bangunnya kerohanian
seseorang atau sebuah gereja ditentukan oleh “menyala” atau tidak mezbah doa.
·
Menguak
rahasia dan strategi musuh. Dengan mengetahui siapa yang menjadi dalang dari
semua hambatan dn persoalan maka kita bisa terbebas dari orang-orang yang
hendak menghambat pelayanan kita.
·
Mulut
dan mata yang tidak kelihatan. Untuk memulai sesuatu, Tuhan selalu memakai
nabi-nabiNya untuk memberitahukan keputusan-keputusannya. Itu sebabbya nabi
merupakan hambaNya yang mendapat tempat khusus di hati Tuhan. Melalui nubuat
yang du ucapkan nabi, maka suara Tuhan akan terdengar untuk umat Tuhan.
·
Ia
membuat segala sesuatu indah pada waktuNya. Segala sesuatunya pasti ada
waktunya. Keadaan dan lingkungan kita akan berubah tetapi janji dan rencana
Tuhan tidak akan pernah berubah. Oleh karena itu kita perlu menyelidiki Firman
Tuhan.
·
Ciri-ciri
pemimpin yang membangkitkan pengharapan yaitu Menguasai firman tuhan dengan
baik, bergaul dengan tuhan, mempunyai komitmen dan tekad yang kuat, meneladani
dan membimbing, bisa dipercaya, berpegang pada hikmat tuhan, memuliakan dan
memuji tuhan, kemampuan dan kapasitas seorang pemimpin, memahami pentingnya
pengawasan, memanfaatkan waktu secara baik, pendoa syafaat, beriman teguh dan
menjaga nama tuhan dan mau bekerja di dalam tim.
·
Kasih
Allah menimbulkan pengharapan. Karena Kasih Allah menutupi banyak sekali dosa
yang kita lakukan yang menjadi penghalang bagi rencana Allah terjadi dalam
hidup kita. Sehingga, sedalam apapun kita jatuh Tuhan akan selalu sanggup untuk
menolong, akan selalu ada pengharapan dan tidak pernah ada kata putus asa dalam
hidup orang percaya.
·
Masih
ada harapan. Di dalam Tuhan selalu ada harapan, kita jangan mudah dan cepat
menjadi putus asa. Kita dapat memiliki pengharapan bukannya pada saat masalah
kita sudah selesai. Justru ketika kita sedang menghadapi masalah yang berat
sekali, pengharapan kepada Tuhan dapat diandalkan dan hanya kasih Allah yang
dapat memberikan pengharapan.
3.2.
Saran
Buku
ini sangat memberi suatu harapan bagi pembacanya dimana harapan yang
dimaksudkan adalah pengharapan akan penyertaan Tuhan di dalam kehidupan setiap
manusia. Setelah pembahasan di atas maka kelompok menyarankan beberapa langkah penting yang perlu kita
ambil agar jaminan masa depan yang penuh harapan itu benar kita miliki.
diantaranya:
·
Perlunya
mengenal Allah dengan hati.
·
Memenuhi
panggilan Allah dalam hidup kita orang percaya dan;
·
Membangun
landasan yang kokoh dengan Doa, Pujian dan Penyembahan.
[1] Leonardo A. Sjiamsuri, Esok Penuh Harapan, Jakarta : Nafiri
Gabriel, 2003 cetakan ke-2, hlm. 1-18.
[2]
Leonardo A. Sjiamsuri, Op. Cit.,
hlm. 19-28.
[3]
Leonardo A. Sjiamsuri, Op. Cit.,
hlm. 29-52.
[4]
Leonardo A. Sjiamsuri, Op. Cit.,
hlm. 52-72.
[5] Leonardo A. Sjiamsuri, Op. Cit., hlm. 73-80
[6]
Leonardo A. Sjiamsuri, Op. Cit.,
hlm. 89-104
[7]
Leonardo A. Sjiamsuri, Op. Cit.,
hlm. 105-120
[8]
Leonardo A. Sjiamsuri, Op. Cit.,
hlm. 121-130
[9]
Leonardo A. Sjiamsuri, Op. Cit.,
hlm. 131-145
[11]
Jhon Adair, Kepemimpinan Yang
Memotivasi, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008, hlm. 60
[12] Phillip
Yancey, Mengenal Tuhan, Batam: Gospel Press, 2003, hlm. 111
[13]
Karl Barth, Gottingen Dogmatics: Instruction in the Christian Religions I,
Eerdmans: Grand Rapids, 1991, hlm. 54
[14]
Malcolm Brownlee, Tugas Manusia Dalam
Dunia Milik Tuhan, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004, hlm. 77
[15] M. C Ginnis Alan Lay, Menumbuhkan Motivasi, Memupuk Semangat,
Memetik Yang Terbaik, Jakarta: Pustaka Tangga, 1991, hlm. 180
[16] F. F. Bruce, The New Century Bible Commentary I & II Corinthians, Wm.
B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids Michigan 1986: hlm. 43
[17] James Moffat, The First Epistle Of
Paul To The Corinthians, New York: Harper & Brothers Publishing, 1990, hlm. 38
[18] C. K. Barret, A Commentary On The First Epistle To The Corinthians, London:
Adam and Charles Black, 1983,
hlm. 85
[19] R. C. H. Lenski, Interpretation Of St. Paul’s : First and
Second Epistle To The Corinthians, Ohio: Wartburg Press, 1946, hlm. 130-131
[20] Gottfried Osei-Mensah, Dicari Pemimpin yang Menjadi Pelayan,
Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2006, hlm. 11-12
[22] Gordon D. Fee, The First Epistle To The Corinthians, Grand Rapids Michigan:
Wm. B. Eerdmans Publishing Company,
1989, hlm. 131
[23] V. C. Pfitzer, Chi Rho Commentary Series; First Corinthians,
Adelaide: Lutheran Publ.
House, 1985, hlm. 50-51
Tidak ada komentar:
Posting Komentar